Part 4 - Pernikahan Paksa
****
Pagi yang cerah seakan mengejek nasib gue hari ini. Bahkan kicauan burung yang terbang melintasi kawasan desa yang enggak sudi gue ketahui namanya itu terdengar seperti kutukan di telinga gue.
Gue termenung dengan mata yang sembab. Kelopak mata gue bahkan enggak pernah mengering sejak tiba di mushola dan mendengar orang-orang itu mengatakan prinsip tidak masuk akal yang mereka junjung.
"Bagi kami yang tinggal di desa ini, dosa berzina hanya bisa ditebus jika kedua pelaku dinikahkan. Bahkan hal ini sudah menjadi peraturan mutlak, di mana tidak ada yang boleh pergi dari desa ini tanpa adanya ikatan pernikahan sebagai hukuman." Begitu kata pak kumis dengan wajah kalem tanpa dosanya.
Sumpah demi apa pun. Enggak pernah sekali pun terlintas di otak gue kalau suatu hari bakal nikah secara absurd kayak begini. Enggak jelas banget. Mana gue dituduh lakuin hal yang sama sekali enggak gue tau gimana prosesnya.
Pernikahan bukanlah perkara mudah. Ini bukan menyangkut satu orang aja, tapi sepasang manusia. Ini juga bukan sekedar lelucon belaka yang ikatannya bisa dipermainkan begitu saja. Hidup dua orang akan berubah 180 derajat ketika membuat janji sehidup semati. Yang tadinya melakukan apa-apa sendiri, setelah menikah akan dijalani bersama pasangan. Baik itu suka maupun duka.
"Gue gak mau dinikahin paksa kayak gini," lirih gue sambil meremas ujung baju gue, menahan tangis yang entah sudah berapa kali tumpah.
Kalau ditanya, gue pengen nikah apa enggak, ya gue bakal jawab pengen. Tapi bukan sekarang dan bukan berlandaskan fitnah! Gue mau suasana pernikahan gue sarat akan kebahagiaan bukan air mata dan gunjingan sinis orang-orang yang menganggap gue gadis kotor.
Perjalanan gue baru aja mau dimulai. Kehidupan SMA gue bahkan tinggal menghitung bulan. Jika mereka tetep maksa gue nikah dan nuduh gue lakuin hal mesum sama kak Radit, lantas kehidupan gue bakalan hancur berkeping-keping sebelum gue memulainya. Gue enggak bisa biarin impian dan harapan gue selama bertahun-tahun pupus gitu aja.
Air mata gue semakin deras. Takut, marah, dan sedih. Perasaan gue campur aduk saat membayangkan orang-orang ini beneran serius mau melakukan hal tersebut. Ini kehidupan gue, kenapa mereka yang seenaknya mengatur dan menetapkan?
Tiba-tiba kak Radit mengusap bahu gue pelan, menyadarkan gue yang tenggelam dalam lamunan. Gue noleh dengan mata yang sembab. Rambut kak Radit yang gak sempat dirapikan buat gue menyadari bahwa dia sama kacaunya dengan gue. Wajah menyebalkan yang biasa gue liat, kini tampak nelangsa buat gue makin putus asa. Tiba-tiba gue ngerasa miris, mengingat gue yang bakalan dinikahin paksa sama dia bikin gue sadar kalau rasa prihatin gue sebelumnya ternyata untuk diri gue sendiri.
Air mata gue kembali menggumpal dan jatuh lagi, tapi segera gue hapus dan mendengkus berkali-kali. Mendadak gue ngerasa sesak dengan takdir gue saat ini. Sekali pun dalam mimpi, gue gak pernah berharap kalau harapan mama yang pengen banget besanan sama temannya bakal terwujud dengan cara begini. Terlalu memalukan dan memilukan.
"Kak, emang gak ada cara lain lagi? Kita gak pernah lakuin hal itu," ucap gue dengan suara parau, tapi kak Radit hanya bungkam kayak orang bisu.
Gue nunduk, ngusap mata gue yang memanas sambil ketawa pilu. Sepertinya gue bener-bener enggak punya jalan keluar lagi. Kemudian gue beralih menatap ke depan, melihat di sana sudah ada pak ustadz dan penghulu yang baru saja menikahkan para orang dewasa yang gue yakin sepenuhnya bahwa 'hal itu' memang benar-benar dilakukannya.
Namun kami? Kami tidak seharusnya berada di sini. Buruknya lagi, tadi bapak yang kumisan itu maksa gue sama kak Radit buat kasih nomor orang tua kami untuk memberitahu berita yang enggak benar itu pada mereka. Entah bagaimana reaksi keluarga kami setelah mendengar hal itu, gue enggak berani membayangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become Your Wife || Lee Taeyong
Teen Fiction____ "Dipaksa nikah gara-gara dituduh lakuin hal mesum sama nikah karena emang udah ngelakuin hal itu beda, Kak. Kita yang gak bersalah ini bakal dicap jelek di masyarakat. Masa depan gue ataupun karir lo bisa hancur dalam sehari." Mungkin dipaksa m...