Masih dalam suasana liburan di Lembang, Angga dan Alkha rencananya akan berkunjung ke kebun buah milik salah satu keluarganya.
Tidak seperti biasanya pagi ini Alkha bangun tanpa merengek dan meminta dibuatkan makanan. Cowok bermata sipit itu justru membuatkan Angga sarapan. Ya, walaupun hanya dua potong roti dengan olesan selai anggur.
Walau awalnya merasa heran, tapi dengan sedikit keraguan Angga mencoba memakannya. Rasanya tak ada yang aneh dan ini seperti roti yang selalu ia buat.
"Ada gerangan apa tiba-tiba buatin aku sarapan?" Angga bertanya dengan curiga.
"Suka suuzan kamu, orang aku baik malah dicurigai."
"Ya, kan, gak kayak biasanya kamu buatin sarapan. Malah seringnya kamu nyuruh dan maksa aku bikinin makanan buat kamu."
Alkha menatap Angga dengan tatapan pura-pura terluka. "Aku kan cuman berusaha buat membalas kebaikan kamu. Memangnya gak boleh?"
"Ya, bukan gitu... tapi kan ak-." Angga tak sempat melanjutkan ucapannya ketika terdengar ketukan pintu dari arah luar.
"Siapa yang bertamu pagi-pagi gini?" Angga bertanya pada Alkha dan yang ia dapat hanya gerakan Alkha yang mengangkat bahu, sebuah tanda bahwa si mangga kw itu tak tau.
Angga membuka pintu dan mendapatkan sebiji manusia yang tengah berdiri sambil menatapnya polos.
Siapa kiranya pemuda dengan anting yang ada di hadapannya ini?
Apakah seorang teman lama?
Ah, masa iya? Bukannya Angga waktu dulu tak punya teman model begini.
Tapi, bisa aja kan kalau salah satu temannya yang dulu berubah wujud dan menjadi seperti orang dihadapannya.
Angga mungkin sudah tertular oleh Alkha, mangkanya ketika ia melihat orang asing ia langsung bertanya. "Siapa, ya?" Tanpa basa-basi sedikit pun.
Pemuda dengan tindik itu memamerkan deretan giginya yang sangat rapih. Ia lantas menjawab dan membuat Angga terbengong di tempatnya.
"Aku Ucas. Kang Ucas. Kamu masih inget aku?"
Sekali lagi Angga diam dan menatap pemuda bernama Ucas itu dengan tatapan linglung.
Angga tau betul bahwa ia bukanlah tipe manusia yang pelupa. Tapi entah mengapa, ia kali ini seperti tak pernah bertemu sebelumnya dengan si Ucas. Apakah ia juga mulai tertular dengan virus pelupa yang Alkha miliki. Jika iya, rasanya Angga ingin sekali menenggelamkan bocah kw itu sekarang juga.
"Ah, kayaknya kamu temenku ya? Aduh, maaf banget ya... akhir-akhir ini aku banyak pikiran. Jadi beberapa hal ada yang aku lupa." Ucap Angga tak enak dan takutnya menyinggung si pemuda bertindik itu.
Bukannya tersinggung, pemuda itu justru terkekeh dan membuat Angga semakin heran. Apanya yang lucu? Lagian kan, Angga hanya mengatakan yang sebenarnya bukan sedang melawak.
"Kamu kenapa?" Tanya Angga sedikit khawatir. Takutnya si pemuda yang entah sejak kapan sudah duduk di teras itu malah tertular virus sakit jiwanya Alkha.
Sementara itu, Alkha yang masih duduk di ruang makan merasakan kupingnya lagi-lagi ngaheab. Apakah seseorang sedang membicarakannya?
Ucas menggeleng dan ia tak menyangka orang yang ada di hadapannya begitu polos.
"Hehehe, gak kok. Btw, sebenarnya kita memang gak pernah ketemu sebelumnya. Tadi saya ngomong gitu cuman buat ngetes aja. Eh, ternyata malah ditanggapi serius."
Lagi-lagi Angga dibuat terperangah. Benar-benar! Akhir-akhir ini orang-orang di sekelilingnya membuat Angga bingung. Apakah ini sebuah karma?
"Eh, iya, saya kesini disuruh wa Wati. Katanya kamu kalau mau berangkat ke kebun jangan lupa pake celana panjang. Soalnya disana teh banyak reungit jeung hileud. Takutnya kenapa-napa." Ucas menjelaskan dan Angga hanya mengangguk.
"Yaudah saya pamit. Mau siap-siap ke lapangan kampung sebelah." Ucas bergegas dan tak lupa membawa serta barang-barang bawaannya.
Awalnya Angga diam, namun entah mengapa ia justru menghentikan Ucas ketika pemuda bertindik itu akan membuka gerbang.
"Eh, eh, sakedap. Antosan heula." Angga sedikit terbirit-birit menghampiri Ucas. "Kamu teh tadi bilang mau ke lapangan kampung sebelah?" Angga bertanya dan Ucas hanya mengangguk mengiyakan.
"Emang mau ngapain kesana?" Angga bertanya penasaran.
"Kebetulan sekarang teh ulang tahun anaknya ceu Iroh. Nah, berhubung anaknya juga keponakan saya. Jadi saya kesana mau ngasih kejutan."
"Kejutan apa?"
"Sanes kejutan deui atuh mun dipasihan terang ka anjeun mah." Ucas menepuk pundak Angga. "Eh, yaudah saya buru-buru mau kesana. Mangga atuh nya." Sekali lagi Ucas pamit.
Angga kembali masuk ke rumah dan berniat memberi tau Alkha bahwa Uwanya meminta mereka untuk mengenakan celana panjang.
"Heh!" Angga duduk dan merebut ponsel yang ada di tangan Alkha. Alkha menatapnya kesal.
Padahal kan bentar lagi dia dapat koin, eh si Angga malah merebut benda itu.
"Apaan si? Siniin hapeku." Alkha mencoba merebut kembali ponsel yang sudah berpindah tangan itu.
"Kamu ngapain si baca yang kayak begituan, kayak gak ada kerjaan aja." Angga masih berusaha menjauhkan benda persegi itu dari jangkaun Alkha. Namun apalah daya kalau gorila udah ngamuk.
"Daripada kamu, gak suka baca apapun."
"Enak aja, gini-gini aku suka baca artikel tau."
"Artikel apa?"
"Ya, artikel tentang jurus jitu menggaet perempuan, tentang menjadi tampan dalam situasi apapun. Ya, pokoknya bacaan yang bermanfaat lainnya deh."
Alkha hanya memutar bola matanya, tanda bahwa ia mulai malas menanggapi Angga yang mulai kumat.
"Tadi siapa yang dateng?" Bukan niat mengalihkan pembicaraan, Alkha memang ingin tau.
Angga menuangkan air dan meminumnya, ia menaruh gelas kosong itu dan melirik Alkha sebentar. "Tadi, ada orang suruhannya uwa. Katanya kita kalau mau ke kebun harus pake celana panjang."
Alkha menatap Angga bingung. Memangnya apa hubungannya kebun dan celana panjang?
"Itu katanya kalau pake celana pendek takutnya ada reungit yang nyoco."
Sekali lagi Alkha mengernyit. "Apaan tuh? Rungit nyo co?"
Angga menghela nafas. Benar-benar sulit ya, menjelaskan sesuatu pada orang yang berbeda planet. "Kamu kayak makhluk dari luar angkasa aja. Sulit banget ngejelasin sesuatu ke kamu."
"Yeh, itu si kamu yang makhluk luar angkasa. Nama belakangmu kan ada angkasa-angkasa nya."
"Eh, iya juga ya. Berarti aku titisan planet lain."
Nah, mulai kan.
>>•<<
Selamat malam masyarakat orange?
Terima kasih udah setia sama Angga dan Alkha.
Jangan bosen ya sama tingkah mereka, walau kenyataannya ceritanya kriuk kriuk hahaha
Btw, ini part spesial karena Alkha dapet peringkat 1
Lumayan lah daripada Angga manyun terus karena belum dapet. (Hehe becanda, Ga)
See u sadaya
14/07/20
KAMU SEDANG MEMBACA
DUO KAMPRET (DanOng)
FanfictionIni bukan kisah Kang Daniel dengan Ong Seong Wu. Ini hanya kisah Alkha dan Angga yang tidak saling berkaitan. Ah, atau mungkin belum. Start : 2018 Finish : 25 Februari 2022 Copy right • 2018 By damra