PART 27

9.7K 542 26
                                    


Silahkan untuk membaca chapter sebelumnya jika kalian lupa alur.





Tangan itu bertautan satu sama lain, si manis gugup dengan ruangan yang berada di depannya. Dia melirik kearah nyonya Lee yang sepertinya peka dengan keadaan si manis, dia tersenyum menenangkan lalu tangannya menggengam lengan si manis yang sudah mendingin karena gugup.

"Tidak apa, kau hanya perlu menemuinya, jika hatimu kembali sakit dan menyalahkan dirimu, tidak apa untuk mengatakan apa yang ada di hatimu." tuturnya lembut.

"Boleh?" tanya si manis dengan ragu.

Nyonya Lee sedikit terhenyuh dengan pertanyaan si manis, berapa banyak hal yang tidak bisa ia ungkapkan hingga hal sederhana saja ia harus meminta izin? berapa lama anak ini tidak mengatakan hal yang ia inginkan?

Wanita itu tersenyum. "Tentu saja boleh sayang..." dia mengusak kepala Jaemin.

Lalu dari belakang Jeno dengan Tuan Na berjalan beriringan menghampiri Jaemin dan nyonya Lee yang sudah terlebih dulu sampai disana.

"Nana-ya..." panggil sang ayah membuatnya menoleh dengan raut wajah yang masih cemas.

"Sudah bertemu dengannya?" bukan tuna Na yang kini bersuara melainkan Jeno.

Si manis menggeleng pelan, dirinya masih ragu dengan hatinya sendiri. Tuan Na mengerti tidak mudah untuk kembali menerima cacian dan teriakan apalagi dari orang yang sangat kita harapkan kasih sayangnya.

Tuan Na mendekat pada putra satu-satunya itu, dia mengelus pundak lebar sang anak lalu memberikan senyuman terbaiknya. "Tidak perlu takut, kali ini kau pasti bisa melewatinya. Sama seperti sebelumnya, ingat kan?"

Tentu saja, bahkan kali ini tidak ada apa-apanya. Jaemin pasti bisa, iya kan?

"Terimakasih Appa..." ujarnya, kini ia yakin dengen hatinya. apapun yang terjadi didalam sana nanti tak akan menakutkan karena ayahnya, Jeno dan nyonya Lee akan selalu menunggunya.

Jaemin melangkah perlahan membuka salah satu pintu ruangan di rumah sakit. Hal pertama yang ia lihat ketika membuka pintu itu tentu saja—sang ibu yang terbaring menatap terkejut kedatangannya. Dia menatap tak percaya suaminya yang kini menyambut Jaemin dengan senyuman ramahnya, tatapan benci jelas terpancar pada kedua bola mata milik ibunya.

"Kenapa kau kemari?"

Senyum Jaemin yang hampir mengembang seketika tertahan saat ucapan sang ibu yang selalu saja membuatnya merasa buruk.

"Apa yang kau katakan?" Tuan Han melirik istrinya tidak suka, sedangkan wanita itu pun tak mau kalah dia melotot berharap suaminya itu memberi jawaban kenapa anak itu ada disini.

Tuan Han menghela nafasnya dengan lelah. "Tentu saja dia ingin menjenguk ibunya yang sakit--"

"Aku tidak butuh di jenguk oleh anak yang sudah menghancurkan hidupku."

"Ah-in!" Tuan Han tidak bisa lagi untuk berdiam diri sekarang, ia melirik anak tirinya yang menunduk menyembunyikan hatinya yang sakit, Tuan Han tahu bagaimana hancurnya hati anak itu sekarang.

"Kenapa semua orang membelanya?!" jerit sang ibu menunjuk Jaemin yang semakin merasa hancur. "Adikku, suamiku, bahkan mantan suamiku membelanya, wae... ? padahal dia sudah menghancurkan semuanya, sebenarnya apa yang dia lakukan hingga kalian membelanya HUH?!" kini wanita itu meneteskan air matanya dengan nafas yang memburu.

Jaemin mengigit bibir bawahnya dengan kuat, apa semua itu masih jadi kesalahannya? padahal sang ayah sudah mengatakan bahwan itu bukan kesalahan Jaemin, tapi mengapa kali ini dia merasa bahwa kesalahan itu kembali dibuat olenya.

Cautivador | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang