Leonel si Pemalas

172 25 17
                                    

Langit berbaik hati menyanyikan lagu penghantar tidur untuk gadis bernama Leona. Ia (langit) goyangkan sekumpulan awan hitam sehingga apa yang terkandung di dalamnya jatuh ke bumi. Benda yang jatuh itu kita sebut air dan fenomena jatuhnya -ke bumi- kita sebut hujan. Diantara air air itu ada yang jatuh menimpa pepohonan, ada yang langsung jatuh ke tanah, ada yang menimpa atap bangunan ini, bahkan ada pula yang nakal menyelinap ke celah-celah atap dan mendarat di ubin atau baskom baskom yang sengaja Leona tempatkan di titik-titik langganan bocor.

Leona selalu terpesona setiap kali mendengarkan merdunya suara yang ditimbulkan oleh air hujan dengan benda-benda yang ditabraknya, sekalipun selebat kali ini, asal tak ditemani angin kencang atau petir dan kilat. Lagu oleh langit ini baru berhasil menyeret Leona masuk ke dunia mimpi setelah hampir setengah jam langit memperdengarkan untuknya.

Siang ini Leona tidur di sofa yang berada di ruang tamu rumahnya, tanpa lupa memakai bantal sebab material sofa adalah kayu, tanpa pelapis apapun. Ia tidur di sini bukan tanpa sebab, kalau sudah terlanjur tidur di ranjangnya sendiri ia biasanya susah dibangunkan.

Sengaja ia tidak memasang alarm, padahal hp nya berada di meja, dekat sofa. Ia sudah pesan ke Ibu agar membangunkannya 15 menit sebelum waktu sholat ashar tiba.

"Leona! Leona! Bangun dong Dek!" baru beberapa menit Leona tidur seseorang sudah membangunkannya dengan cara mengetuk-ngetuk tangan sofa.

"Apa sih Bang? Mengganggu saja, tidur sana kan enak."

"Leo! Kamu di mana Nak? Bantu ibu benahi atap rumah dong Nak! Mumpung masih hujan nih, kalau benahinnya waktu sudah reda kita tidak tahu titik bocornya yang mana."

Ah yang benar? Leona saja tahu persis kok titik langganan bocornya mana saja. Apalagi Ibu dong?

"Dicari ibuk itu lo Bang, sebelum ibuk marah lebih baik segera ke sana."

Ibuk. Dengan imbuhan huruf'k'.

Leona geram  lantaran abangnya yang bernama Leonel itu tak kunjung berhenti mengganggu tidurnya, bahkan sekarang Leonel menggoyang-goyangkan lengan saudari satu-satunya itu.

"Justru abang membangunkan karena ibu me-"

"Kan yang disuruh kamu Bang, bukan aku," sela Leona dengan nada malas yang amat kentara.

"Sekali-kali kamu dong Bang yang kelihatan maskulin, yang cowok kan kamu," imbuh Leona tanpa pikir panjang.

“Wah, ini Leona? Bukannya Leona santun. Ternyata kalau bertengkar dengan abangnya gini. Kurang maskulin gimana suami ku.”

Perempuan ini spontan berkomentar.

Siapa sangka ucapan Leona melahirkan cubitan di betis kirinya. Cubitan yang berhasil membuatnya naik pitam. Siapapun pasti tidak suka kalau tidur siang harinya diganggu, termasuk Leona. Okelah ucapan Leona tidak bisa dibenarkan, bagaimanapun juga Leona adalah adik dan Leonel adalah abangnya, sudah seharusnya Leona berbicara sopan kepada Leonel. Tetapi apakah dibenarkan seorang kakak, laki-laki pula, mengalihkan tugas ke adiknya yang perempuan? Tugas semacam menyembelih ayam untuk hajatan -yang umumnya dilakukan oleh laki-laki- memasang antena TV, dan membenahi atap rumah.

'Bukan salahku kalau aku menyiapkan tendangan terbaikku untuk membalasmu yang mulai main fisik. Bersiaplah!' batin Leona.

(Bukan Berarti) Ia Takluk Oleh HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang