Tied - 10

1.8K 239 30
                                        


Suasana mendung terlihat berbeda siang itu. Mata merah sewarna rambut panjangnya memandang jalanan sepi menuju kediaman sang kakak. Suara rintik hujan beradu dengan benda-benda di sekitarnya terdengar menggema dari dalam mobil yang ditumpanginya. Di depannya si pemuja setia sedang berceloteh tak tentu arah dengan seorang Dokter yang bertugas memeriksa setiap omega di tempat ini. "Sui, bisa kau percepat laju mobilnya? Perasaanku kurang enak."

"Tidak perlu dipikirkan Karin, meski kau belum menerimaku saat ini aku akan setia menunggumu meski sampai tua."

"Sui … aku serius." Karin mencoba memperingatkan pemuda bergigi runcing di depannya bahwa dirinya sedang tidak main-main. Firasatnya berbicara jika ada sesuatu yang sedang menimpa orang-orang terdekatnya. Setelah melewati beberapa bangunan apartemen untuk omega kaum elit, akhirnya ketiganya sampai di kediaman Nagato.

Langkah Karin terburu-buru memasuki rumah Nagato yang terbuka. Mengernyit heran, Karin memanggil penjaga sebelum masuk dan menanyakan untuk apa pintu utama terbuka, padahal biasanya tertutup meskipun penghuni rumah berada di tempat. Setelah mendapat jawaban jika ada tamu dari pihak Uchiha, Karin langsung menemui orang itu di ruang tamu di depan sisi kiri tangga menuju lantai dua. 

Tersenyum ramah, Karin menyambut tangan pria yang diketahuinya bernama Yashiro Uchiha. "Maaf, ada urusan apa hingga membuat Anda berkunjung kemari di saat kakakku tidak ada?" Karin duduk bersebrangan dengan sang tamu.

"Ah, maaf ada yang ingin menyewa rahim omega elit. Aku akan menunggu kakakmu pulang."

Kening Karin berkerut dalam. "Kakakku pergi sampai esok hari. Apakah Anda tidak menghubungi kakakku sebelum kemari?"

Yashiro menghela napas kecewa. "Ini salahku karena tidak menghubunginya terlebih dahulu. Kalau begitu aku akan kembali besok. Sore ini aku ada pertemuan dengan anggota klan yang lain."

Karin menatap curiga pria di depannya. Biasanya setiap pertemuan selalu ada perjanjian sebelumnya. Namun Karin berusaha mengenyahkan pikiran buruknya dan kembali tersenyum ramah ketika Yashiro pamit undur diri. Selepas kepergian Yashiro, karin merogoh tas selempangnya, mengambil ponsel miliknya untuk mengetahui posisi adiknya saat ini. Biasanya sang adik selalu mengecek satu apartemen setiap harinya untuk memastikan para penghuninya baik-baik saja.

Rasa gelisah yang sempat menghilang, kini muncul kembali saat mengetahui letak posisi Naruto saat ini. Bangkit dari duduknya, gadis itu berlari menuju pintu keluar, mencari keberadaan pemuda bergigi runcing, serta seorang Dokter berambut panjang bernama Orochimaru. 

Menerobos rintikan hujan yang tidaklah terlalu deras, kaki gadis itu berlari ke sebelah kiri bangunan di mana mobil yang ditumpanginya beberapa saat lalu masih dalam keadaan menyala.

Membuka kasar pintu kursi penumpang, Karin memerintahkan Suigetsuーpemuda bergigi runcingーyang masih di balik kemudi untuk kembali menjalankan mobil tersebut. "Kita ke mercusuar, cepat!"

"Untuk apa?"

Karin menggeram kesal. "Lakukan saja! Ke mana Yoshiro pergi?"

"Entahlah. Dia terlihat mencurigakan. Memarkir mobil tidak di dekat rumah yang dikunjungi." Pria di samping Suigetsu menimpali pertanyaan Karin dengan nada tenangnya meski di otaknya tertanam rasa kecurigaan yang begitu besar pada pria itu. Ia sempat melihat Yoshiro berlari kecil menuju pintu gerbang kediaman Yahiko untuk meninggalkan pelataran rumah Yahiko.  

"Sebenarnya apa yang terjadi, Karin? Kenapa kita harus ke mercusuar?"

"Naruto berada di sana."

"Apa!?" Tanpa pikir panjang, Suigetsu berusaha sebisa mungkin untuk cepat sampai di sana. Bagaimana bisa Naruto ke sana tanpa pengawasan. Banyak spekulasi yang memutari otak sedikit pintarnya. Antara Naruto ingin bunuh diri atau diculik.

***

Gambaran yang terlihat di layar 18 inci dan terbagi dalam beberapa kolom kecil membuat pemuda berambut hitam dalam ruangan 5 X 5 meter itu tak menyadari jika ponselnya sedari tadi menyala memperlihatkan panggilan masuk. Selain gambar bergerak yang terlihat menghibur di depannya, ia sengaja membisukan notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Meski ponsel itu berada di samping layar, namun sepertinya sang pemuda begitu terlena dengan hiburan di depannya hingga tak menyadari layar ponselnya yang menyala beberapa kali.

Bahkan pemuda itu mulai membuka resleting celana, mengeluarkan kejantannya yang kian sesak mengisi fabrik kain yang dikenakannya. "Sssh … ah!" Rasa lega terasa begitu benda tak bertulang yang menggantung di selangkangannya terbebas dari penjara. Mata hitamnya tetap fokus pada kegiatan Sasuke yang dengan beringas menikmati tubuh remaja tanggung di ruangan yang berada satu lantai di atasnya. 

Taiko, pemuda yang sedari tadi memperhatikan pergulatan panas dua insan yang salah satunya melakukannya dalam keadaan dibawah pengaruh obat rut berdosis besar, mulai membelai benda yang setengah menegang dalam genggaman. 

Brak! 

Namun sayang aksinya harus terhenti akibat suara bantingan pintu yang terbuka kasar di belakang tubuhnya.

"Jangan bergerak, atau kuledakkan kepalamu!"

Dor!

Satu tembakkan peringatan dilepaskan Suigetsu sebagai tanda jika dirinya tak main-main. Kaki pemuda itu berjalan menghampiri Taiko yang masih terdiam di tempatnya, dan berhenti dalam jarak aman dari pemuda itu. "Brengsek! Di mana Naruto!?" Satu tembakkan Suigetsu lepaskan ke arah bahu pemuda di depannya, ketika matanya tak sengaja melihat gambaran dalam layar di depan Taiko. Di sana Naruto sedang digauli entah oleh siapa dengan kasar. Naruto terlihat dalam keadaan menungging di atas lantai, kepalanya ditahan dengan kuat oleh pemuda tanggung berambut hitam. Pinggul pemuda itu terlihat bergerak maju dengan tempo cepat layaknya sedang kesurupan. 

Karin yang melihat Suigetsu terlihat marah pun mulai mendekat disusul oleh Orochimaru. Gadis itu menutup mulutnya saat melihat layar di depan Taiko. Saat matanya tak sengaja melihat ke arah kolar yang biasa dipakai Naruto di samping ponsel Taiko, di sebelahnya lagi ia melihat beberapa kunci yang dijadikan satu pada gantungan kunci berbentuk bola kecil. 

Meraih kunci di atas meja, Karin bergegas meninggalkan ruangan itu diikuti Orochimaru. 

Sedangkan di ruangan lain, Sasuke masih melampiaskan rasa tak nyaman di bagian kejantannya yang terus saja menginginkan pelepasan meski sudah beberapa jam berlalu namun rasa itu tak jua berlalu. Suara geraman rendah tanda pelepasan kembali dirasakan. Seolah masih kurang, pemuda itu menarik paksa Naruto hingga terbangun.

"Lepaskan, Naru! Sakit! Naru sudah tidak kuat! Hentikan! Tubuh Naru akan Hancur!" 

Meski suara teriakan Naruto begitu putus asa, namun teriakan itu tak cukup mampu untuk membangunkan sisi kemanusiaan Sasuke. Pemuda itu dengan kasar menghempaskan tubuh yang jauh lebih kecil ukurannya ke tembok tak jauh dari tempat terakhir pemuda itu menggauli Naruto dengan kasar. Dengan kasar pula, tangan Sasuke meraih belakang lutut Naruto. Mengangkatnya sebatas pinggang, kemudian kembali memasukkan kejantannya. Pinggulnya bergerak dengan tempo sedang, bibirnya meraih bibir yang yang terluka di beberapa bagian. Dan tanpa disadari oleh Sasuke, remaja yang sedang digaulinya mulai mengeluarkan darah dari belakang kepalanya akibat benturan kuat yang disebabkan olehnya beberapa saat lalu. Perlahan kelopak mata sang remaja mulai menyembunyikan warna biru yang kian menggelap akibat terlalu banyak derita yang dialami sang remaja.

Sungguh warna mata itu begitu kontras dengan warna langit di luar sana. Terlalu gelap hingga tak mampu menggambarkan warna lain selain kesedihan mendalam dengan tetesan-tetesan air yang tiada henti, menenggelamkan secercah harapan akan kebahagiaan. 

 TBC.

Tied to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang