Kebebasan. Adalah motto hidup seorang Jung Hoseok. Ya, itu aku. Seorang pria serba ada karena warisan melimpah dari sang kakek yang merupakan mantan presiden negeri ini. Wow! Hoseok yang ada di hadapan kalian ini bukanlah sosok cucu yang hidup kesepian dibawah bayang-bayang sang kakek. Aku bukanlah orang dengan pemikiran rumit seperti itu.
Mereka berteman denganku karena statusku. Ya biarkan saja. Itu urusan mereka, aku tak pernah menjanjikan apapun untuk mereka atau masa depan mereka. Mereka yang memandang sinis karena tak puas dengan kinerja kakek ku dimasalalu, Ya biarkan saja. Itu kan masalah mereka dengan kakekku, toh bukan aku yang melahirkan dan mendidik kakekku hingga menjadi sosok seperti itu, bahkan aku tak ingat seperti apa dulu kakekku jadi presiden.
Hidup itu simple. Jika kau lelah, istirahat. Jika kau lapar, makanlah. Jika kau haus, minumlah, jika kau muak, menjauhlah. Jika kau merasa berdosa, bertaubatlah. Semuanya menjadi rumit saat kau menggunakan kata ‘tapi’ dalam hendak mengambil keputusan.
Aku tahu, tak sedikit yang membenci prinsip hidupku, seakan aku menganggap enteng segala urusan, mengabaikan perasaan orang lain, bersikap pongah dengan harta yang jelas bukan hasil jerih payahku. Tapi mau bagaimana? Ini cara hidupku, dan semua uang itu diwariskan hanya padaku, yang merupakan satu-satunya anggota keluarga Jung yang tersisa.
Aku sering berfoya-foya, karena aku mudah merasa bosan. Aku juga heran, sebanyak apa harta kakekku hingga detik ini tak pernah habis, hingga aku merasa lelah sendiri karena kebanyakan harta. Aku sempat berpikir menjadi pengangguran saja, mungkin aku masih bisa memberi makan cicitku nanti.
Hingga aku tertegun melihat hidup seorang bocah penuh derita. Kim Namjoon. Si bocah miskin, bahkan saat awal masuk SMA menggunakan baju bekas senior yang baru saja tamat karena tak mampu membeli seragam. Dia adalah kebalikan dariku. Pemilik pemikiran terumit yang pernah aku kenal. Aku sempat ogah berurusan dengannya karena sudah pasti dia sangat bertentangan dengan prinsip hidupku.
Penilaianku salah. Namjoon sosok yang keren, walau miskin, dia tak pernah bisa diinjak atau dipandang rendah. Tak ada yang berani membullynya karena otak cerdas dan sikap friendly-nya, membuat ia begitu di sanjung, dan di segani. Ia juga sangat menghargai teman-temannya dan selalu mengutamakan kepentingan bersama dibanding urusan pribadi.
Bahkan aku sempat berpikir mungkin hidup kami berdua seperti di novel-novel. Aku adalah anak kaya raya yang hidup kesepian sedangkan namjoon adalah anak miskin yang hidup dengan penuh kasih sayang orang tuanya. Tapi aku salah, bagaimanapun sisi yang kulihat, aku selalu menyimpulkan, bahwa hidupku lebih baik dari namjoon.
Aku tidak dibesarkan dari keluarga broken home, aku hanya ditinggal mati oleh orang tua dan kakek-nenekku akibat kecelakaan, setidaknya aku tidak dibesarkan dalam lingkungan yang toxic. Sedangkan namjoon, hidup dengan keluarga kurang mampu dan juga ayah yang kejam dan selalu melakukan kekerasan, dan ibu yang sakit-sakitan.
Namjoon harus menjadi anak yang berprestasi supaya mendapat beasiswa, dia harus menjadi tulang punggung sejak kecil demi menghidupkan dirinya dan adiknya. Hidup di pemukiman kumuh dan serba kekurangan.
Aku kagum dengan sosok Namjoon, dia memang miskin tapi tak pernah mengemis apalagi meminjam uang. Dia anti merendahkan harga diri demi uang. Ia bisa menahan lapar berhari-hari daripada menerima belas kasihan dari seseorang. Namjoon tak menolak pemberian jika itu sebatas wajar seperti sesekali mentraktir makan siang, atau dihadiahi sebungkus roti dan sekotak susu di loker dari penggemar rahasia. Namjoon bukannya sombong menolak bantuan, dia hanya tak ingin hidup dilingkaran hutang budi, hingga membuatnya harus tunduk rendah dibawah kendali orang lain, baginya cukup ia diperbudak nasib jangan ditambah diperalat oleh teman sendiri.
Aku belajar banyak dari namjoon. Sejak berteman dengannya, aku mulai berpikir serius mengenai apa yang harus aku lakukan kedepannya. Namjoon satu-satunya manusia yang kukenal dan berhasil mengubah jalan pandangku mengenai kehidupan, membuat ku mengerti bahwa setiap nafas yang ku hembuskan hingga detik ini, suatu saat akan dipertanggung jawabkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Love [END]
Fanfic(Collaboration Projek with Delvitasari47) Kim Namjoon (22 tahun) Seorang dosen magang yang bekerja di salah satu kampus, sosoknya yang ramah serta murah senyum ia banyak di gemari oleh mahasiswa. Tetapi di balik itu semua hidupnya melarat. Terlilit...