Rintik hujan mengiringi muramnya langkah kehidupan remaja pirang yang telah kehilangan masa depan. Dua manusia memandang pemandangan mengerikan di depan kaki mereka. Satu remaja dalam keadaan mengenaskan, satu pemuda terlelap damai setelah mendapat suntikan obat penenang. Gadis berambut merah jatuh bersimpuh dengan air mata menetes. Keponakan kesayangan mengalami luka fisik yang tidaklah sedikit. Mengapa permasalah seperti ini selalu saja orang yang tidak tahu apa-apa yang menjadi korban.
"Bergegaslah Karin sebelum orang lain mengetahui kejadian ini. Terlebih kakakmu. Mungkin ia akan membunuh pemuda ini meski dirinya tidak bersalah."
Karin langsung menghapus air matanya. Ia tahu jika Sasuke pasti tidaklah sadar akan perbuatannya dilihat dari kondisi teman sekelasnya itu saat menggauli sang keponakan. "Sensei, bisa kau beritahu Suigetsu untuk cepat melakukan tugasnya. Aku memiliki sebuah rencana."
Orochimaru bergegas turun, sedangkan Karin mulai membereskan kekacauan yang terjadi. Membalut luka di kepala Naruto dengan kaos yang terkoyak milik si pirang. Memakaikan pakaian Sasuke kembali dengan susah payah.
Dor! Dor! Dor!
Suara tembakan sedikit membuat tubuh Karin berjengit kaget. Namun ia tak berhenti untuk membereskan semuanya. Masalah tempat itu, ia bisa mengurusnya nanti.
"Bagaimana Karin?"
"Kita bawa Naruto terlebih dahulu ke rumah sakit."
Suigetsu mengangguk mengerti. Dengan cepat dirinya membopong tubuh tak berdaya Naruto ke dalam mobil, dilanjutkan Sasuke. Setelah itu Karin memerintahkan Orochimaru beserta Suigetsu untuk membawa mayat Taiko ke dalam bagasi mobil. Setelah mengantar Naruto untuk ditangani khusus oleh asisten Orochimaru, mereka meluncur kembali, sedikit memutar ke arah Utara pulau di mana para omega rendahan berada. Satu bangunan layaknya penjara menjadi tujuan mereka.
Kedatangan Karin disambut biasa oleh para penjaga tempat itu, namun hal yang tak mereka duga adalah tindakan Suigetsu dan juga Orochimaru yang segera mengeksekusi mereka. Membunuh satu persatu penghuni bangunan layaknya penjara itu menggunakan senjata milik Taiko. Setelah selesai, mereka membakar tempat itu beserta mayat Taiko di dalamnya.
Selesai di tempat yang jauh dari pemukiman elit omega kalangan atas itu, mereka melanjutkan perjalanan ke bandara kecil di pulau itu. Meski melelahkan dan hampir menjelang tengah malam, namun dengan tekad kuat Karin terus mencoba mengejar rencana. Ia mengantar Sasuke ke seberang pulau, meninggalkan tubuh tak sadarnya di dalam kamar sebuah hotel.
Karin serta Suigetsu kembali ke pulau menjelang dini hari. Tujuannya langsung ke rumah sakit untuk melihat keadaan Naruto. Kabar kurang mengenakkan terdengar oleh telinga Karin dari Orochimaru. Keponakannya mengalami fase enggan hidup. Alam bawah sadarnya memerintahkan remaja itu untuk tidak terbangun dari tidurnya akibat terlalu syok dengan kejadian yang menimpa remaja itu.
"Beristirahatlah sejenak agar esok kita bisa membereskan sisa kekacauan." Suigetsu membantu Karin berbaring di atas ranjang kecil di ruang rawat inap Naruto. Pemuda itu merasa kasihan melihat keadaan Karin yang terlihat lelah dan tertekan. Meski Karin sangat galak padanya, namun ia masih tetap mencintai gadis itu. Ialah yang selama ini membocorkan kehidupan kelam kakak laki-lakinya. Rasa cintanya bersemi saat ia bersama Nagato mengunjungi rumah kediaman Namikaze.
Saat pembantaian suami istri Namikaze, dirinyalah yang mengantar Karin ke pulau untuk pertama kalinya. Mulai dari saat itu Karin terus terlibat dengan kegiatan sang kakak.
***
Hujan terus menerus akan membawa hawa dingin, namun tidak bagi Nagato. Pria itu mengamuk mendapati kekacauan yang terjadi di tempatnya akibat ulah salah satu anak buah kepercayaan Uchiha. Pria itu langsung melakukan panggilan video pada pimpinan Uchiha saat itu, yaitu fugaku Uchiha. "Bisa kau jelaskan masalah ini dengan baik? Bagaimana bisa anak buahmu mengacau sampai-sampai keponakanku menjadi korban! Dia diperkosa, ditandai paksa! Apakah ini bentuk pengkhinatan!?" Nagato menatap tajam ke arah layar laptopnya dari balik meja kerjanya.
"Bisakah kau menyelidikinya dengan lebih teliti lagi?"
"Bukan hanya dari pihakku yang menyelidiki, tetapi juga dari pihakmu! Apa pembelaanmu!?"
"Tenanglah, besok aku akan mengirim Itachi untuk meluruskan masalahnya."
Nagato menutup laptopnya ketika ia merasa kurang setuju jika hanya Itachi saja yang datang. Masalahnya Fugaku adalah orang yang selama ini memutuskan siapa saja pihak Uchiha yang harus berada di pulau tersebut.
Nagato menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Matanya terpejam, mengatur deru napasnya yang sedikit memburu untuk menenangkan pikiran. Rasanya ia sudah gagal menjaga peninggalan kakaknya itu. Apa yang harus ia lakukan? Keponakannya ditandai dan yang menandai hangus terbakar. Meski terasa ganjil mengapa Naruto bisa di sana, namun ia tidak bisa menggali informasi apa pun. Karin tak bisa membantu karena gadis itu masih syok mendapati keponakan yang sangat dicintainya itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Tok! Tok! Tok!
Nagato membuka mata, menegakkan tubuh lelahnya saat suara ketukan pintu terdengar olehnya. "Masuk!" Dengan suara tak terlalu tinggi, Nagato memerintah seseorang dibalik pintu. Kedua matanya terus tertuju pada pintu yang perlahan terbuka memperlihatkan penampakkan sang adik. "Ada apa?"
Tertunduk lesu, Karin menghampiri kursi di seberang Nagato. "Aku ingin membawa Naruto dari pulau ini setelah sadar."
"Kau tidak bisa melakukannya, Karin. Kau sadar benar jikaー"
"Aku sadar benar siapa Naruto, Niichan! Hal baik apa yang bisa kau janjikan, hah!? Mengertilah posisi mereka! Pantas saja Minato Nii tidak menyukai ambisimu. Mau sampai kapan kota itu akan berdiri? Kota omega tanpa kehidupan penuh siksaan. Sampai kapan? Mereka tidak akan pernah terekspos oleh kehidupan sempurna yang mengorbankan banyak kehidupan yang tak berdosa." Karin menatap sang kakak dengan pandangan putus asa. Mata membengkaknya masih terlihat dengan kentara. Kesedihannya tak mampu tergambar melihat kondisi keponakan yang masih koma.
Pemandangan itu sedikit meluluhkan hati Nagato. Mau sekeras apa pun hatinya mempertahankan egonya, namun jika itu menyangkut Naruto ia tidak bisa berbuat apa-apa. "Baiklah … kau boleh membawanya."
Karin sedikit menunjukkan senyum kelegaan. Namun di sisi lain rasa khawatir akan perbuatannya selalu menghantui langkahnya. Dan lagi Orochimaru memberi syarat untuknya sebagai bayaran tutup mulut dengan mengorbankan kehidupan Naruto. Orochimaru ingin meneliti kehidupan omega yang sudah memiliki pasangan. Di eranya ia belum pernah mendapatkan hal langka seperti ini. Dengan terpaksa karin menyetujuinya.
***
Di sebuah hotel kecil, seorang pemuda berjalan menyusuri lorong dengan keadaan linglung. Rasa menusuk di kepanya membuatnya meringis. Otaknya berusaha mengingat bagaimana dirinya bisa berakhir di tempat itu. Namun sekeras apa pun ia mengingat, ia tak mampu menggali ingatan tersebut. Menghela napas, tubuhnya bergeser ke samping, menempel di tembok lorong hotel. Perlahan tubuhnya merosot, jatuh ke atas lantai dengan punggung bersandar pada tembok.
"Anda baik-baik saja, Tuan?" Salah satu pegawai hotel yang kebetulan datang menegur sang pemuda berambut hitam.
"Bisa kau menghubungi keluargaku?" Pemuda yang ternyata Sasuke itu mulai menyebutkan nomor telepon sang kakak saat pegawai hotel tersebut mengeluarkan ponsel pintarnya.
Sasuke meraih ponsel yang tersodor ke arahnya. "Halo, Aniki."
"Astaga, Sasuke! Ke mana saja kau dua hari ini?"
Sasuke memijat kepalanya yang kian berdennyut menyakitkan. "Entahlah, aku tidak tau."
"Di mana kau sekarang?"
"Aku tidak tau." Sasuke memejamkan mata. Kepalanya mendongak bersandar pada dinding lorong hotel. Tangan yang memegang ponsel terangkat ke arah sang empunya ponsel. "Katakan padanya di mana aku sekarang."
"Ba-baik Tuan." Sang pegawai memberitahu posisi sang pemuda yang terlihat dalam kondisi tidak baik-baik saja. Setelah panggilan berakhir, pegawai itu membawa Sasuke ke ruang pusat informasi, menunggu keluarga si pemuda menjemputnya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Tied to the Past
Fiksi PenggemarNaruto disclaimer by Masashi Kishimoto. *** Naruto menikmati hidup damainya bersama kakak serta adiknya selama bertahun-tahun. Namun kedamaian itu perlahan terusik sejak pertemuannya dengan Sasuke. Sebuah kenyataan pahit mulai terkuak perlahan. Pert...