Kepala pirang menunduk di hadapan seorang pria berambut merah. Kesalahan yang dilakukannya cukup fatal kali ini hingga menyebabkan Nagato marah besar. Dirinya telat menjemput Naruto hingga membuat pemuda itu kabur entah ke mana.
"Sudah kuperingatkan, tapi kenapa kau malah lalai! Apa yang kau lakukan sebenarnya!?"
Deidara tak berkutik mendengar pertanyaan Nagato. Jika dirinya mengatakan sejujurnya, masalah akan bertambah runyam. "Maaf, aku akan berusaha mencari Naruto."
"Ke mana kau akan mencari?"
Deidara menggaruk kepalanya. Sebenarnya ia tidak memiliki petunjuk apa pun. "Entahlah."
Nagato menatap tajam Deidara dari balik meja kerjanya. "Bisa-bisanya kau menganggap enteng masalah ini!?"
"Astaga! Mana mungkin aku menganggap masalah ini enteng! Aku hanya belum mendapatkan petunjuk!"
"Bisakah kalian tidak berbicara dengan nada tinggi?"
Deidara berbalik menatap pintu masuk ruang kerja Nagato. Seorang pria berambut oranye melangkah masuk menghampiri dirinya dengan sebuah amplop coklat berukuran sedang di tangan pria itu.
"Uchiha Sasuke … aku yakin pemuda itu terlibat. Saat menghadiri pemakaman Karin, kulihat Sasuke dan Naruto sangat dekat. Aku yakin keduanya menjalani hubungan spesial."
Deidara mengambil amplop coklat yang terulur ke arahnya, membuka dengan tidak berselera. Namun melihat isinya membuatnya mengingat mantan kekasihnya. Ciri-ciri seperti itu hanya dimiliki oleh keturunan Uchiha. Isinya malah mengingatkan akan kenangan manis bersama Uchiha Itachi. Apalagi jika diperhatikan, mereka serupa, tapi tak sama. Uchiha bersaudara itu sama-sama mengencani pemuda berambut pirang.
"Aku akan mencoba mencari informasi tentang mereka bersama Danna." Deidara berjalan meninggalkan ruangan, namun baru setengah perjalanan, langkahnya terhenti karena ucapan Yahiko.
"Ngomong-ngomong soal Sasori … apakah kalian berkencan?"
"Tidak!" tegas Deidara sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
Meski nada tegas terdengar, namun di telinga Yahiko ketegasan itu memiliki arti sebaliknya. Mungkin mereka memiliki hubungan yang rumit. "Aku tak percaya ucapannya," Yahiko bergumam tanpa mengharapkan reaksi siapa pun. Langkah kakinya membawa pria itu ke belakang kursi Nagato. Kedua tangannya mulai memberi pijatan lembut di bahu kekasihnya itu. "Sesekali beristirahatlah dari permasalahan yang tiada habisnya."
"Kau tau benar jika aku tidak bisa jika harus kehilangan seluruh keluargaku."
Kedua tangan Yahiko terhenti. "Bagaimana jika berkeliling ke suatu tempat, siapa tau bisa menemukan Naruto. Anggap saja sebagai kencan sekaligus mencari keponakanmu itu." Tubuh Yahiko membungkuk, merengkuh sang kekasih. Ciuman gemas mendarat di pipi putih Nagato.
Menghela napas, Nagato menyetujui usul Yahiko. Rasanya ide itu tidaklah terlalu buruk.
***
Mentari pagi perlahan merangkak, menampakkan diri memberi kehangatan bagi sebagian kecil bagian dunia. Aktivitas mulai berjalan semestinya. Warga sibuk berlalu lalang melakukan tugasnya masing-masing. Di salah satu rumah sederhana di antara rumah-rumah sederhana lainnya pun sama. Bedanya yang biasa terbangun lebih pagi masih terlelap. Rasa heran pun menghampiri seorang pemuda berambut pirang.
Melangkah ke dapur untuk meletakkan perlengkapan makan semalam, tubuhnya kembali berbalik menghampiri tubuh yang masih terdiam dengan napas teratur di atas futon. Meski kilasan masa lalu terus menggodanya untuk lari dari pemuda yang masih terlelap, namun ia merasa perlu membangunkannya untuk bekerja. Tubuhnya berjongkok, siap menyentuh bahu sang kekasih, namun urung. Sebuah tanda kebiruan di lengan bagian bawah kekasihnya membuatnya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tied to the Past
FanfictionNaruto disclaimer by Masashi Kishimoto. *** Naruto menikmati hidup damainya bersama kakak serta adiknya selama bertahun-tahun. Namun kedamaian itu perlahan terusik sejak pertemuannya dengan Sasuke. Sebuah kenyataan pahit mulai terkuak perlahan. Pert...