Menerima berbagai kenyataan mengerikan secara bersamaan bagai sebuah bom yang tak menunggu waktu untuk meledak. Kegilaan perlahan menggerogoti kewarasan, otak pun tak mampu berpikir dengan jernih. Meski sudah mengamuk melampiaskan kemarahan, akan tetapi rasanya itu belumlah cukup. Haruskah ia melenyapkan semua orang berhubungan dengan mimpi buruk yang tak pernah ia sadari?
"Sasuke, tenanglah!"
Suara di sekelilingnya pun terasa bagai gema yang akan menghilang terserap dinding-dinding dendam di hatinya. "Ponsel, ponsel, ponsel." Tanpa menghiraukan anggota keluarga yang masih kebingungan akan tingkahnya, Sasuke merangkak mencari keberadaan ponsel miliknya, membuang kembali buku-buku di atas lantai secara asal, atau barang-barang yang sudah hancur akibat ulahnya, berharap ponselnya bersembunyi di antara barang-barang yang berserakan tersebut.
Perilaku Sasuke menjadi tontonan yang mengerikan bagi keluarganya. AyahnyaーUchiha Fugakuーmenatap waswas putranya dari depan pintu. Lelaki paruh baya itu takut jika ada sesuatu hal yang membuat Sasuke berperilaku seperti orang gila.
Sang ibuーUchiha Mikotoーmenggenggam erat lengan suaminya yang berdiri di sebelahnya.
KakaknyaーUchiha Itachiーyang sudah berada di dalam kamar berusaha menghindari setiap lemparan barang yang Sasuke lemparkan secara asal. "Sasuke, apa yang terjadi sebenarnya? Tenanglah ceritakan pada kami." Berulang kali bibirnya mencoba menenangkan, akan tetapi Sasuke tidak menggubrisnya seolah keberadaannya tak terdeteksi oleh adiknya itu.
Mereka semakin khawatir saat melihat ekspresi wajah Sasuke yang tersenyum bak orang gila setelah menemukan ponselnya.
Sasuke sendiri sedang mengaktifkan ponselnya yang sempat dimatikan. Rasa bersalah seketika menggelayuti hatinya melihat banyaknya notifikasi panggilan dari Naruto.
Sasuke berdiri sambil mengutak atik ponselnya. Dengan segera ia menghubungi Naruto. Ia memiliki firasat jika Naruto sudah mengetahui kematian Karin. Ekspresi apa yang harus ia berikan pada Naruto mengingat dirinya sudah mengetahui kematian Karin. "Halo, sayang. Ada apa?"
Sasuke berjalan meninggalkan kamar, melewati tubuh kedua orangtuanya tanpa memperdulikan jika mereka dalam keadaan syok, panik, was-was, dan perasaan tak menentu lainnya akibat ulahnya. Rasanya ia sudah tidak bisa bersikap tenang setelah mengetahui segalanya. Saking tidak tenangnya sampai ia tidak tahu harus bersikap bagaimana untuk saat ini.
Setelah kepergian Sasuke, Itachi meneliti setiap kekacauan di kamar sang adik. Ia yakin jika ada sebuah pemicu yang membuat kelakuan adiknya bak orang gila.
"Itachi, susul adikmu. Ibu khawatir jika terjadi sesuatu padanya."
Itachi mengerutkan keningnya saat melihat ke arah laptop Sasuke. "Maaf, Ibu. Beri aku waktu mencari petunjuk. Kalian bisa menyuruh seseorang untuk mengikutinya."
"Tapi …."
Itachi mengangkat tangannya ke samping dengan jari telunjuk terangkat, serta jari lainnya terlipat ke dalamーmemberi isyarat agar ibunya diam. Matanya masih tetap tertuju ke arah laptop Sasuke yang tergeletak miring tak jauh di depannya, di antara beberapa buku, seta pecahan kaca lampu bohlam. "Aku tidak ingin kehilangan sesuatu di sini setelah kepergian Sasuke. Aku tidak ingin kamar ini dibereskan oleh pelayan terlebih dahulu sebelum aku menemukan apa penyebab Sasuke bersikap seperti itu."
"Ayah mengerti. Ayah akan menyuruh seseorang untuk mengikutinya."
"Tapi, Anata …."
"Tenanglah, Mikoto. Sasuke baik-baik saja."
Meski sang suami sudah mencoba memberi kalimat penenang, Mikoto masih merasakan waswas di hatinya. Baru kali ini Sasuke bersikap aneh seperti itu, wajar jika ia tidak bisa menyerahkan pengawasan pada orang lain selain Itachi. Namun perkataan Itachi ada benarnya. Jika tak bisa menemukan pemicunya, mereka tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya Sasuke sembunyikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tied to the Past
FanficNaruto disclaimer by Masashi Kishimoto. *** Naruto menikmati hidup damainya bersama kakak serta adiknya selama bertahun-tahun. Namun kedamaian itu perlahan terusik sejak pertemuannya dengan Sasuke. Sebuah kenyataan pahit mulai terkuak perlahan. Pert...