Tied - 6

2.6K 310 28
                                    

Meski langit begitu cerah, namun suasana mendung begitu terasa di sebuah rumah duka. Rasa kehilangan begitu mendominasi. Beberapa orang mungkin tak merasa begitu kehilangan. Bahkan mungkin ada yang datang hanya sekedar memastikan kebenaran, dan mungkin ada yang merasa lega melihat kebenaran itu di antara mereka. Mereka yang datang seolah memiliki tujuan yang berbeda-beda.

Salah satu contoh yang memiliki tujuan untuk memastikan kebenaran itu adalah seorang pemuda berusia kisaran 27 tahun yang baru saja datang. Pemuda berambut oranye dengan mata coklatnya itu melangkah melewati jajaran kursi berisi beberapa tamu yang tertata rapi menuju ke depan, di mana peti mati Karin berada. Sesampainya di sana, pemuda itu hanya menatap sejenak wajah damai Karin sebelum berbalik ke samping. Bibirnya tersenyum tipis saat bertemu pandang dengan Naruto. Wajahnya nampak tak menunjukkan ekspresi kesedihan sama sekali. 

Pemuda bernama Yahiko itu melangkah menghampiri Naruto yang sedang duduk di kursi tak jauh dari peti mati. Di samping Naruto ada seorang pemuda berambut hitam yang tak dikenali oleh Yahiko. Mencondongkan tubuhnya, Yahiko membawa kepalanya ke samping kepala Naruto. "Seharusnya kau tidak keluar," Yahiko berbisik di telinga Naruto sebelum melayangkan sebuah ciuman di pipi.

Yahiko menegakkan tubuhnya. Kepalanya berputar dengan pandangan mengarah pada pemuda yang tak dikenalinya itu. Keningnya sedikit berkerut melihat ekspresi ketidaksukaan terpampang jelas di wajah pemuda itu. Namun saat melihat Menma berada di atas pangkuan pemuda itu, Yahiko tersenyum lebar. "Menma-Chan, apa kabar?" Yahiko mengusap gemas kepala Menma ketika bocah itu hanya memandangnya dengan wajah bingung. 

Bocah itu pasti akan bingung jika melihat orang asing menyapa dengan intonasi seperti seorang kenalan yang lama tidak bertemu. Pertemuan terakhir mereka adalah saat Menma berusia kurang dari dua tahun. Tak disambut baik oleh Menma, Yahiko memutuskan duduk di samping Sasuke. Mulutnya langsung terkunci rapat. Dan keheningan kembali terjadi di ruangan itu. 

Sebenarnya kedatangan Yahiko menjadi perhatian Sakura yang sedari duduk terdiam di salah satu kursi tamu. Gadis itu merasa ada sesuatu yang disembunyikan Karin selama ini. Ia pikir Karin tak memiliki kenalan selain dirinya dan beberapa teman sekolah. 

Tak lama setelah kedatangan Yahiko, keluarga Uchiha hadir. Kedatangan mereka disambut dengan rasa heran di hati sebagian besar para tamu. Mereka tidak tahu jika keluarga Uchiha mengenal Karin maupun kerabatnya. Pasalnya keluarga Uchiha selalu menjadi perhatian publik karena selain menjadi pemilik universitas, Uchiha Fugaku juga seorang Gubernur yang memimpin kota tersebut. 

Setelah mendo'akan Karin, Uchiha Fugaku diikuti Itachi dan Mikoto di belakangnya segera menghampiri Naruto. 

Naruto yang mendapat kunjungan dari orang yang tidak dikenalinya segera berdiri dan membungkuk hormat. "Terima kasih atas simpati serta do'a yang Anda berikan untuk almarhumah." Naruto menegakkan kembali tubuhnya. Meski respon pria paruh baya di depannya terlihat dingin, namun Naruto tetap bersikap sopan. 

"Untuk apa kalian datang?"

Naruto menoleh ke arah Sasuke dengan kening berkerut. "Sasuke … apakah mereka keluargamu?" Naruto kian dibuat bingung saat Sasuke hanya terdiam menatap tajam pria paruh baya di depannya tanpa menimpali pertanyaannya.

"Boleh ibu menggendongnya, Sasuke?"

"Sasuke?" Naruto memasang wajah menuntut penjelasan. 

Sasuke menghela napas. Rasa bersalah menggelayuti hatinya ketika melihat wajah kebingungan Naruto akan kehadiran keluarganya. "Mereka keluargaku."

"Maaf, Uzumaki-Kunー"

"Naruto saja, Nyonya."

Mikoto tersenyum tipis. "Ah, maafkan atas kedatangan kami secara tiba-tiba. Kami hanya khawatir pada Sasuke."

Tied to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang