PART 24

8K 669 41
                                    

Miss me?

Kehidupan berubah, semua tawa dan candaan yang terlepas kini benar-benar penuh makna tidak hambar seperti dulu, hari-hari pun menjadi lebih baik, kicauan burung di pagi hari selalu memberinya semangat untuk mengucapkan selamat pagi pada dunia.

Jaemin, kini bisa merasakan warna dalam hidupnya. Semuanya terasa menyenangkan walau ia akui belum bisa merubah sikapnya yang brandalan. Sudah terpantau dua minggu sang ayah keluar dari rumah sakit, tapi tak bisa menghilangkan sikap brandal dari diri Na Jaemin. Anak itu masih sering ketahuan bolos dan berkelahi dengan pereman-pereman dijalanan.

Tuan Na sebagai ayah jelas khawatir pada putra semata wayangnya, namun ia tak bisa melarang jika itu bisa membahagiakan diri Jaemin, biarlah itu menjadi kesenangan sang anak, walau hati kecilnya ingin meminta Jaemin berhenti. Tapi tuan Na tidak ingin kembali merengggut senyum yang baru saja mengembang dari bibir putra kecilnya.

Disekolah Jaemin mudah tertawa, namun masih tetap sinis pada Jeno. Tapi sedikit demi sedikit lelaki manis itu mampu menerima Jeno dalam hidupnya, walau sering kali ia meluncurkan tendangan dan pukulan pada tubuh pemuda itu.

Benerapa tubuh terkeletak ditanah, Jaemin menepuk-nepuk tangannya menghilangkan kotoran yang tertempel, dia tersenyum miring melihat para pereman bertubuh dua kali lebih besar darinya tumbang dan tak berdaya.

Sedangkan lelaki lain tengah duduk diterotoan dengan popcorn ditangannya, dia menatap santai Jaemin yang kini berjalan kearahnya dengan memasukan kedua tangan pada saku celana sekolah.

Benar, Jaemin kembali bolos.

"Sudah selesai semua?"

Jaemin tersenyum dan mengangguk bangga pada dirinya sendiri. "Kau lihat tadi Haechan-ah, ugugu... Aku geli saat tua bangka itu bilang akan membuat lenganku patah." Jaemin terkikik remeh.

Haechan menghela nafas, kemudian menyodorkan popcornnya pada Jaemin lalu berdiri.

"Sudah selesai 'kan? Ayo kembali kesekolah." Haechan hendak menyeret paksa Jaemin, namun remaja itu merengek.

"Ahh ayolah... Aku tidak mau..." dia menggoyangkan pelan tanggan Haechan, sama seperti anak yang membujuk ibunya.

Lelaki tan itu menatap dingin pada Jaemin, tapi dalam pikirannya sungguh sangat ribut karena gemas pada sahabatnya.

"Tidak! Kembali kesekolah." Haechan kembali menarik Jaemin. Namun bukan Jaemin namanya jika tidak menggunakan alibi untuk lari.

"Akhh tanganku sakit..." dia meringis kencang agar Haechan percaya, tapi bukannya percaya Haechan malah memutar bola matanya sambil terus menuntun Jaemin pada motornya.

"Naik." titah Haechan, Jaemin mengerucutkan bibirnya. "Pudu, ayolah. Kau tidak kasihan dengan sahabatmu yang baru saja terluka?"

"Tidak." Haechan menghela nafasnya panjang. "Dengar Na, aku sudah mencarimu kesana-kemari karena demi tuhan wali kelas Kim terus berteriak kepadaku. Dia terus menanyakanmu dan aku bosan menjawabnya."

Jaemin berdecih malas. "Katakan saja aku sedang bersenang-senang."

"Bersenang-senang macam apa jika kau menghampiri malaikat maut!" Haechan hampir berteriak. "Kau tidak pernah berpikir panjang. Na, mereka itu orang dewasa, seberapa kuatpun dirimu mereka tetap harus diwaspadai!" Jaemin merengut, sementara Haechan menetralkan nafasnya. "Naik." lanjutnya dengan mutlak.

Jaemin hanya menurut kala Haechan mengambil kunci motornya, dia berpegangan pada pundak sahabatnya kala motor itu melaju kencang.

¤¤¤

Cautivador | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang