Sudah dua puluh menit berlalu setelah masuk waktu sholat isya'. Seharusnya Leona bisa segera tidur agar dapat bangun pagi-pagi sekali, sayang ia punya pekerjaan, menata kamarnya yang berantakan.Ini akan berlangsung cukup lama sebab Leona ketika menata buku selalu menyempatkan minimal membolak-balik halaman dari beberapa buku, terlebih buku yang bersifat semi rahasia.
"Tidur sama ibu saja lho, kamarnya dirapikan besok," ujar sang ibu yang baru saja bergabung di kamar Leona.
"Kan besok aku jadi menginap di rumah Kak Anjumi Bu, belum tentu ada waktu."
"Oh iya yakamu jadi menginap di sana. Sudah menyiapkan barang yang harus dibawa?" tanya sang ibu sambil berjalan mendekat.
"Ya Allah, iya ya Bu, aduh tidak kepikiran."
"Hmm.. Ibu bantu kamu beres-beres deh, agar cepat selesai."
"Jangan Bu, lagi pula ini belum terlalu larut malam kok, janji tidak begadang. Kalau ibu mau ibu duduk saja di sini, temani Leona, cukup temani."
Tok tok tok...
Suara pintu yang diketuk.Leona segera merapikan kerudung yang ia kenakan lalu beranjak dari ranjang tempat ia duduk dan mengemas buku-bukunya kembali ke dalam kardus-kardus.
"Leona yang temui ya Bu."
Leona masih sama, suka sekali menemui tamu.
"Yang di-tok tok rumah kita?"
"Iya Bu."
Tok tok tok...
"Assalamualaikum," si tamu mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam, sebentar."
Pintu utama rumah ini sebenarnya tidak sedang ditutup, bahkan masih dibuka lebar lantaran waktu belum terlalu malam. Wajar orang itu tetap mengetuk pintu, beberapa orang menganggap kurang afdol bertamu tanpa mengetuk pintu. Bicara soal mengetuk pintu ada cara yang lazim dilakukan orang yakni ketuk pintu tiga kali sehingga suara yang dihasilkan bila dialihkan ke ragam bahasa tulis menjadi tok tok tok.
'Siapa?' batin Leona begitu berhadapan dengan sang tamu.
Leona kesulitan mengenali tamunya lantaran masker KF 94 hitam dan kacamata hitam yang digunakan si tamu. Omong-omong soal hitam celana dan hoodie yang tamunya kenakan itu juga warna hitam. Kalau si tamu itu tak berperawakan wanita dan memiliki rambut panjang yang terurai pasti Leona segera mundur beberapa langkah karena takut.
"Leona, maaf ya mengganggu malam-malam begini."
"Eh Bibi, sendirian Bi?"
Ucap Leona dengan ramah kemudian menjabat tangan kanan lawan bicara dan mencium punggung tangan. Meski si tamu belum melepas masker ataupun kacamata hitamnya Leona mengenali suaranya.
"Bibi?"
"Iya Bu, Bibi Kayla."
"Bibi kesini naik taksi, pamanmu sedang di luar kota, Lili menginap di rumah sepupunya sejak dua hari lalu."
Wanita bernama Kayla itu melepaskan maskernya sebelum memberikan kalimat penjelasan tersebut, mungkin agar Leona dapat mendengar dengan jelas.
Leona mendapati wajah bibinya yang bernama Kayla tersebut berbeda dengan biasanya -meski terhitung jarang sih Kayla ke rumah. Kayla tak memakai riasan wajah sedikit pun malam ini. Jika biasanya Kayla dandan untuk mempertegas garis wajahnya maka tanpa make up nya kali ini wajah lembut Kayla lah yang tertangkap sepasang mata Leona. Sungguh lebih ayu begini menurut Leona.
"Ooo..."
"Kayla, diantar suamimu?" tanya ibu yang baru bergabung.
"Aku naik taksi Mbak, Mas Jo sedang di luar kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan Berarti) Ia Takluk Oleh Hujan
Teen FictionKita akan mengerti setelah membaca semua. Bukan, membaca bukan hanya tentang sesuatu yang tersurat, kita harus membaca sesuatu yang tersirat pula. Bahkan selayaknya mencari tahu tentang yang samar agar pemahaman kita tentang suatu kisah menjadi semp...