Part 23 - Iconic Move Your Motion
****
Sekarang gue duduk di kelas sambil menunggu kedatangan kak Radit yang udah telat sekitar sepuluh menit. Gue mendecak kesal. Dari yang teman-teman gue duduk tenang sampai mereka bosan dan mulai gak kondusif, guru fisika kami yang baru itu belum masuk juga. Separuh dari mereka keliatan gak peduli lagi, berisik dengan urusan masing-masing kini.
Seperti biasa, gue bisa liat Guntur di depan pintu berjaga sambil nyanyi-nyanyi gak jelas. Hacio dengan hp-nya yang udah dimiringin buat main game mobile legend bersama anak-anak cowok lain, nyender ke loker yang ada di barisan belakang. Kanaya scroll sosmed. Ada juga yang masih coba buka-buka buku dan ngulang materi minggu lalu, contohnya Mira atau si ranking satu yang super pendiam Enzy. Sementara gue tetap duduk di sini sambil nopang dagu menahan kantuk.
"Key, lo belum manggil pak Aditya kah?" tanya Mira setengah berbisik dari arah belakang gue.
"Udah kok bareng gue tadi," jawab Kanaya sedikit miringan badan ke belakang, menyahuti Mira tanpa melepas atensi dari hp.
Sebagai ketua kelas yang baik, udah semestinya gue inisiatif ke ruang guru mengingatkan bahwa ada jadwal di kelas gue habis istirahat. Jadi seperti yang Kanaya bilang, tadi setelah gue cuci muka, kami pun nyamperin kak Radit ke ruangannya. Namun batang hidung suami tercinta gue itu gak ada di sana.
Gue mencebik jadi bertanya-tanya. Gak mungkin kan kak Radit absen soalnya tadi pagi sebelum berangkat sekolah, kami sarapan bareng bahkan dia masak buat gue. Bajunya rapi pake kemeja biru tua celana hitam, aroma parfumnya bahkan sampe nusuk hidung gue, lengkap sama kacamata bulatnya yang keliatan nyebelin itu.
Tapi ganteng.
Info yang gue tau cuma sampai situ sebab nolak keras berangkat bareng dan milih naik gojek. Gue juga gak ikut upacara karena ya ngantuk berat. Kan gak lucu kalau gue tiba-tiba tersungkur di lapangan bukan karena pingsan, tapi karena ketiduran. Bisa jadi bulan-bulanan satu sekolah. Gue udah cukup berurusan sama Aghan yang pernah bikin nama gue viral di kalangan siswa sampai foto gue kesebar di base sekolah, jangan nambah. Gue capek nebalin muka dan bersikap seolah gak terjadi apa-apa.
"Aisss." Gue mengerutkan kening saat Kanaya nyenderin punggungnya ke kursi sambil merengek dramatis. "Pak Aditya ganteng masa gak masuk, gue mau cuci mata!"
Gue menghela napas gak semangat. Roman-romannya Kanaya mulai ganjen ke kak Radit. Namun alih-alih menggubris ucapan Kanaya, kepala gue justru menunduk. Kemudian menelan ludah susah payah. Mendadak perasaan khawatir akan masa depan kembali muncul. Mengingat SMA Unggulan Bumi Khatulistiwa punya beberapa media yang bisa dipake untuk menggiring opini seperti base di twitter, radio FM di ig, atau majalah dinding di beberapa spot gedung. Belum lagi mulut ember para siswa dan guru-guru.
Kalau gue ketahuan punya hubungan pernikahan sama guru fisika yang baru, pastinya gue bakal rame lagi di sekolah bahkan mungkin lebih parah dibandingin waktu gue sama waketos dulu. Demi Tuhan, gue udah gak sanggup mikirin lebih jauh. Gue pengen banget berbagi cerita, tapi di saat yang sama juga takut salah ambil langkah dan bikin semuanya berantakan.
Kepala bagian kiri gue sakit. Lama menunggu kak Radit yang gak datang-datang, gue nutup mata untuk mengistirahatkan otak gue yang ngos-ngosan akibat overthinking. Pelan-pelan mengatup rapat dengan tangan kiri masih betah menopang dagu.
Sampai sekitar lima menit setelahnya, gue dengar suara anak-anak di kelas yang lebih rusuh dari sebelumnya. Lalu pipi gue tiba-tiba merasakan sesuatu yang dingin menempel di permukaannya. Spontan gue coba buka mata, mendongak dan mengerjap beberapa kali. Menatap cowok itu yang entah sejak kapan udah berdiri di sisi meja gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become Your Wife || Lee Taeyong
Novela Juvenil____ "Dipaksa nikah gara-gara dituduh lakuin hal mesum sama nikah karena emang udah ngelakuin hal itu beda, Kak. Kita yang gak bersalah ini bakal dicap jelek di masyarakat. Masa depan gue ataupun karir lo bisa hancur dalam sehari." Mungkin dipaksa m...