PART 21

8.7K 736 56
                                    

Ruang ICU terlihat begitu sepi, yang terdengar dari pertama kali masuk adalah suara detak jantung sang ayah dimonitor. Ayahnya masih belum sadarkan diri, dan menurut penjelasan Johnny pada dirinya, kondisi sang ayah masih belum lepas dari kritis.  

Jaemin melihat Johnny duduk disamping ayahnya, tatapan lelaki itu sangat kosong dan penampilannya yang bisa dibilang sangat kacau. Jaemin memperkirakan bahwa Johnny tidak tidur selama dirumah sakit. 

Lelaki manis itu berjalan dibantu oleh tongkat diketiaknya, sedikit kesusahan. Johnny menyadari itu menoleh, mendapati remaja lengkap dengan seragamnya. Johnny tersenyum lalu bangkit untuk membantu Jaemin.

"Duduklah sebentar disini, aku akan mandi terlebih dulu lalu mengantarmu." suara Johnny yang serak hanya diangguki oleh Jaemin, tak lama lelaki itu pun pergi dari sana.

Tangan kecil Jaemin menggenggam tangan kasar sang ayah, dia membawa tangan itu ke pipi yang kini berubah sangat tirus. Jaemin memejamkan matanya saat tangan kasar itu menyentuh permukaan kulitnya, dia kembali menitihkan air mata.

"Appa tidak boleh meninggalkanku." Jaemin menggeram parau, melihat bagaimana ayahnya menutup mata dengan selang-selang disekujur tubuhnya. "Appa tidak boleh meninggalkanku karena aku akan marah jika itu terjadi, aku tidak punya siapapun selain appa. Appa juga sudah berjanji akan main bersamaku, kita akan menghabiskam waktu bersama dengan tertawa... A-aku... Aku..." Suara Jaemin tercekat ditenggorokan menyadari bahwa semua yang ia katakan tidak akan didengar sang ayah.

Jaemin mengecup tangan besar digenggamannya dengan lembut. "Appa bangunlah... Maafkan aku, maafkan aku yang selalu ingin diperhatikan olehmu, maafkan aku karena sudah terlahir dan membuat perpisahan yang menyakitkan dengan eomma..." Jaemin menatap lekat mata yang tertutup itu. "Appa... Aku sangat menyayangimu."

Hening, hanya suara monitor jantung yang terdengar teratur di ruangan itu.

"Appa bangunlah... Nana tidak ingin sendirian."

¤¤¤

Tangan besar Johnny mendarat halus dikepala pemuda Na, dia mengusapnya perlahan membuat pemuda Na itu menoleh. Kini keduanya berada di dalam mobil mewah depan gerbang sekolah, karena akhirnya Johnny berhasil membujuk dan meyakinkan Jaemin agar kembali bersekolah, pria itu ingin Jaemin tetap menempuh pendidikannya.

"Apa semuanya akan baik?" Jaemin sedikit ragu meninggalkan sang ayah. Johnny mengangguk dan kembali tersenyum. "Tentu, aku akan menjaganya dengan baik."

"Lalu perusahaan baru appa?" Jaemin mendengar bahwa perusahaan baru yang disebutkan Johnny kala itu sudah berhasil dibangun.

"Yuta yang akan mengurusnya."

Ah, Jaemin baru ingat tentang pamannya yang tinggal di Jepang. Setelah perceraian orang tuanya Yuta memilih tinggal di Jepang untuk sementara waktu, entah apa alasannya. Padahal dulu mereka begitu dekat.

"Dia sudah kembali ya?" Jaemin melirih.

Selama ini Yuta tidak pernah memberi kabar pada Jaemin, bahkan sampai dia kembali pun Jaemin tidak pernah mengetahuinya. Apa Yuta tidak ingin bertemu dengannya? Apa perkataan ibunya itu benar, tentang apa yang semua terjadi adalah kesalahannya, hingga semua orang membenci dan menjauh darinya?

Johnny menyadari raut wajah Jaemin tersenyum dan kembali mengusap kepalanya. "Yuta bilang, dia minta maaf karena tidak bisa menemuimu segera." Jaemin menoleh dan melihat Johnny dengan tatapan menyelidik. "Benarkah?" Johnny mengangguk.

Cautivador | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang