Tied (END)

2.2K 192 43
                                    

Kabar baik bagi satu pihak tak selalu menjadi kabar baik bagi pihak lain. Haruno Sakura masih merasa belum puas akan nasib tak menguntungkan yang dialaminya. Semenjak orangtuanya mengetahui jika informasi yang diberikan Itachi benar adanya, sang ayah mengancam jika ia masih berbuat ulah maka dirinya terancam menjadi gelandangan. Ayahnya akan membuangnya ke jalanan dan menempatkannya dalam daftar hitam di dunia pekerjaan. Alhasil ia hanya bisa meratapi nasibnya sembari melihat berita pernikahan pujaaan hatinya bersama orang lain.

Bahkan kasus penyerangan malam itu sang ayah mengkonfirmasi sebagai perampokan dan tak ada kaitannya dengan masalah politik. Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah penjaga malam di perusahaannya. Mengorbankan orang lain menurut keluarga itu adalah wajar, asal nama baik masih bisa dipertahankan.

"Sakura apakah kau sudah siap?"

Sakura mengalihkan perhatian dari televisi di kamarnya ke arah pintu kamar. Di sana sang ibu sudah rapi dengan dres berwarna merah tanpa lengan sebatas lutut. Dirinya pun sudah siap untuk melakukan pertemuan dengan calon suami yang dipilih oleh kedua orangtuanya. Mereka berharap dirinya tak terlalu terpaku pada orang yang bahkan tak meliriknya barang sedetik.

Sakura bangkit dari pinggiran ranjang, mematikan televisi, melempar asal remot di tangannya ke atas ranjang. Sebuah gaun putih polos dengan bordiran bunga di bagian bawah melekat di tubuhnya, ia siapa menemui siapa yang akan menjadi teman hidupnya kelak. Sekuat tenaga ia akan mencoba menerima demi hidupnya, namun jika nasib masih saja tak memihak padanya, bolehkah dirinya pergi dari dunia? Daripada tersiksa, mungkin itu jalan satu-satunya agar kedua orangtuanya mengerti jika cintanya bukanlah permainan semata.

***

Lima tahun menemani dalam suka maupun duka membuat seorang pemuda berusia 26 tahun mengerti akan sikap suaminya yang meski tak selalu bisa bersikap dewasa setiap waktu.

"Aku tidak mau masuk ke dalam ranah politik. Kau tau aku lebih menyukai kehidupanku sebagai pegawai kantoran biasa."

Naruto tersenyum lembut. Sinar wajahnya berubah kian dewasa dengan bertambahnya usia. Ia juga belajar banyak dari sang suami. "Kau tidak mau atau kau tidak rela jauh dari Menma?" Mengusap lembut kepala bermahkotakan helaian hitam milik sang suami, Naruto mencoba meluluhkan hati suaminya. Sasuke beberapa waktu lalu ditunjuk sebagai salah satu kandidat bupati untuk daerah Ame menggantikan posisi Nagato yang sudah tiga kali menyandang gelar tersebut. Nagato sudah menyatakan ingin pensiun. "Apa kau lebih suka Deidara yang memimpin daerah itu?"

Sasuke mengendurkan pelukan di paha Naruto, namun kakinya tetap melilit salah satu kaki istrinya itu. Sedari tadi dirinya merajuk akibat keluarganya terus saja mendesaknya. Bahkan sekarang istrinya ikut andil dalam masalah ini. Kepalanya mendongak menatap wajah cerah pasangan hidupnya. "Bisa kacau kalau dia yang menggantikan Nagato!" Sasuke kembali memeluk paha Naruto, kepalanya pun kembali bertumpu di sana.

Melihat kelakuan Sasuke membuat Naruto tak bisa untuk tidak terkikik geli. Meski pegal menjalar hampir ke seluruh tubuhnya, namun ia tetap bertahan dalam posisinya. Duduk bersandar pada kepala ranjang. Sejak Menma mulai mengerti akan urusan orang dewasa, Sasuke lebih sering menghabiskan waktu dengan putranya, membicarakan masalah bagaimana memperlakukan pasangan suatu hari nanti. Padahal Menma masih berusia 15 tahun, tapi perbincangan keduanya selalu saja nyambung. "Sudah hampir memiliki tiga anak malah kelakuanmu semakin terbalik dengan dulu." Naruto mengejek kelakuan Sasuke yang memang sejak hidup tanpa permasalah yang terlalu pelik, Sasuke kian santai menjalani hidup.

Mendengar ejekan istrinya Sasuke hanya mendengkus. Sesekali bermanja-manja, apa salahnya? "Aku lelah bekerja seharian. Besok saja kita lanjutkan."

"Besok kita ke tempat festival. Kau sudah berjanji dengan Menma."

Tied to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang