“Buk, aku berangkat dulu. Assalamualaikum.
Warda, berangkat ya! LEKAS SEMBUH MENCRETNYA!”
Leona sedikit tersulut emosi. Ah, tentu. Warda baik-baik saja tiba-tiba alasan diare. Dasar tidak bisa diajak kompromi.
“Waalaikumsalam. Titipan Ibu untuk abangmu dan istrinya, sudah?"
“Ada, di tas.”
Sambil menunjuk ke arah kamarnya yang lurus -dibelakangnya-dengan tempatnya berdiri.
Ibu dan anak ini sedang berada di depan kamar mandi. Ibu mengantar tamu sang anak yang sambat diare sampai depan kamar mandi.
“Kalau di kampus tidak ada jam main ke rumah ya, Leona!”
“Ya."
“Besok pagi deh aku jemput kamu di rumah Jawwis, ganti aku yang mengantarmu ke kampus."
“Ya ya ya.”
Leona berlalu dengan sedikit kesal. Ibu mengikutinya, berniat mengantar sampai ruang tamu lalu melepas kepergian Jawwis.
“Eits.. Tidak, Buk! Kasihan Warda barangkali butuh apa-apa.”
“Ya sudah, salam ke Jawwis, Ibu masih mengurus Warda.”
Leona mengangguk mantap. Kini, ia meneruskan langkah.
“Wis, ayo!"
Jawwis segera berdiri mendengar namanya disebut. Sekarang bergegas mendekat ke arah Leona.
“Eh eh, sini!”
Rupanya Jawwis khawatir pada Leona. Gadis yang seumuran dengannya itu menggendong tas camping, besar! Pasti berat, begitu pikir Jawwis.
“Aku anak Pramuka, Wis!"
“Oh, iya ya.”
Jawwis menurut saja.
“Belum pamit ke Ibu.”
Leona menggelengkan kepala, “masih ribet dengan Warda.”
Lagi-lagi, Jawwis menurut saja.
Leona segera berjalan terlebih dahulu menuju mobil Jawwis. Jawwis tertinggal cukup jauh. Di sana sudah ada pak supir. Melihat yang dijemput tuannya menggendong tas besar pak supir segera turun, berlari kecil ke arah Leona, lalu menawarkan bantuan, “biar saya bawa, Non!”
“Tidak, Pak. Terima kasih. Saya anak Pramuka.”
Slogan itu lagi. Saya anak Pramuka. Pak supir hanya tersenyum lebar.
“Eh, Jawwis! Lama betul!”
Jawwis hanya tersenyum. Terus berjalan menuju mobil, secepat mungkin, sebisa mungkin pula tak terlihat gestur menahan sakit.
“Eh, kaki Kamu kenapa?”
“Tidak.”
“Bantu Jawwis Pak, saya minta tolong!”
Jawwis menjulurkan tangan kanan ke depan, meniru polisi yang mengentikan kendaraan. Terus berjalan. Kini pelan kembali temponya berjalan.
Leona menatap pak supir, meminta penjelasan.
“Kata Tuan Jawwis, Nona suka nonton bola. Nona juga Semeton."
Leona mengangguk. Tapi, apa artinya pertanyaan itu? Leona bingung. Kembali menatap pak supir dengan tatapan meminta penjelasan.
“Tuan Jawwis cedera saat pertandingan.”
“Ibu, Bang Leonel, mereka tidak pernah bercerita soal itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan Berarti) Ia Takluk Oleh Hujan
Novela JuvenilKita akan mengerti setelah membaca semua. Bukan, membaca bukan hanya tentang sesuatu yang tersurat, kita harus membaca sesuatu yang tersirat pula. Bahkan selayaknya mencari tahu tentang yang samar agar pemahaman kita tentang suatu kisah menjadi semp...