[ 24 ] Walk My Home

22 1 0
                                    

Part 24 - Walk My Home



****

"Key." Kanaya menyembulkan kepalanya dari balik sekat rak-rak buku di perpustakaan, memanggil gue setengah berbisik. "Udah nemu belum?" tanyanya saat gue menoleh.

"Adanya ini sih. Coba lo cek materinya deh, udah sesuai apa belum," kata gue sambil menyodorkan buku paket biologi kelas XII dari beberapa penerbitan seperti erlangga, yudistira, dll ke arah Kanaya yang jalan menghampiri gue.

Jam istirahat pertama hari ini, kami sibuk milih-milih buku biologi di perpustakaan untuk keperluan penyusunan makalah. Besok jadwal biologi dan berhubung gue sama Kanaya tim deadline ya mau gak mau harus dikerjain sekarang. Gak seperti kelompoknya Guntur yang udah start pas weekend waktu itu.

"Hmm, boleh deh pinjem ini sekalian." Kanaya keliatan ngecek bagian daftar isi, baca-baca sekilas dan mengangguk setuju. "Gue juga dapat sebagian materi di buku ini, jadi sisa digabung-gabungin aja nanti yang cocok," ujarnya menjelaskan.

Mendengar itu, gue cuma ngangguk setuju. Menyerahkan semuanya untuk di-handle Kanaya. Entar pas tahap editing di laptop, barulah gue yang ambil alih karena memang itu keahlian gue. Jadi setelah mendengar keputusannya, gue pun mengekori Kanaya ke bagian peminjaman buku.

"Pulang nanti, gue nginap di rumah lo, 'kan, Key," ujar Kanaya santai sembari meletakkan buku-buku yang hendak kami pinjam ke depan meja pendataan, pada salah satu siswi yang tergabung sebagai anggota perpustakaan.

Alis gue terangkat kaget, lalu mengerjap gak yakin dengar apa yang barusan dilontarkan Kanaya. "Lo bilang apa tadi?" tanya gue, harap-harap cemas bahwa cuma salah dengar. Namun berikutnya terpaksa merasakan tenggorokan gue yang mendadak kering dilanda kemarau.

"Gue bilang, nanti mau nginap di rumah lo. Soalnya makalah kita kan belum selesai, besok udah dikumpulin."

Telinga gue kayak dengar sound efek petir di siang bolong.

"N-nginap?" Menguasai air muka, gue tertawa kikuk.

Kening Kanaya keliatan mengerut, natap gue heran. Dia mendecak. "Ck, kok lo kayak kaget gitu sih? Kan udah sering."

Mampus. Gue kehabisan kata-kata. Memang benar bahwa Kanaya sering menginap di rumah gue untuk alasan yang penting-penting seperti ini. Salah satunya kerkom. Gak perlu sampai bermalam sebenarnya, tapi Kanaya kerap mengaku kalau dia jadiin kerkom ini sebagai alasan biar bisa menghirup udara segar di luar rumah sebab kediamannya sumpek banget. Selain itu, Kanaya juga disenangi mama gue karena sikapnya yang supel dan mudah bergaul.

Siswi di depan kami meminta beberapa data buat Kanaya agak ngalihin atensinya dari gue. "Entar pulang sekolah, kita balik sama-sama. Gue udah bawa baju ganti di bagasi motor," ujarnya seakan gak mau dengar alasan apa pun dari gue. Lalu mengisi informasi di atas buku polio besar yang diberikan padanya.

Pada akhirnya, gue cuma bisa menghela napas gak bisa membantah. Jadi sembari menunggu Kanaya selesai dengan urusan peminjaman buku, gue pun berjalan sedikit ke samping dan merapat ke sisi rak buku kelas sebelas yang gak jauh dari posisi Kanaya.

Dengan was-was gue ambil hp, mau ngechat kak Radit. Laporan sekaligus meminta bantuan.


Room chat Kanara to Kak Radit Galak

Kanara: Kak

Kanara: Kakkk

Kanara: Urgent

Kanara: Hari ini gue gak pulang ke apart

Kak Radit Galak: ???

Kak Radit Galak: Kalau aku ada salah, kita bisa bicarain dulu Mauli

Suddenly Become Your Wife || Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang