Memberi Tumpangan

67 16 13
                                    

Alarm yang sengaja Leona pasang pukul 06:10 WIB sudah berbunyi. Ya, pagi ini, setelah sholat subuh Leona memutuskan untuk tidur lagi. Namun karena rasa kantuk masih mendominasi Leona tak kunjung beranjak dari tempat tidurnya, kok beranjak mematikan alarm saja malas.

"Dek, bangun Dek" sembari mengetuk pintu Leonel mencoba membangunkan adiknya.

"Leo! Bangunkan Leona Nak!" ibu berteriak dari arah dapur.

"Iya Bu, ini sudah aku bangunkan."

"Dek bangun! Disuruh Ibu."

Leonel akrab betul dengan pekerjaan ini, membangunkan Leona.

Mendengar kata "ibu" disebut Leona segera mematikan alarmnya dan beranjak dari kasur. Leonel mana tahu kalau adiknya sudah bangun, jadi ia mengetuk pintu lagi. Kali ini Leonel menyandarkan punggungnya ke pintu, sementara itu sepasang tangannya ia tekuk ke samping atas setinggi sepasang bahunya sehingga membentuk huruf 'W'. Ia gerakan sepasang tangan itu, maju-mundur, mengetuk pintu dengan cara tak lazim.

Mana tahu Leona kalau posisi abangnya seperti itu, ia segera membuka pintu seraya berucap, "sudah bang-"

Kata "bangun" nya terpotong oleh sebuah kejutan kecil yakni robohnya sang abang bersamaan dengan ia membuka pintu. Laki-laki berusia 20 yang sama -bahkan lebih- terkejutnya dengan Leona ini berusaha agar tak sampai terjatuh dalam kondisi terduduk. Beruntung Leona membuka pintu dengan perlahan dan dengan sigap menahan agar pintu tak terbuka lebih lebar.

"Eh maaf, maaf Bang!"

Tulus hati Leona meminta maaf sambil mengulurkan tangannya untuk membantu si abang berdiri.

"Bersyarat dong," jawab Leonel saat sukses bangkit.

"Politik! Apa?"

"Maaf ya. Maaf kemarin tidak mau membuntuti Jawwis sampai tujuan."

Leona mengangguk tanda setuju. Adik satu-satunya Leonel ini segera berjalan menuju kamar mandi.

Sementara Leona keluar kamar si abang malah masuk kamar Leona. Rupanya Leona tadi tidak mematikan alarm hp-nya melainkan menunda alarm, artinya alarm akan berbunyi lagi. Di setelan alarmnya ia menggunakan tunda 2 menit, percaya atau tidak 2 menit itu sudah berlalu dan alarm itu sudah berbunyi lagi. Maksud Leonel masuk ke kamar adiknya tak lain dan tak bukan adalah mematikan alarm.

"Kamu ngapain Bang?"

Leona kembali. Entah untuk alasan apa.

"Mematikan alarm. Kau kan tidak punya pacar, mana mungkin ada privasi di hp mu. Mandi-mandi sana biar punya pacar."

Ejek Leonel, padahal ia juga tidak punya pacar sejak duduk di bangku kuliah.

Mendengar jawaban si Abang yang masuk akal Leona pun tak ragu meninggalkan kamar, beranjak menuju kamar mandi. Tuh kan, entah apa tujuannya kembali ke kamar.

"Astagfirullah," Leona segera berlari menuju ke kamar mandi.

"Kamu sudah mandi kan, Nak?"

"Sudah, cuma gosok gigi setelah itu wudhu, Buk."

Buk. Dengan imbuhan huruf 'k'.

"Salah siapa tidur lagi setelah sholat subuh, sekarang gedandapan kan. Besok mau kamu ulangi lagi? Jam berapa sekarang? Enam pas?"

Ibu yang sedang menata makanan di meja makan memberi banyak pertanyaan yang tak satupun dijawab oleh Leona.

"Jam berapa Nak? Sarapan di rumah atau di bawakan bekal dua? Satu untuk sarapan, satu lagi untuk makan siang."

(Bukan Berarti) Ia Takluk Oleh HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang