Cuaca hari ini sedikit mendung dengan angin sepoi-sepoi yang seolah menyejukan hati. Kedua manusia yang ngakunya kembar, tapi beda nenek moyang itu kini tengah berbaring di dahan Mangifera indica. Keduanya sama-sama saling melirik lalu membuang muka.
"Aku sebel lho sama kamu." tanpa diminta Angga menjelaskan, sementara lawan bicaranya hanya mengedik acuh.
"Kenapa coba kamu dukung si tetangga sebelah, aku tau dia konyol dan tanpa ngelakuin apapun mukanya udah buat anak orang ketawa." Angga memanyunkan bibirnya, tak suka mengingat kejadian beberapa jam lalu. "Tapi dia itu nggak lebih ganteng dari aku, lho."
Seketika tangan Alkha yang uhlala itu mampir dan menyentil kening sahabatnya itu. Angga meringis dan menatap Alkha sewot.
"Kamu..." Angga menunjuk, sementara yang ditunjuk hanya menaikan alis hitam tanpa pensil warnanya itu. "Nyebelin."
Alkha tertawa renyah, serenyah janji palsu mantan. "Makasih, itu nama tengahku." katanya dan membuat Angga semakin berang.
"Eh, jam berapa sekarang?" tanya Alkha.
Bagai patung, Angga tak menjawab, tapi tangannya terulur memperlihatkan jam baru yang melingkar sempurna di pergelangannya.
Sepasang mata Alkha membelalak pura-pura kaget. "Jam 4 sore, bentar lagi aku harus latihan." Katanya, kemudian beranjak meninggalkan pohon nenek moyangnya.
Baru beberapa langkah, kepala Alkha gatal ingin menoleh. Lantas, memutar mata menemukan Angga yang bergeming di tempatnya.
"Kamu ngapain masih disana? Bukannya kamu juga latihan buat persiapan pentas."
Angga masih diam, enggan memberi jawaban. Akan tetapi ia tetap melangkah mendekat ke arah sahabat yang ingin sekali ia lengserkan. Segera.
Inginnya si, mengenyahkan Alkha dari lingkaran hidupnya. Namun ia sadar, Alkha dan dirinya bagai kembar siam. Dimana ada Alkha disitu ada Angga dan dimana ada dirinya tidak akan lama Angga pasti mengendus keberadaan sahabatnya itu. Iya, selain kembar dengan aktor-aktor Korea yang tampan, Angga juga kembaran sama kuciang oren.
Setelah beberapa lama berjalan keduanya sampai di tempat latihan. Sebut saja sarang nyamuknya DaNong dan Kawan-kawan. Iya, karena di ruangan besar ini bukan hanya tempat latihan anak tari modern ataupun tradisional. Melainkan seluruh anak seni, termasuk seni suara.
"Kha, cepetan!" Dari sudut kanan, suara lucu milik Ehun Adihama membuat Alkha tertawa. Ia mendekat dan Ehun mendelik tak suka.
Sementara di sudut lain Angga yang tadinya sok-sok ngambek tampan mulai melancarkan jurus menggaet adek-adek unyu.
"Suara kamu enak di dengar, bikin adem hatiku." Angga tersenyum melihat Risha tersipu.
Teman-temannya hanya melirik sekilas, lalu fokus dengan tugasnya masing-masing. Bukannya tidak tertarik, melainkan sudah bosan dan hatam apa yang selanjutnya dilakukan seorang Angga Angkasa selanjutnya.
Mencari target - mendapatkan target - membuat si target jatuh hati - menjadikannya penggemar setia
Gendeng. Iya, Angga memang senggak waras itu.
>>•<<
Selamat hari Jum'at
Aku seneng lho, kalau ada yang masih mau mampir ke lapak kw DanOng.
Salam sayang buat kamu yang baca
See you...
21/02/20
KAMU SEDANG MEMBACA
DUO KAMPRET (DanOng)
Fiksi PenggemarIni bukan kisah Kang Daniel dengan Ong Seong Wu. Ini hanya kisah Alkha dan Angga yang tidak saling berkaitan. Ah, atau mungkin belum. Start : 2018 Finish : 25 Februari 2022 Copy right • 2018 By damra