[ 07 ] Apartemen

56 5 0
                                    

Part 07 - Apartemen

****

Pada akhirnya gue mencoba untuk menerima kenyataan bahwa gue udah enggak jomblo lagi. Lebih tepatnya, udah resmi jadi istri sah Raditya Tubagus Ragendra. Mengingat sehabis sesi pemasangan cincin itu, keluarga kami pun segera membawa gue dan kak Radit menuju KUA untuk mendaftarkan pernikahan kami secara hukum. Terjadinya hal itu pun menyadarkan gue bahwa gue bener-bener udah gak bisa lari dan harus mempertahankan hubungan dua keluarga dengan sebaik-baiknya. Sebuah tanggung jawab besar yang gak seharusnya gue emban di usia 18 tahun.

Oke, gak apa-apa.

Omong-omong soal perdebatan tempat tinggal beberapa hari lalu, ide gue tetap ditolak. Mama dan mama mertua gue kekeuh dengan idealisme mereka. Kak Radit pokoknya harus tinggal serumah sama gue. Katanya biar kami gak berantem terus dan pelan-pelan beradaptasi. Bahkan gue psimis bakalan bisa akur sama kak Radit. Umpamanya gue api dan kak Radit tuh angin, apa yang bakal terjadi?

Makin besar apinya.

Gue menghela napas. Berhubung gue masih was-was ketahuan, akhirnya tante Laras alias mama mertua gue kasih saran buat misah dari keluarga. Kebetulan banget, kak Radit juga tinggal di apartemen waktu kuliah. Sewanya masih ada setahun lebih dan itu full dibayarin tante dia yang tinggal di luar negeri. Jadi hari ini, genap seminggu pasca kejadian itu, gue dan dia akan pindah ke sana.

Namun tetap dengan opini gue sebelumnya. Ini bukan rencana yang efektif.

"Barang-barang kamu sudah lengkap semua, Sayang?" tanya mana yang menghampiri gue di dalam kamar.

"Hampir selesai, Ma."

Sejak satu jam yang lalu, gue udah packing dan akhirnya semua benda keramat yang gue miliki sudah masuk ke dalam koper merah yang lagi gue tepuk-tepuk ini. Gue pun menghampiri mama yang baru aja duduk di sisi tempat tidur.

"Ma, gimana kalau pas aku masuk sekolah terus temen-temen aku curiga? Aku pasti langsung dikeluarin dari sekolah kalau sampai ketahuan," ucap gue agak cemas, yang langsung memeluk mama dengan perasaan takut. Mengingat surat sakit hasil rekomendasi dokter yang dikirim ke sekolah cuma seminggu istirahat, dalam artian besok gue udah harus masuk sekolah lagi.

Mama hanya menipiskan pandangannya dan tersenyum samar pas lepas pelukan gue.

"Mama tau ini sulit buat kamu, Sayang. Jangan dipikirin terus. Cuma status yang berubah. Selebihnya kamu cukup ngelanjutin hidup kayak biasanya. Pergi sekolah, belajar, lalu pulang. Bedanya sekarang akan ada Raditya yang akan ngelindungin kamu selain papa sama mama. Sekarang gak ada salahnya dijalanin dulu karena udah gak bisa mundur, 'kan?"

Gue termenung. Sebelumnya mama sempat ngasih gue penawaran. Antara disuruh pilih mau lanjut sekolah atau ambil home schooling. Semua keputusan ada di tangan gue dan ya gue milih lanjut buat ngejar ijazah SMA di sekolah, ketemu sama teman-teman gue lagi dan nikmatin masa-masa terakhir kami di putih abu-abu. Ya, gue memang gak bisa mundur lagi.

Tok! Tok!

Ketukan pintu itu berhasil menyela perbincangan gue dengan nyokap.

"Eh, ada Kak Radit."

Celetukan mama berhasil membuat gue melotot. Pasalnya cuma gue yang sering panggil kak Radit pake nama itu.

"Udah mau berangkat, Kak?" tanya gue berusaha tampak santai. Walau jantung udah mau copot karena setelah keluar dari rumah ini, gue bakal ngabisin waktu seatap dengan kak Radit dalam waktu yang sangattttt lama.

"Iya."

"Masuk dulu, Aditya. Jangan buru-buru gitu ah." Mama tersenyum ramah pada kak Radit dan dibalas anggukan setuju.

Suddenly Become Your Wife || Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang