Lelaki manis itu mengerjapkan matanya ketika cahaya menyilau masuk. Dia menggeliat pelan sebelum akhirnya merasakan ada sesuatu yang terpasang pada kakinya. Jaemin membuka matanya perlahan, melihat wanita cantik yang kini tengah merawat kakinya."Sepertinya kaki Jaemin terluka parah ditambah seseorang menjatuhkannya dilapangan." Wanita itu sedikit menyindir Jeno yang kini juga ada disana menatap Jaemin yang terlihat berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Siwon-ssi, mungkin Jaemin membutuhkan perawatan yang lebih. Aku akan mencoba menghubungi temanku yang berada dirumah sakit, sementara kita pasangkan alat fiksasi untuk menjaga agar kakinya tidak semakin terluka."
Siwon mengangguk setuju. Haechan menatap ragu pada wanita itu.
"Noona apa Jaemin harus dibawa kerumah sakit?"
Irene mengangguk, dia mengelus kepala Jaemin yang mulai menatapnya bingung. "Ya, untuk pemeriksaan lebih lanjut."
"A-apa...?" Jaemin yang linglung menatap sekitar. Masih ada Siwon yang terlihat khawatir namun juga kesal, Jeno yang menunduk, Haechan yang terus menatapnya, juga anggotanya berada disana.
"Anak nakal." Siwon berujar, tidak aneh bagi Jaemin, jika pamannya selalu melontarkan kalimat itu.
"Jangan gerakan dulu kakimu, dia akan semakin terluka." peringat Irene. "Aku sudah menguhungi temanku dan dia akan datang sekitar 15 menit lagi." lanjutnya.
Siwon kembali mengangguk lalu menatap sekitarnya—melihat murid-murid yang sedang menunggu Jaemin, ada juga yang penasaran.
"Kalian masuklah kembali ke kelas masing-masing. Jaemin bukan barang dagangan manis hingga kalian terus melihatnya seperti itu!" satu hal lagi tentang Siwon, dia sedikit agak posesif pada keponakannya ini.
"Ssaem boleh aku bicara sebentar dengan Jaemin?" Bangchan memberanikan diri.
"Tidak kubilang—"
Drttt drttt drttt
Siwon berdecih karena ucapanya terpotong dengan suara berdering disakunya. Dia menatap tajam pada Bangchan sebelum akhirnya mengangkat benda pipih itu.
"Yeoboseo—"
"Siwon-ssi bisa kah datang sebentar keruangan olah raga? Sepertinya ada murid lain yang mengalami cidera dan tolong bawa Irene untuk berjaga-jaga."
"Kenapa tidak diantar keruang kesehatan saja?"
"Maafkan kami, tapi ini benar-benar mendesak. Aku mohon bantuannya."
Siwon berdecih."Baiklah."
Siwon mematikan panggilan dan kembali menatap tajam Bangchan yang masih berdiri dihadapannya. Dia kembali berdecih sebal, karena bagaimanapun keponakan manisnya itu akan lebih memilih Bangchan dibanding dirinya.
Siwon menatap Irene yang tengah berbicara lembut pada Jaemin. "Irene-ssi, kau disuruh untuk segera keruangan olahraga, sepertinya ada beberapa murid yang membutuhkanmu disana. Kau pergilah terlebih dulu dan aku akan menyusulmu nanti."
Wanita cantik itu mengangguk dan berlalu pergi. Siwon menatap Jaemin yang kini dielus Haechan.
"Jadi kenapa kau terlibat lagi balapan liar?" Akhirnya Siwon kembali bersuara.
Pemuda yang tengah berbaring dengan elusan dikepalanya mendongak menatap Siwon dengan malas. Sedangkan sang paman tidak sabaran menunggu jawaban si manis.
"Aku hanya bermain-main." Jaemin mengibaskan tanggan seolah kejadian itu adalah hal biasa dan sangat kecil.
"Jawab dengan benar Na Jaemin!" terdengar nada tekanan disana membuat Jaemin menoleh tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cautivador | Nomin
RomanceSebuah kisah klasik antara si berandalan Na Jaemin dan Ketua osis Lee Jeno yang terlibat dalam kisah cinta. Warn! [bxb]