Matahari sedang berada di puncaknya, ketika Alkha baru saja keluar dari kelas pa Umin, si dosen berpakaian necis.
Hari ini jadwal Alkha padat sekali, saking padatnya, ngalahin padatnya antrian di minimarket kalau lagi ada barang diskon. Serius. Alkha memang selebay itu.
Sementara itu dari arah lain Angga sedang mengadakan meet and great dadakan. Maklum, orang ganteng bebas dan ini hari Senin. Hari kesukaan Angga. Tentu saja Angga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berlian tersebut.
Setelah hari Minggu kemarin yang sangat menyebalkan dan hari ini tidak akan Angga lewatkan dengan cerita yang biasa. Itu bukan Angga sekali.
Angga mencium bau mangga busuk yang sangat familiar. Ah, dan benar saja si mangga kw itu sedang berjalan ke arahnya. Bukan. Bahkan si mangga kw itu melewatinya tanpa ber say hello atau basa basi yang sebenarnya sudah basi.
"Heh! Kawe kamu mau kemana?" Angga berteriak, namun yang diteriaki seolah tak mendengar suara apapun. Sekali lagi Angga memanggilnya, lagi, Angga diabaikan.
Angga berdecak, akhirnya dengan enggan ia beranjak dari singgasana dan meninggalkan dayang-dayang yang berteriak tak terima ditinggalkan oleh pangeran kerajaan halunya itu.
"Alkha kamu tuli, ya? Dengar nggak aku dari tadi manggil kamu." Angga nyerocos ketika dirinya sudah berhasil menyamai langkah cowok yang tidak lebih ganteng darinya.
Alkha meliriknya malas, enggan membalas pertanyaan tidak bermutu yang sahabatnya lontarkan.
"Apasih Ga, aku lagi males ngomong. Apalagi sama kamu." Katanya, lalu berjalan lebih cepat dan membuat Angga berdecak karena tertinggal beberapa langkah di belakangnya.
"Kamu nyebelin, ya."
"Makasih, aku emang nyebelin."
Angga mengusap dadanya. Sabar. Orang ganteng dilarang marah.
"Kamu kenapa, si?" jeda sedetik. "Jangan bilang kamu habis ditolak cewek." Jarinya menunjuk tepat di depan wajah Alkha.
"Aku nggak bilang, itu kamu yang nyimpulin."
"Oh, iya," Angga menepuk jidat merutuki kebodohannya.
"Eh, kok ada pak Diyo?" tanya Angga kaget ketika melihat Dosen kalkulusnya lewat secara tiba-tiba.
Jelas Angga kaget, pak Diyo kan terkenal baik-baik kambing. Alias kambing berbulu landak.
"Kamu ngapain ada di kelas saya?" tanya dosen berkacamata itu dengan tatapan super datar. "Udah nggak sabar nunggu hari Kamis? Kelihatannya kamu udah nggak sabar belajar sama saya, ya?"
Rasanya baru saja ada yang menjatuhkan kotoran burung ke rambut kesayangannya, Angga kini sadar dia sedang berada dimana. Ada banyak daging di sekelilingnya. Ah, tentu saja ada karnivor nya. Iya. Maksud Angga pak Diyo.
Angga memberikan senyum mautnya yang tentu saja tidak mempan sama targetnya kali ini.
"Kamu mau belajar at..." belum sempat pak Diyo menyelesaikan perkataannya, Angga mengangkat tangannya. Membuat dosen muda yang terkenal baik-baik tapi mirip teman itu urung dan memperhatikan apa yang akan dilakukan mahasiswanya itu.
Angga mendekatkan ponsel ke telinganya. "Hallo, Assalamu'alaikum umi. Iya ini abang lagi di kampus."
Di sampingnya Alkha berdecih. Sudah ketebak trik murahan apa yang sedang dilakukan oleh sahabat gendengnya itu. Akan tetapi, ia enggan mengomentari dan membuat urusannya semakin panjang.
"Kenapa? Umi minta dijemput di mall? Barang belanjaannya banyak? Yaudah, iya, abang kesana sekarang. Umi tunggu di tempat biasa. Iya, udah dulu ya umi. Wa'alaikum salam." Setelah obrolan panjang dengan sang ibu yang entah bener atau rekayasa itu selesai Angga pamit dan tentu saja sebagai dosen yang sama memiliki seorang ibu, pak Diyo yang baiknya dipertanyakan itu tiba-tiba membolehkan Angga undur diri.
Dan bersoraklah Angga di dalam hati, pak Diyo saja mudah ia taklukan apalagi kamu. Angga gitu lho.
>>•<<
Helu, selamat pagi?
Adakah penggemar danong?
Udah setaun, ya? Atau lebih?
Hehehe... Aku lagi sok sibuk, nih.
20/02/20
KAMU SEDANG MEMBACA
DUO KAMPRET (DanOng)
FanfictionIni bukan kisah Kang Daniel dengan Ong Seong Wu. Ini hanya kisah Alkha dan Angga yang tidak saling berkaitan. Ah, atau mungkin belum. Start : 2018 Finish : 25 Februari 2022 Copy right • 2018 By damra