Kedua orang itu menjadi pusat perhatian saat berjalan berdampingan dengan aura yang berbeda, keduanya memiliki aura kental dan pekat hingga mendominasi seluruh aera sekolah. Semua orang memilih untuk tidak ikut campur, mereka mundur saat kedua remaja itu melangkah melewati koridor sekolah yang sangat ramai. Tapi kini tak ada satu orang pun yang ingin berbicara dengan nada normal, mereka memilih untuk berbisik-bisik.
Jeno dengan wajah datar namun penuh emosi, sedangkan Jaemin dengan wajah dingin dan amarah. Mereka berjalan berdampingan tanpa mengingat status mereka adalah musuh, tidak peduli dengan itu karena nyatanya kedunya masih memiliki pemikiran yang sama dalam otak.
Kedua pasang kaki jenjang itu berhenti tepat pada pintu masuk, seolah merasakan aura yang gelap semua penghuni itu melihat lalu terdiam merasa sangat terintimidasi. Jeno melangkah setelah menemukan seseorang yang ia cari, lalu Jaemin mengikuti dari belakang. Sedangkan anggota yang lain sudah mengurus Yudas, Yohan bilang mereka sudah sangat menyerah untuk mengingatkan Yudas dan untuk itu Yohan dan beberapa orang lainnya meminta perdamaian saja antara BTF dan BBS.
Dan untungnya respon dari Jaemin- "Ternyata berdamai itu tidak buruk."
Gadis itu belum sadar jika ada orang yang mendekat bahkan membuat semua orang terdiam takut, dia masih asik menceritakan sesuatu yang menurutnya sangat seru.
"Park Xiyeon." panggil Jeno dengan nada rendah karena menekan emosinya.
Xiyeon menoleh dan sedikit tercekat karena Jeno menghampirinya, dia tersenyum malu lalu berdiri dan berjalan kearah Jeno. Sebelum tangan itu berhasil merangkul lengan Jeno, lelaki itu menepisnya kasar.
"J-jenoo... Ini sakit!" dia mengerucutkan bibirnya. Semua itu tak terlepas dari pandangan Jaemin. Lelaki manis itu memutar bola mata sebal dan berdecih pelan. "Dasar munafik."
"Tidak usah berpura-pura bodoh, kau yang merencanakan penangkapan Karina bukan? Dan kejadian yang Jaemin alami itu semua rencanamu?" walau sangat datar, Jeno terdengar sangat emosional. Jaemin menghela nafas jengkel karena Jeno sangat berlete-tele untuk ini.
"A-apa? Perencanaan apa yang kau maksud?" Xiyeon memperlihatkan wajah bingung namun sedikit senyum terpaksa. Jaemin berdecih kembali, lalu menarik lengan Jeno dengan kasar hingga sang empu terhuyung kebelakang hingga memberinya akses lebih dekat dengan sang gadis. Jeno mengumpat pelan saat Jaemin kini berada didepannya, tapi pikirannya teralihkan melihat tubuh Jaemin yang sedikit lebih pendek dan kecil darinya.
Oh ayolah Jeno jangan sekarang, ini bukan waktunya untuk meneliti tubuh pemuda Na! Dia menggelengkan pelan kepalanya mencoba untuk kembali kepada situasi.
"Kenapa kau melakukan semua ini?" Jaemin bertanya dengan tatapan tajam. Semua orang disana sudah sangat tak nyaman dengan situasi, Renjun yang baru saja memasuki kelas menatap heran kejadian itu namun ia tak ingin ikut campur melihat bagaimana wajah Jeno dan Jaemin.
Gadis itu berdecih lalu melipat kedua tangannya dibawah dada, menatap Jaemin menantang. "Aku tidak tau apa yang kalian bicarakan, dan kau tidak seharusnya bersama Jeno sekarang."
"AKU TIDAK PEDULI!" teriak murka pemuda manis itu membuat semua orang tercengang, karena demi tuhan, walau pun Jaemin suka tawuran dan berandalan dia bukan orang yang berani membentak atau kasar pada perempuan, Jaemin hanya akan bersikap tegas saja jika memang ada yang membuatnya kesal.
"Kau ingin Jeno, Jeno dan Jeno. Ambil saja semau mu sialan." Jeno mendelik tak suka dengan apa yang Jaemin ucapkan. Pemuda itu mendekat membuat lipatan tangan Xiyeon terlepas, wajah gadis itu yang tadinya menantang kini berubah takut.
"Tapi apa alasan kau melakukan semua itu padaku dan Karina?" Nada bicaranya kembali merendah. Xiyeon menatap Jeno gelisah meminta pertolongan, sedangkan yang di tatap hanya mendengus dan memutus kontak mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cautivador | Nomin
RomanceSebuah kisah klasik antara si berandalan Na Jaemin dan Ketua osis Lee Jeno yang terlibat dalam kisah cinta. Warn! [bxb]