25. Akhirnya

14 2 0
                                    

Seminggu telah berlalu, kini kedua manusia yang ngakunya sohib itu tengah berjalan beriringan menuju tujuan yang mereka pun tak tau mau kemana.

Baik Angga maupun Alkha sama-sama hanyut dengan pikirannya masing-masing.

Sampai-sampai salah seorang teman yang berpapasan dengan mereka mengernyit keheranan. Apalagi melihat tingkah seorang Angga yang biasanya pecicilan, justru terdiam seperti kehabisan baterai.

Tiba-tiba ditengah jalan, Angga menghela nafas berulang kali. Sontak membuat manusia di sebelahnya menoleh, merasa terganggu.

"Kenapa?" Tanyanya pada sang sahabat yang kali ini terlihat tak bersemangat.

Angga yang ditanya melirik Alkha dengan tatapan murungnya.

Lagi-lagi sebelum menjawab, Angga justru menghela nafas dengan kasar. Kentara sekali bahwa ia tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.

"Patah hati aku." Akunya, membuat Alkha yang mendengarnya menarik sebelah alis tebalnya.

Bukannya menenangkan Alkha justru menutup mulutnya, menahan tawa. Membuat Angga mendelik tak suka. Padahal sahabatnya sedang sedih, si mangga sialan itu malah tertawa diatas penderitaannya.

Keterlaluan.

"Jangan ngetawain aku, ya!"

"Dih! Bukan salahku kalau tiba-tiba mau ketawa. Tuh, coba ngaca gimana ekspresimu sekarang. Kayak nahan kentut tau." Selanya tak mau disalahkan.

Angga cemberut mendengar penuturan dari sahabatnya itu, memang kurang ajar si Alkha ini. Bisa-bisanya ketika temennya lagi sedih kayak gini, masih dikatain juga.
Dasar mangga asem titisan budhe lampir.

Nggak liat orang senang, sedih, si Alkha malah ketawa ngakak. Emang stress nih, bocah!

Harusnya sebelum Angga mengangkat Alkha sebagai sahabatnya, ia periksa dulu kejiwaannya. Siapa tau si Alkha ini emang orangnya rada-rada.

Mengabaikan Alkha, Angga mengelus dadanya berusaha sabar menghadapi sifat sahabatnya yang udah kelewat batas itu.

Dengan segera ia meninggalkan Alkha seorang diri, pura-pura tak kenal dan melilipir secepat yang ia bisa.

Sahabatnya lagi patah hati bukannya dihibur, eh, malah diketawain. Setan emang!

***

Setelah kejadian Angga meninggalkan Alkha tadi, dua orang itu belum bertemu lagi. Angga yang masih kesal dengan sikap sahabatnya itu, pergi entah kemana.

Membuat Alkha merasa bersalah dibuatnya, mengingatkan ia pada kejadian seminggu lalu.

Perasaan bersalah, ya?

Ternyata sebrengseknya seorang Alkhalifi Manggala, ia masih memiliki rasa bersalah pada orang lain.

Sialan Angga, padahal saat ini ia mencoba berdamai dengan masa lalu dan rasa penyesalannya itu. Tapi gara-gara sahabatnya itu Alkha jadi keinget lagi dan moodnya auto hancur.

Setelah lama mencari keberadaan Angga, pada akhirnya Alkha menemukan lelaki itu tengah duduk dan menyantap makanannya.

Disaat Alkha mengkhwatirkannya dan mencarinya kemana-mana. Si Angga justru dengan santainya melahap seporsi batagor dan semangkuk mie ayam. Memang biadab!

Buru-buru Alkha menghampiri sahabatnya itu, tangannya dengan cepat meraih sebotol air mineral dingin yang masih tersegel. Tanpa permisi ia membuka kemasannya dan meneguk isinya sampai tandas. Membuat Angga melotot tak percaya.

Jelas-jelas itu minuman miliknya, bukannya pelit, tapi setidaknya sisakan tiga teguk atau seteguk untuknya. Angga kan cuman membeli sebotol air. Bagaimana jika ia tiba-tiba keselek dan butuh minum? Masa dirinya harus minum kuah saos yang ada di mie ayamnya.

DUO KAMPRET (DanOng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang