Baca pas buka atau ngga pas lagi gak puasa!"Sebenarnya aku tidak pernah berniat memberikannya padamu." ujar wanita yang tengah duduk dengan menumpu kaki kanannya pada kaki kiri, kedua tanggan yang dilipat diatas perut juga tatapan angkuhnya kini tengah menatap Jaemin dengan malas.
Lelaki manis itu menatap kertas yang ia genggam dengan kuat menyalurkan sesuatu didalam hatinya yang tidak bisa ia keluarkan.
"Kau tidak datang pun tidak menjadi masalah untukku, karena aku memang tidak mengharapkannya."
"Noona!" Siwon berada disana sedikit menegur kakak perempuannya yang sudah melewati batas dalam berbicara.
Wali kelas Kim juga berada diruangan yang sama, sebenarnya dia hendak pergi ketika perbincangan anak dan ibu itu dimulai namun Siwom datang dan mencegahnya meninggalkan meja kerja, Siwon hanya ingin kakaknya itu sedikit mengontrol ucapannya ketika mengetahui ada orang lain diruangan ini. Maka karena dirinya disana, Doyoung mencoba memfokuskan matanya pada layar komputer untuk sedikit memberi privasi pada mereka, walau sebenarnya dia mendengar bahkan tak sengaja melirik mereka.
Wanita itu mendecih malas, memutar matanya untuk tidak melihat Jaemin. Siwon menghela nafas dan menatap Jaemin dengan iba, tangan anak muda itu semakin mencekal kuat kertas ditangannya tatapannya pun masih tak teralihkan dari kertas yang ia genggam namun semua tau bahwa mata dan pikiran itu bertolak belakang.
"Aku tidak tau kenapa dia menyuruhku untuk memberitahumu, ck menyusahkan saja."
"Noona!" Siwon kembali memperingati kakaknya yang sekaligus ibu dari Jaemin.
"Kenapa kau terus membelanya!" Ujarnya tak mau kalah. Siwon menutup matanya mencoba untuk tidak membentak sang kakak.
Wanita itu mendesis lalu berdiri dengan cepat membuat Jaemin menatapnya dengan tatapan lembut namun terluka sekaligus memohon.
"Aku pergi!" Dia menatap bengis pada Jaemin.
Saat melangkah melewati Jaemin, tangannya dicekal kuat oleh sang anak membuatnya menoleh tak suka tepat pada mata Jaemin yang masih menatapnya dengan tatapan itu.
"Eomma tak ingin memelukku?" nada bicara Jaemin sangat lembut walau suaranya serak. Siwon yakin anak itu menyembunyikan tangisnya.
Ibunya Jaemin kembali berdecak malas dan melepas kasar genggaman tangan sang anak.
"Dengar, kau bukan anak-anak lagi! Kau sudah dewasa. Kau tidak malu meminta sebuah pelukan dihadapan guru-gurumu huh?" setelah menyelesaikan ucapannya wanita itu pergi meninggalkan Jaemin yang menggantungkan lengannya diudara.
Suasana diruangan itu mendadak hening, bahkan sangat hening hingga suara nafas mereka terdengar satu sama lain. Doyoung menatap tak percaya pada apa yang baru saja ia lihat, Siwon pun masih berdiam dibelakang Jaemin tak berniat mengatakan apapun.
"Aku sudah dewasa..." gumam Jaemin pelan.
"Tapi tidakkah eomma pernah berpikir bagaimana putra kecil eomma yang dulu dipeluk sangat erat kini telah menjadi dewasa tanpa pelukan hangat darimu?" -hati kecil Jaemin bersuara.
Jaemin meremas kertas ditangannya yang menunjukan bahwa sang ibu tengah mengandung juga surat undangan pesta pernikahan yang akan digelar minggu depan.
Siwon merasa sakit melihat Jaemin yang meremas kuat kertas itu untuk menyalurkan rasa sakit dihatinya. Akhirnya Siwon memilih mendekati Jaemin dan menepuk pelan pundak anak muda itu namun Jaemin menepisnya dia menoleh pada Siwon dengan senyuman yang sangat dibenci Siwon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cautivador | Nomin
RomanceSebuah kisah klasik antara si berandalan Na Jaemin dan Ketua osis Lee Jeno yang terlibat dalam kisah cinta. Warn! [bxb]