PART 26

8.6K 596 16
                                    


Typo maafin.




Keningnya berkerut beberapa kali, pemuda itu nampak tak nyaman dalam tidurnya sesaat setelah mendengar bunyi cukup keras disampingnya. Ia memaksa untuk membuka matanya, dan apa yang pertama kali ia temukan? Tentu saja dada bidang milik musuhnya yang terpangpang jelas tanpa sehelai benang pun.

Otak kecilnya kembali memproses kejadian tadi malam, diam-diam Jaemin tersipu malu mengingat dia mendesah nikmat dibawah Jeno.

Suara nyaring kembali tersengar hingga Jaemin tersentak dari lamunannya. Dia menoleh menatap ponsel milik pemuda Lee yang terus menyala dan bergetar. Jaemin kembali menatap Jeno yang tertidur seperti bayi, namun tangan berurat miliknya mendekap erat pinggang Jaemin hingga pemuda cantik itu merasa pegal dan tak bisa leluasa bergerak.

"Jeno..." Jaemin menepuk pelan pipi Jeno. Tapi sepertinya pemuda itu tidak ingin bangun dari mimpinya, dan seolah tidak ingin melepaskan kehangatan dia menarik Jaemin lebih dekat lalu memeluknya dengan erat.

Jaemin tersentak, ia mengerucutkan bibirnya. "Bangun sialan." Suara serak namun lirih, seperti tak ingin membangunkan Jeno.

"Eum.." balas Jeno kembali mengeratkan pelukan.

Jaemin ingin sekali memberontak, tapi ia merasa sangat sakit dibagian bawah membuatnya kembali masuk kedalam dekapan pemuda Lee dan kembali jatuh menjelajah mimpi.

¤¤¤

Jaemin sedang menonton tv, masih dengan tempat yang sama namun sekarang tempat itu sedikit lebih layak ditempati. Mengingat saat baru saja membuka mata pakaian tergeletak dimana-mana, bau sisa cairan yang masih menyengat, bersyukur semua itu sudah bersih sekarang.

Siapa yang membersihkan? Tentu saja Lee Jeno. Karena pemuda manis bertabiat malas itu hanya bisa mengomel dan menyerukan cacian pada Jeno, bahkan dari saat Jeno tersentak dari tidurnya karena Jaemin mendorongnya hingga terjungkal kebawah ranjang.

Jaemin kembali membuka bungkus ciki-cikian yang sudah dibeli Jeno saat ia mandi, dia memakannya dengan sedikit kesal.

Pintu kamar mandi dibuka menampilkan Jeno dengan rambut yang masih basah, bertelanjang dada juga handuk tang terikat dipinggangnya.

Jaemin menoleh dan kembali berdecak kesal, pemuda tampan hanya bisa menghela nafasnya pasrah.

Jaemin-nya marah.

Marah karena semua yang terjadi sudah direncanakan oleh orang tua mereka tanpa sepengetahuannya, dan lelaki manis itu murka saat menelepon ayahnya, sang ayah beralibi rencana itu hanya dibuat sebagai "Pendekatan" antara dirinya dan Jeno.

Jeno mendekat dan duduk dipinggiran kasur, masih dengan handuk yang terikat dipinggangnya.

"Hey... Sudah, jangan marah." dia mengusap selimut yang menutupi paha Jaemin. "Maaf ya?"

"ENAK SAJA KAU MINTA MAAF SETELAH MELAKUKAN ITU SEMUA!" Jaemin melempar makanannya, hingga berhamburan diatas ranjang.

Jeno sedikit meringis saat Jaemin berteriak. Dia menghela nafasnya. "Sttt... Jangan berteriak." dia kembali menghela nafasnya. "Baiklah aku salah, aku minta maaf oke?" dia melihat si manis membuang muka dengan tangan yang terlipat didada.

Suara ponsel Jeno kembali berdering, dengan segap Jeno mengangkatnya.

"Hyung—"

"Bagus, pangeran tidur sudah bangun ya?" wali kelas Kim berbicara dengan nada meledek.

"Haha maafkan aku, tadi malam aku..."

"Yayaya aku sudah tahu dari kakak-ku. Aishh bisa tidak kau melakukannya hari minggu saja?! Aku kerepotan menghadapi anak-anak nakal ini!" erang Doyoung frustasi. Jaemin terkekeh mendengar wali kelasnya yang terlihat stres mengurus teman-teman brandalnya.

Cautivador | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang