Jaemin tersentak kaget ketika mendapati Jeno benar-benar bersin tak henti. Pemuda itu cepat-cepat mundur menjaga jaraknya beberapa meter dari sosok Jeno yang membungkuk, berusaha untuk menahan bersinnya.
"Kau—kau benar-benar alergi bulu kucing?" tanya Jaemin terdengar begitu terkejut dengan fakta baru ini.
Jeno mengusap hidungnya yang gatal lalu mendongak mendengus kesal. "Kau masih tak percaya?" tanyanya jengkel, padahal jelas-jelas dia beringsut mundur demi menghindar dari bulu kucing itu.
Sementara pemuda didepannya menolong "Ani... Kukira kau berbohong karena tidak ingin menyentuhnya."
"Otakmu memang sempit." balas Jeno kesal. Jaemin mengangkat bahunya acuh tak acuh, kemudian melangkah pergi dari sana.
Jeno seketika panik melihat Jaemin menjauh. "Hei sialan, siapa yang akan membereskan sisa tumpukan kardus disana?!" dia sedikit berteriak, lalu kembali bersin.
Pemuda manis itu menoleh. "Tentu saja kau." tunjuk Jaemin. Dia berbalik dan kembali berjalan membuat Jeno menggeram kesal. "Jaemin, jika selangkah lagi kau tidak berputar arah maka aku pastikan kau dihukum lebih berat."
Tapi Jaemin adalah Jaemin yang tak peduli dengan ancaman seseorang, dia terus melangkah meninggalkan Jeno menuju ruang kesehatan. Jeno yang jengkel pun mengikuti Jaemin—jauh dibelakang.
"Uguugu... Kau sepertinya menyukaiku ya?" gumam Jaemin pada gumpalan berbulu itu. Dibelakang sana Jeno mendecih mendengar perkataan Jaemin.
"Dia terpaksa, bukan karena dia menyukaimu." Jaemin berhenti lalu menatap sinis Jeno yang tercenung menatap gumpalan berbulu yang menggeliat direngkuhan Jaemin.
"Kenapa kau mengikutiku idiot! Bukankah masih ada banyak yang perlu kau lakukan dari pada mengikutiku?!"
Jeno mengerjap, lidahnya tiba-tiba saja kelu. "A-aku, aku harus diperiksa noona Irene tentu saja. Kau tidak lihat betapa merahnya hidungku." Jaemin ingin membalas karena alibi Jeno, tapi melihat hidung pemuda itu yang sangat merah dia hanya mendengus lalu melanjutkan langkahnya.
"Jaeminnie!" pemuda manis itu tersenyum melihat guru kesayangannya yang berlari kearahnya.
"Noona!" pekiknya tak kalah senang. Yoona mendekat ingin memeluk Jaemin, tapi melihat sesuatu digendongan anak itu dia mengurungkan niatnya.
"Apa, apa yang terjadi denganmu?" Yoona panik melihat Jaemin yang kotor dan sikut yang lecet karena tergores, dia menoleh kebelakang melihat Jeno yang juga tak berhenti bersin-bersin. Dia menatap Jaemin dan Jeno bergantian, lalu beralih pada kucing digendongan pemuda manis itu.
"Dia terjatuh." ucap Jaemin sedih. "Jadi aku menyelamatkannya noona! Tapi dia terluka."
Jeno sedikit terkejut melihat nada bicara dan tingkah Jaemin. Lelaki manis itu seperti anak kecil yang bangga dengan sesuatu yang ia perbuat, lalu memamerkannya pada sang ibu.
Guru cantik itu tersenyum lembut dan mengusap kepala Jaemin. "Kerja yang bagus."
Anak kecil yang bangga, untuk mendapatkan pujian dari ibunya...
Dan Jaemin, pemuda manis itu persis seperti itu.
Yoona beralih pada Jeno. "Dan ada apa denganmu? Hidungmu sangat merah kau baik-baik saja?" Dia menghampiri Jeno yang kembali bersin.
Jeno mengesekan punggung tangannya pada hidung kemudian menggeleng. "Aku baik-baik saja Noona—Hatchii!"
Yoona meringis pelan. "Aku tidak yakin, kalau begitu pergilah keruang kesehatan. Setelah itu Jaemin kau masuk kelas karena sekarang pelajaranku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cautivador | Nomin
RomanceSebuah kisah klasik antara si berandalan Na Jaemin dan Ketua osis Lee Jeno yang terlibat dalam kisah cinta. Warn! [bxb]