Kalo komen banyak diusahain up cepet.
Semoga:)
Tangan mungil Renjun masih ditarik oleh lelaki yang lebih tinggi. Renjun sudah berteriak dan meronta ingin dilepaskan, namun semua itu sia-sia karena nyatanya tak ada reaksi apapun pada Guanlin.
Renjun masih setia mengikuti langkah Guanlin hingga tak sadar kini lelaki itu mengajaknya untuk duduk. Otaknya masih tidak bisa bekerja, dia masih memikirkan kenapa Jaemin berani menampar seorang perempuan? Bukankah dia tidak suka membully? Ah Renjun pusing memikirkannya. Pemuda tinggi menariknya duduk berhadapan, padahal status mereka kali ini adalah musuh—sejak terjadi pemergokan yang tidak sengaja oleh Guanlin.
"Jaemin..." gumam pemuda mungil itu tanpa sadar. Guanlin mendengus. "Dia baik-baik saja, kau tak usah khawatir—"
"Bukan itu!" potongnya cepat. "Maksudku... Bagaimana bisa dia menampar seorang perempuan. Setahuku dia bukan orang yang kasar pada perempuan, dia bahkan menolong orang-orang yang terbully oleh mu."
Aduh, kenapa Renjun mengingatkan itu? Masalahnya setiap dia membully, akhirnya dia yang akan terbully oleh Jaemin, bahkan sampai separuh nyawanya terasa hilang.
Guanlin berdeham. "Jaemin bahkan sudah lebih dari menampar orang."
"Tapi dia perempuan." Renjun masih saja tak menyangka.
"Ya, dia perempuan." Guanlin mengangguk. "Tapi dia juga bersikap seperti kriminal." lanjutnya. Renjun melirik Guanlin cepat, matanya menatap bingung dan penuh tanya.
Guanlin menghela nafas. "Kau tau, dia penyebab Jaemin kecelakaan dan—"
Brak!
Guanlin hampir melompat dari tempat duduknya, sebelah tangannya meraba dada yang berdetak kencang karena terkejut, dia melotot kearah Renjun yang bisa-bisanya memukul meja dan berdiri dengan tatapan membunuh. Lelaki mungil itu berdiri dengan deru nafas, tangannya mulai terkepal erat meminta penjelasan sekali lagi pada Guanlin.
"Apa maksudmu Jaemin kecelakaan?!" tiba-tiba nada suara pemuda itu merendah, Guanlin jadi merinding sendiri mendengarnya. Dia kembali membenarkan posisi duduknya setelah detak dijantungnya mulai stabil, lalu menatap Renjun.
"Duduklah aku akan—"
"Jawab pertanyaanku sialan!"
Guanlin menghela nafasnya lelah, ternyata selain arogan Renjun ini sangat keras kepala dan emosional. "Aku tidak akan menjelaskannya sebelum kau duduk ditempatmu." tekan Guanlin tak mau kalah.
"Siapa kau? Kenapa mengaturku?" ingat, disini status Renjun lebih tinggi dibanding dengan Guanlin.
"Ya sudah, aku tidak akan memberi tahumu." Guanlin melipat kedua tangannya didepan dada dengan santai. Renjun merasa semakin emosi pada lelaki dihadapannya, Demi apapun Renjun membencinya!
Menyadari suara bisikkan dari sekitar, Renjun mendengus lalu duduk kembali secara terpaksa. 'Tak apa, ini demi Jaemin. Kau harus sabar Renjun.'
Guanlin tersenyum miring melihat Renjun yang menurut padanya. "Cepat ceritakan sialan." Renjun berkata pelan, namun sangat tajam.
Lelaki yang lebih tinggi itu terkekeh pelan, ternyata Renjun sangat menggemaskan pikirnya.
"Kau tahu tentang kaki Jaemin seminggu yang lalu?" Tentu saja Renjun ingat, dia tak mungkin tidak ingat melihat Jaemin yang tergeletak tak sadarkan diri. Dia bahkan mengintrogasi Lee Jeno dan membuat urusan dengannya, dia tidak datang ke rapat osis juga menghindari saat pemuda Lee itu mencarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cautivador | Nomin
RomanceSebuah kisah klasik antara si berandalan Na Jaemin dan Ketua osis Lee Jeno yang terlibat dalam kisah cinta. Warn! [bxb]