Sebelum melakukan tugasnya, Leona terlebih dahulu mengelilingi taman ini. Menikmati udara pagi yang sejuk. Mendekat kepada beberapa jenis bunga yang memikatnya. Mencari sesuatu di setiap bunga yang ia sukai. Di SMA Namaterang, setiap bunga dalam pot memiliki tanda pengenal, entah itu kertas keterangan yang dilaminating lalu dilubangi atasnya, diberi tali agar dapat dicantolkan pada ranting, atau diberi bilah bambu lalu ditancapkan pada tanah. Ah, Leona yang aneh. Ini taman pribadi bukan umum.
Setelah puas, Leona berjalan menuju samping rumah. Di salah satu sudut, ada sebuah selang panjang yang digulung dan diikat rapi. Leona mengambil selang itu, membuka ikatannya, dan memasangkan pada keran.
Tunggu, sebelum memulai alangkah baiknya memutar musik, begitu pikirnya. Segera ia mengeluarkan hp dari saku rok nya. Mentang-mentang sudah punya pulsa internet, sudah bisa memutar lagu lewat aplikasi musik online.
🌂
Ikut Leona dengerin lagu yuk.
Ini link spotify-nya:
https://open.spotify.com/track/73DWDOjVUyJ8sAiAcySvgS?si=aN7ISHVwQYK-rJcitNCulgIni link yt nya:
https://youtu.be/DYbSp-B-8AMAtau bisa sih, pakai aplikasi lain, intinya lagunya Tulus yang berjudul Sepatu, ya!
🌂
Belum-belum Leona sudah manggut-manggut saja, menikmati intro lagu yang ia putar. Sebetulnya aransemen nya cukup sendu, tapi apa pedulinya. Ini lagu dari penyanyi favoritnya, tetap ada manggut-manggut, geleng-geleng, gerakan ringan sepasang tangan, atau hentakan kecil, sangat menyenangkan. Mulai masuk ke dalam lirik, Leona mendengarnya tanpa niat meniru, kecuali di hati.Selalu bersama tak bisa bersatu.
"Ayo kita mulai."
Keran dinyalakan. Selang diulur, maju ke taman. Jejak air sepanjang posisi awal ujung selang yang tidak menancap pada keran sampai taman.
Bunga-bunga menyambut riang. Diberi makan oleh seorang yang baru, bukan Pak Bun, apa peduli para bunga, yang penting betul cara menyirami mereka. Menyenangkan. Segar. Tapi, kalau para bunga bisa bicara mereka akan request lagu dari penyanyi yang sama tapi yang ceria.
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginanKita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbedaDi dekatmu kotak bagai nirwana
Namun saling sentuh pun kita tak berdayaBurung berkicau-an, menambah ramai suasana pagi ini. Menambah gembira hati Leona. Ah, Leona tak meresapi liriknya. Larut dalam gembira sebab mendengar suara merdu penyanyi asal Bukittinggi itu.
Tak butuh lama, bunga-bunga sudah tersiram air semua. Leona berjalan menuju samping rumah, tentu dengan tangan yang memegang selang yang airnya masih mengalir, mengarahkan kepala alias ujung selang pada badan selang, menghilangkan tanah yang menempel. Tak lupa Leona mematikan keran, menggulung rapi lagi selang yang usai digunakan, mengikatnya.
Centung.
Pesan masuk
Belum sempat bertanya siapa gerangan pengirim pesan, ia malah menelpon duluan.
"Hallo!"
"Eh, iya, hallo! Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Len."
Itu bukan suara Warda. Tapi siapa lagi yang memanggilnya Len kalau bukan Warda?
"Siapa, ya?"
"Aku Stephenson, Len."
"Stephen.. Stephenson, siapa?"
"Ketua Pandu Namaterang, Soni Soni."
Memang, nama Soni adalah Stephenson Baden. Wajar saja ia dipuja di Pramuka SmA Namaterang.
"Oh, Soni. Suaramu agak beda hari ini. Omong-omong ini nomor baru lagi?
"Cepetan ke sini?"
"Ke mana?"
"Cafe dekat Namaterang."
"Ah, susah betul bilang, ke cafe ku."
Leona berkelakar.
"Terserah, deh. Ada reuni Pramuka, sekalian merayakan ulang tahun Kak Mada, kita buat kejutan.
WOI. IYA LEONA, CEPAT KE SINI.
Iya, bantu kita dekorasi.
AH, IYA LEONA. INI BELUM KELAR.
Tuh, dengar! Warda juga belum datang, nih."
"Kita ada jam Son, mana bisa aku bolos?"
"Buka e-mail, dong! Dosen gak Dateng hari ini."
Ah, yang betul. Leona segera membuka e-mail. Eh, ternyata iya. Mungkin tadi notifikasi muncul tapi ia abaikan begitu saja.
"Ya sudah, bentar. Lima belas menit."
Leona mengakhiri panggilan. Buru-buru masuk rumah.
"Kak, Bang, numpang mandi, ya!"
"Iya, lurus saj ke sana."
Leonel menimpali.
Tidak lama, Leona sudah keluar dari kamar mandi. Setingan-nya memang begitu, mandi cepat. Buru-buru ia masuk kamar, memilih baju ganti yang semi formal. Tidak lama, ia sudah pamit saja ke Leonel dan Anjumi. Setingan-nya memang begitu, ia tim mandi, ganti baju, pakai deodoran, sisir rambut, bedak tipis, sisir rambut, pakai kerudung, berangkat.
"Apa perlu diantar? Mas, antar Leona."
"Tidak perlu, Kak. Aku naik taksi online saja, ya! Wassalamu'alaikum."
Leona segera ngibrit.
"Oh, tunggu. Titipan Ibu tadi belum aku serahkan."
Leona berlari masuk. Begini setingan Leona, tadi saja jaim -tidak segera masuk rumah- sekarang berlarian di rumah ini.
"Bang! Sini!"
"Apa?"
"Sini!"
"Ini, dari ibu. Sepertinya surat pribadi, jadi jangan dibaca bersama dengan Kak Anjumi."
Leona menyerahkan secarik kertas pada Leonel.
"Kak! Dapat salam dari ibu, baru ingat."
"Wa'alaikumsalam. Oh, ini apa?"
"Jagung manis. Barang kali diolah jadi bakwan, katanya. Ah, atau dibakar saja sih Kak, Bang Leonel suka jagung bakar, lho."
"Oh, repot-repot. Ya sudah, nanti malam kita bakar-bakar. Cepat berangkat kuliah, deh."
Anjumi menerima kresek putih yang diberikan Leona.
"Bukan kuliah, Kak. Dosen nya gak datang hari ini. Aku mau ke cafe dengan teman SMA."
"Jangan lama-lama!"
Seru Leonel.
"Iya Bang. Kak, Bang Leonel, berangkat, Assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan Berarti) Ia Takluk Oleh Hujan
Teen FictionKita akan mengerti setelah membaca semua. Bukan, membaca bukan hanya tentang sesuatu yang tersurat, kita harus membaca sesuatu yang tersirat pula. Bahkan selayaknya mencari tahu tentang yang samar agar pemahaman kita tentang suatu kisah menjadi semp...