Di hari Minggu yang cerah, Angga dan Alkha sudah siap pergi ke suatu tempat. Baik Alkha maupun Angga sama-sama kompak menggunakan atasan kemeja berwarna putih dan celana jeans berwarna senada.
Entah keduanya janjian atau hanya sebuah kebetulan semata. Yang jelas mereka berdua nampak terlihat tampan dan menggemaskan di waktu yang bersamaan.
Angga berjalan mendahului Alkha, sementara Alkha nampak mengantuk dengan kedua mata yang terlihat sayu dan jika diperhatikan dengan jarak yang sangat dekat, kantung di bawah matanya akan terlihat.Di pertigaan gang, Angga menoleh dan mendapati sahabatnya masih berjalan jauh beberapa meter darinya. Angga mendengus, "Kalau kamu jalannya kayak siput, aku tinggalin beneran loh Kha." Angga memberi sahabatnya peringatan, ia lantas bertolak pinggang. Tak habis pikir dengan Alkha yang sudah pagi, semangatnya masih nyangkut di tempat tidur. Benar-benar!
Harusnya Alkha bersyukur, karena Angga dengan suka rela datang ke rumah Alkha pagi-pagi buta sekali hanya untuk menjemputnya. Tapi bukannya berterima kasih, si mangga asem itu malah terlihat ogah-ogahan. Dasar manusia kelalawar!
Lagian si Alkha malamnya habis ngapain? Sampai-sampai sudah pagi begini masih ngantuk. Harusnya Alkha ingat kalau hari ini sangat penting."Kamu udah hapalin liriknya, kan?" Tanya Angga ketika ia berhasil menarik Alkha secara paksa.
Alkha tak langsung menjawab, ia berpikir selama beberapa detik dan lantas bergumam "Hm, kayaknya si udah." Alkha menjawab tak begitu yakin.
Kira-kira kapan dirinya menghapal lirik yang ditulis di post it berwarna pink menyilaukan itu? Apakah malam tadi? Kemarin sore? Atau beberapa hari yang lalu? Ah, Alkha bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia melihat post it yang di tempel di pintu kamar mandi dan kamar tidurnya itu. Alkha hanya ingat seminggu yang lalu, tepatnya hari Minggu ada teman SMA berkunjung. Temennya itu bernama Sam. Dan, Sam datang tidak sendiri, melainkan bersama adiknya yang bernama Kimmy.
Dan, ah! Alkha ingat ketika itu Kimmy bertanya padanya apakah ia boleh mengambil apapun yang ia suka. Alkha hanya mengiyakan dan Alkha baru ingat kalau yang gadis itu suka sudah tentu sesuatu yang berwarna pink. Dan itu artinya, post it milik Angga yang ditempel sebelum kedatangan Sam dan Kimmy sudah pasti diambil oleh gadis bermata bulat itu.
Hah! Tamatlah riwayat Alkha!
Angga seketika berhenti dan menatap Alkha meminta penjelasan.
"Kayaknya?"
Nah, kan.
"Maksud kamu?" kedua mata Angga menyorot tajam sepasang mata sipit di hadapannya.
Alkha menelan ludah, tangannya seketika menggaruk belakang telinga yang memang gatal. Dengan polosnya Alkha tertawa, membuat Angga menatapnya ngeri.
"Kamu gak mendadak mau di daftarin ke RSJ kan, Kha?"
Bukannya marah, Alkha malah melanjutkan tawanya.
Beruntung sebelum semua orang-orang datang dan mengerubungi mereka berdua. Alkha sudah mengentikan tawanya dan menepuk pundak Angga secara spontan.
Angga yang tidak siap, terkejut dan mendelik tak suka. Apa-apaan si Alkha titisan omah mangga ini? Kalau ia latah bagaimana? Kan, gak lucu kalau tiba-tiba latahnya kumat di waktu dan tempat yang tidak pas.
"Aku baru ingat."
"Ingat apa?"
Dan si Alkha kembali tertawa.
Dasar mangga asem tidak jelas.
"Itu lho, Ga." Alkha berkata dengan tangan yang bergerak-gerak di udara seolah menjelaskan. "Pink, pintu."
Angga tidak mengerti apa yang dimaksud Alkha. Pink? Pintu? Apaan?
"Kamu mau beli pintu Doraemon yang warna pink?"
Alkha tertawa lagi.
Lama-lama Angga juga bisa ketularan gila.
"Ketawa mulu. Gila ya, kamu?"
"Hahaha,"
Tuh kan.
Serem.
"Udah cepetan bilang, maksudnya apaan." Angga mulai tak sabar, lagian mereka kan harus segera sampai ke lapangan. Ini bukannya gerak cepat, si Alkha malah mendadak gila.
"Minggu kemarin kamu kan datang ke rumahku, iya kan?"
Angga mengangguk. Iya, Angga ingat waktu itu ia datang untuk menempelkan post it di pintu Alkha.
"Nah, setelah kamu pergi. Ada teman SMAku datang dan dia bawa adiknya."
"Terus?" Angga tidak menemukan keterkaitan antara Alkha yang mendadak gila dengan kedatangan teman SMAnya.
"Masalahnya si Mimi ini suka sama sesuatu yang berwana pink."
Seingat Angga, Alkha nggak punya barang berwarna pink.
Tapi, bentar-bentar.
Pink?
Pintu?
Sesuatu berwarna pink di rumah Angga, masak iya pintu?
Bukannya pintunya berwarna hitam dan banyak tempelan.
Tempelan di pintu Alkha,
Hah!
Angga terkejut mengingat post it yang ia tempel berwarna pink.
"Dia gak ngambil post it yang kutempel sebelumnya, kan?" Angga bertanya harap-harap cemas dan ketika mendapatkan cengiran bodoh yang ditampilkan sahabatnya, rasanya seperti seseorang sedang menjambak tatanan rambut barunya.
"ALKHALIFI MANGGALA, DASAR TITISAN MANGGA!"
>>•<<
Katakan selamat sore Alkha dan Angga.
Cie, aku update lagi.
Absen dong
Kamu suka Angga
Atau
Alkha
Atau suka aku? Hahaha
Ketularan Alkha ketawa mulu.
See you dulur sadaya
Matur nuwun buat yang udah baca, vote, dan nysisipin DanOng di perpustakaan kalian.
Semoga tetap suka sama mereka, ya...
30/06/20
KAMU SEDANG MEMBACA
DUO KAMPRET (DanOng)
FanfictionIni bukan kisah Kang Daniel dengan Ong Seong Wu. Ini hanya kisah Alkha dan Angga yang tidak saling berkaitan. Ah, atau mungkin belum. Start : 2018 Finish : 25 Februari 2022 Copy right • 2018 By damra