Hujan mengguyur hampir sepanjang hari. Tiada aroma wangi tanah kering terkena air hujan, meski samar. Tiada hawa sejuk menenangkan, hanya hawa dingin menusuk tulang. Itulah Ame. Sebuah desa yang terkenal dengan intensitas hujannya yang tinggi. Harusnya Ame sudah menjadi sebuah distrik atau kota istimewa, hanya saja pihak Prefektur Konoha sengaja memperlambat peresmian kota tersebut.
Alasannya adalah karena tempat itu paling cocok untuk membuang para omega yang meresahkan. Bagi mereka, omega adalah makhluk lemah pembawa bencana. Meski mereka lemah, namun feromon mereka mampu membuat para alpha kehilangan kendali. Mereka para petinggi tidak ingin daerah mereka diresahkan oleh fenomena seperti itu. Bukan hanya Prefektur Konoha, seluruh daerah di Jepang membuang para omega di sana.
Terkadang omega dihasilkan oleh pasangan alpha dan alpha, alpha dan beta, yang membawa garis keturunan dari leluhur mereka. Seperti halnya Naruto. Remaja itu terlahir dari pasangan alpha. Karena kedua orangtua Naruto tidak bisa diajak kerjasama, itu artinya mereka memilih mati. Itu adalah cara akhir untuk membawa anggota keluarga yang memiliki jenis kelamin kedua omega.
Mengapa omega tidak dibunuh?
Anggota Akatsuki memberi penawaran untuk setiap pekerjaan mereka. Mereka akan melakukannya dengan suka rela, asal omega itu menjadi milik mereka. Para omega akan dijadikan ladang mata pencaharian mereka dalam mengumpulkan materi untuk membangun daerah mereka.
Tempat itu adalah neraka bagi para omega muda. Mereka dijadikan budak seks bagi para petinggi, maupun para pemimpin yakuza yang merasa bahwa omega memang lebih menggiurkan dari golongan lain. Bagi omega yang memiliki DNA berbobot, akan dijadikan seorang ibu untuk melahirkan anak-anak alpha berbakat. Biasanya yang menyewa mereka adalah pasangan yang kesulitan mendapatkan anak dan sangat menginginkan keturunan.
Tentu saja menjadi ibu bukan berarti calon pendonor sperma hanya mendonorkan sperma begitu saja, namun dengan menggauli mereka tanpa sepengetahuan pasangan mereka. Bagi mereka, untuk apa hanya menanam sperma dengan cara medis, jika secara manual lebih menguntungkan. Hanya membayar lebih, sang empunya tempat bungkam, dan ia mendapat kenikmatan yang jarang didapatkan dari pasangannya.
Omega itu ibarat candu yang tak mungkin bisa diabaikan begitu saja. Aromanya pun lebih manis dari pada golongan lain. Hanya saja aroma itu menguar tidak mencakup wilayah luas. Hanya satu atau dua meter saja dapat tercium. Hal itu dikarenakan aroma air hujan di Ame mampu menyamarkan aroma itu. Ini juga salah satu alasan mengapa Ame menjadi daerah yang cocok untuk omega. Meski sedang heat, mereka tidak akan terlalu mengganggu, kecuali dengan jarak yang begitu dekat.
Seperti halnya Naruto. Perlahan remaja itu menghasilkan aroma feromon yang menguar dari tubuhnya. Keringat mulai membasahi pelipisnya, namun tangannya terus bergerak menggedor pintu di depannya. Suaranya mulai serak akibat kerongkongannya mulai mengering. "Paman, aku ingin Ayah! Aku ingin Ibu! Paman, Naru mau pulang!"
Entah sudah berapa lama remaja itu berteriak, dan diabaikan oleh pemuda yang duduk bersandar di balik pintu yang digedor oleh Naruto dengan posisi kedua kaki tertekuk di depan dada.. Bibirnya menggigit kuat lengannya, menghalau suara isak tangisnya yang hampir terdengar olehnya sendiri. Rasa tak mampu berkutik yang dirasakannya beberapa jam lalu membuat pemuda itu rasanya ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Andai saja para Uchiha tidak ikut campur dalam penyergapan itu, mungkin ia bisa memalsukan kematian kakak ipar, serta kakak kandungnya. Seandainya ....
"Paman!"
Nagato menegakkan kepala, hidungnya mencoba mencium aroma manis yang tiba-tiba tercium olehnya. "Naruto." Tubuh besarnya bangkit, tangannya bergerak cepat memutar anak kunci pintu kamarnya. Saat pintu kamarnya terbuka, ia melihat wajah memerah Naruto, disertai pandangan sayu. Aroma manis itu kini jelas tercium saat penghalang sudah tiada.
Jantung Nagato berdetak menggila. Sebagai alpha ia tahu benar jika Naruto sedang dalam awal masa heat-nya. "Masuk!" Nagato menarik lengan Naruto, membawanya masuk ke dalam kamar, lalu mengunci pintu. Sekuat tenaga ia mencoba mempertahankan kewarasannya. Memegang kedua bahu Naruto, tubuhnya membungkuk menyamakan tinggi badannya dengan remaja di depannya. Kedua mata memerahnya menatap serius wajah Naruto. "Dengar ... kunci pintunya. Jangan biarkan siapa pun masuk."
"Aku ingin Ayah, Aー"
"NARUTO! Dengarkan paman baik-baik. Paman akan menghubungi Karin-Bachan untuk menjemputmu."
"Paman janji?"
Nagato mengangguk mantap. Dijauhkannya kedua tangannya dari bahu Naruto. Menegakkan tubuhnya, ia berbalik keluar dari kamarnya. "Maafkan aku, Naruto," bergumam lirih, kepalanya mendongak ketika air matanya akan kembali jatuh. Di saat-saat sulit seperti ini, hanya Karin yang bisa mengatasi Naruto.
Pemuda berambut merah itu bergegas mengambil ponsel dalam kantong celananya untuk menghubungi Karin, adiknya. Karin memang lahir bersamaan dengan pernikahan kakaknya Kushina. Adiknya itu terlahir dari ibu yang berbeda dengannya dan juga kakaknya. Ayah mereka menikah lagi setelah lama ditinggalkan ibu mereka yang meninggal. Setahun kemudian Kushina hamil, dan melahirkan Naruto setelahnya.
Naruto adalah anak yang disayang oleh siapa pun, termasuk dirinya. Kakeknya sangat memanjakannya, namun sayang, sang kakek juga harus pergi meninggalkannya akibat kecelakaan saat pergi mengunjungi keluarga ibu Karin. Beruntung Karin yang waktu itu berusia lima tahun masih selamat dan hanya memiliki luka ringan karena ibunya melindungi Karin. Sejak saat itu, Karin diasuh oleh Kushina hingga SMP. Saat SMA, Karin memilih menuntut ilmu di Konoha.
"Nagato! Nagato! NAGATO!"
Nagato bergegas meninggalkan tempatnya saat mendengar suara yang tidak asing lagi. "Berhenti berteriak, Karin! Kau mengganggu!" Nagato menghentikan langkahnya di ujung tangga teratas. Matanya menatap tajam Karin yang baru saja datang dengan wajah memerah padam. Langkah kaki adiknya itu terlihat terburu-buru.
Karin mendorong tubuh besar Nagato hingga sang kakak jatuh terduduk di atas lantai. "Baru kutinggal belum sebulan, aku harus kehilangan kakakku!? Kau keterlaluan! Kembalikkan mereka, padaku!" Gadis berusia kisaran 15 tahun itu segera menduduki perut kakaknya, kedua tangannya meraih leher sang kakak.
Namun Nagato juga tak tinggal diam, sekuat tenaga ia menjauhkan tangan Karin dari lehernya. Beruntunglah Karin bukanlah tandingan yang sepadan untuk urusan tenaga dengannya. "Dengar! Ini kulakukan demi Naruto!" Nagato melepaskan cengkramannya di pergelangan tangan Karin.
Karin menunduk, kedua tangannya bertumpu di dada sang kakak. "Kau ... keterlaluan. Apakah demi desa sialan ini kau melakukannya?"
"Dari mana kau tau?"
"Waktu kau datang ke rumah, aku menyelinap ke kamarmu. Memeriksa ponselmu untuk mengetahui siapa kekasihmu, tapi ...." Karin mendongak menatap Nagato penuh kekecewaan. "Yang kutemukan adalah hal-hal mengerikan. Kau tau mengapa aku ke Konoha? Aku ingin memastikan seperti apa Uchiha itu. Mengapa mereka begitu tega memperlakukan omega. Dan saat Minato-Niichan mengirimiku pesan bahwa Naruto terlahir sebagai omega, saat itulah aku tau aku akan kehilangan mereka."
Karin mengepalkan kedua tangannya. Sekuat tenaga ia ayunkan kepalan itu ke dada sang kakak. "Kembalikan mereka padaku! Mereka pengganti orangtuaku! Kembalikan!" Karin terus memukul dada Nagato.
Sedangkan sang korban hanya pasrah. Ia memang pantas mendapatkan lebih dari sekedar pukulan saja, akan tetapi jika dirinya mati, siapa yang akan menjaga Naruto. Ia takut jika Naruto dimasukkan ke dalam penampungan para omega yang tersebar di setiap sudut bangunan desa. Bangunan-bangunan itu layaknya apartemen. Setiap bangunan terdapat CCTV. Setiap penghuninya diberi sebuah kalung GPS dengan nomor berbeda. Di apartemen itulah mereka melayani tamu. Mereka tidak diizinkan keluar keliling desa.
Lain halnya dengan omega elit khusus untuk melahirkan keturunan. Mereka mendapatkan tempat yang lebih leluasa untuk bergerak, namun tetap menggunakan GPS dengan nomor tertentu. Berkeliaran sesuka hati mereka untuk mendapatkan suasana yang nyaman. Anggota Akatsuki tidak akan merasa was-was jika mereka ingin kabur, karena Ame berada di sebuah pulau yang dikelilingi laut yang luas.
Tiada tempat lain terjangkau oleh pandangan dari pulau tersebut, kecuali air, awan mendung, dan hanya dengan helikopterlah mereka sampai ke pulau tersebut.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tied to the Past
FanfictionNaruto disclaimer by Masashi Kishimoto. *** Naruto menikmati hidup damainya bersama kakak serta adiknya selama bertahun-tahun. Namun kedamaian itu perlahan terusik sejak pertemuannya dengan Sasuke. Sebuah kenyataan pahit mulai terkuak perlahan. Pert...