[ 14 ] Room Chat Group

56 6 0
                                    

Part 14 - Room Chat Group

****


Keesokan harinya. Tiba-tiba gue terbangun karena jam weker yang gue setel semalam berdenting dan memecah keheningan. Gue bergelayut ke kanan dan ke kiri, merenggangkan badan sebelum turun dari tempat tidur.

Sambil menguap lebar gue noleh ke kanan. Guling gue jatuh ke bawah, sementara orang yang ada di sana masih terlelap dengan tenang. Dia memiringkan badan lantas meraih guling gue itu dan memeluknya. Gue terkekeh, kok dia jadi lucu gitu ya.

Gue ngecek jam weker yang masih nunjukin pukul lima lewat dikit. Sebenarnya gue masih mau tidur, tapi gue paksa melek karena hari ini pak Surya, guru matematika gue yang terkenal killer itu bakal masuk di jadwal paling pertama.

"Kak, ban--" Gue langsung narik tangan menjauh.

Ngapain juga gue bangunin kak Radit? Kalau dia telat kan bisa jadi berkah buat kelas gue. Soalnya jadwal fisika di kelas gue jelek banget. Senin Selasa. Mepet dan itu bikin gue frustrasi berat karena mulai sekarang, orang ini yang bakal ngisi materi.

Akhirnya gue memutuskan untuk meraih handuk yang disampirkan di dekat pintu, lalu gue masuk ke dalam kamar mandi. Sebisa mungkin gue selesaikan semuanya dan pergi sekolah dengan tenang, tanpa membangunkan kak Radit. Bahkan gilanya, gue ninggalin apart kami sebelum pukul enam dan memilih makan di kafetaria yang ada di lantai bawah.

Setelah perjuangan yang cukup panjang, gue pun tiba di sekolah tepat pukul setengah tujuh pagi dengan menaiki taxi. Sebelumnya gue sempat masak buat kak Radit. Cuma mie instan rasa kaldu ayam memang, tapi setidaknya gue masih sadar posisi sebagai istri dan mencoba menjalankan kewajiban gue walaupun terlihat ala kadarnya aja. Walau sebenarnya gue bisa masak lebih dari itu, tapi nanti berisik. Gue gak mau dia bangun gara-gara dengar gue oseng-oseng telur.

Kini gue berjalan di koridor lantai satu gedung IPA. Lalu belok kiri menaiki tangga. Gak lama setelah itu, gue ketemu sama Kanaya yang lagi nongkrong di ujung tangga lantai dua bareng Guntur, Hacio, dan Mira. Gak heran soalnya teman-teman gue ini memang termasuk rajin, kecuali gue.

"Tumben cepet, Key." Kanaya negur gue keheranan. Dia berdiri di sisi tangga dengan Mira yang lagi sibuk scroll medsos.

"Gak boleh?" tanya gue sambil menaiki tangga hendak melewati mereka dengan langkah santai.

"Boleh sih, tapi aneh aja. Biasanya kan lo dateng pas jam-jam kritisnya pak Surya. Ya, 'kan, guys?" tanya Kanaya yang noleh ke arah Guntur dan Mira, membuat keduanya ngangguk bersamaan. Sementara Hacio yang duduk di tangga cuma jawab pake anggukan karena asik main game.

"Hiburan gue jadi hilang kalau gini ceritanya mah," kata Hacio yang gue tau lagi-lagi ngejek. Gue mencebik saja sambil megang tali tas gue. "Tapi manusia itu memang butuh perubahan. Masa mau gitu-gitu mulu," ujarnya lagi tanpa mengalihkan atensi dari layar hp, sukses mengundang sorakan ramai Guntur dan Kanaya yang berdiri di dekatnya.

"Hacio Alanor Willa 2k18," tambah Mira sedikit terkekeh.

"Njir, biasa aja kali."

Gue cuma tertawa kecil dan menggeleng-geleng. Walaupun status gue diam-diam udah berubah, tapi tetap aja semuanya ngalir seperti biasanya. Rasanya jadi sedikit tenang dan kekhawatiran gue tersisihkan untuk beberapa waktu.

Sampai Kanaya ngekorin gue menuju kelas, meninggalkan tiga orang itu di tangga.

"Btw, lo belom bikin group yang ada pak Aditnya, Key?" Kanaya nanya gue sembari mensejajarkan langkahnya.

Sontak gue menghentikan langkah karena baru aja sadar kalau gue lupa dan kak Radit gak ada bahas itu semalam. Debat mulu sih, gimana mau ingat. "Nanti gue bikin," kata gue mencoba menguasai air muka lalu kembali melanjutkan langkah.

Suddenly Become Your Wife || Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang