Jeno terduduk dengan mata yang kosong. Dia merasa menjadi seseorang yang buruk karena mengambil kesimpulan sendiri dan berakhir mencelakai lagi orang yang sama.Jeno menghela nafasnya panjang, mendongak keatas mencium bau obat-obatan yang menyengat dari berbagai arah. Dia ingat kalau tadi sempat mendengar teriakan adik kelasnya yang melihat Karina dibawa oleh beberapa orang yang tidak dikenal, tapi Jeno mengetahui mereka beberapakali terlibat tawuran bersama Jaemin. Hingga dirinya memutuskan untuk menyusul dimana tempat tawuran sering terjadi, dan setelah sampai dia hanya menemukan beberapa orang yang tertidur akibat obat bius.
Hingga salah satu dari mereka Jeno bangunkan secara paksa, dan hanya mendapat jawaban memojokan Jaemin atas semua yang terjadi. Bodohnya Jeno harusnya ia tahu bahwa musuh akan menjelekan musuhnya sendiri!
Setelah itu Jeno mencoba mencari Karina disekitar tepat itu tapi dia tidak menemukannya, hingga Hyunjin memberi kabar dia melihat Karina yang digendong oleh Jaemin.
Emosinya naik melihat bagaimana keadaan Karina saat itu. Dan Jeno tidak sadar bahwa seharusnya dia memperhatikan keduanya, karena bukan hanya Karina yang terluka Jaemin juga jauh lebih terluka.
Jeno benar-benar merutuki kebodohannya dalam bertindak kali ini.
"JENO APA YANG KAU LAKUKAN?!" terika Karina melihat Jaemin tersungkur dengan sudut bibir yang berdarah.
"Kau gila!" Karina mendekati Jaemin.
"Dia sudah mencelaka—"
"Dia menyelamatkanku!" bantah Karina dengan nyalang. "Kau tidak lihat keadaan Jaemin saat ini huh?"
Tidak, Jeno jelas tidak buta melihat kaki Jaemin yang sudah membengkak kembali. Bahkan gips yang dipasang kemarin pun sudah tidak melekat disana.
Jaemin masih terdiam tanpa menatap Jeno, dia mengusap sudut bibirnya yang sobek akibat pukulan Jeno.
Nafas Jeno yang memburu perlahan mereda melihat Jaemin-lah yang memiliki luka lebih banyak dibanding sepupunya.
"Dia datang dengan kakinya yang terluka untuk menyelamatkanku dari sana, walau semua ini bukan salahnya tapi dia merasa tanggung jawab untuk menyelamatkanku hingga dia berani menggendongku dengan keadaannya yang seperti ini!" Karina berteriak lagi, membuat Jeno semakin merasa buruk dengan apa yang dia lakukan.
Sekarang dia sedang berada dirumah sakit, lebih tepatnya mengunjungi dokter keluarga Lee untuk mengobati Jaemin dan Karina.
"...No... Jeno."
Jeno tersentak dan menatap dokter pribadi keluarga Lee dengan linglung sebelum akhirnya kembali pada kesadarannya. Ia melirik sekitarnya, masih banyak orang yang berlalu lalang disana.
"Kau melamun lagi?"
"Aku... Berapa lama aku melamun?" tanya Jeno.
Sang dokter muda bername tag kan Jungwoo berdecak. "Kau pikir penting bagiku menghitung berapa menit dan detik waktumu untuk melamun?"
Jungwoo membenarkan stetoskop agar menggantung dilehernya. "Dari pada kau banyak bertanya hal yang tidak penting, harusnya kau menanyakan keadaan dua orang yang kau bawa kemari."
Jeno meneguk ludahnya kasar, padahal sebelumnya dia tidak pernah merasa segugup ini untuk menanyakan dan menengok seseorang.
"Bagaimana keadaannya?"
Jungwoo menyandarkan tubuhnya pada tembok, dia terlalu malas mengajak Jeno untuk keruangannya.
"Yah... Karina baik-baik saja, dia masih bisa menjalankan kakinya kapanpun dia mau." Jeno mencengram kain bagian pahanya, dia merasa sangat gugup mendengar hal selanjutnya yang akan Jungwoo katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cautivador | Nomin
RomanceSebuah kisah klasik antara si berandalan Na Jaemin dan Ketua osis Lee Jeno yang terlibat dalam kisah cinta. Warn! [bxb]