Part 13 - Pemadaman Listrik
****
Seusai membersihkan diri, gue pun melenggang santai keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut pake handuk. Perut gue keroncongan, karena itu gue mau ke dapur buat masak mie instan karena kebetulan lagi hujan.
Sebelum ke dapur, gak lupa gue beresin sepatu sama kaos kaki gue yang tadi sempat gue lempar-lemparin ke sembarang arah karena emosi.
Sifat tempramen gue memang kadang merusak. Harus ada tempat pelampiasan. Minimal gue harus gebuk-gebukin bantal biar emosi gue mereda. Kalau gak gitu, gue biasanya bakal diserang sakit kepala dan efek paling buruknya bisa pingsan.
Serem kan?
Setelah gue rasa kamar udah cukup rapi, gue agak sangsi pas mau jalan ke dapur. Merasa bersalah sedikit dan malu juga karena tadi udah marah-marah, nangis-nangis, dll. Semua emosi yang gue rasain akhir-akhir ini baru gue sadari setelah gue masuk kamar mandi tadi. Gue menstruasi. Malu banget jadinya.
Namun karena perut gue gak bisa diajak bekerja sama, akhirnya gue menyingkirkan rasa malu dan beralih ke dapur. Bisa gue liat di sana ada kak Radit lagi berdiri sambil termenung di pantri, depan kompor. Dari posisinya sih, dia kayak lagi masak gitu. Namun kompornya gak dinyalain.
Pintar sekali.
"Sini biar gue yang masak, Kak," kata gue yang langsung ambil alih tempat kak Radit berdiri.
"Emang kamu bisa masak?" tanya kak Radit yang terdengar ngeremehin gue. "Sarapan tadi pagi aja aku yang masak."
Gue yang lagi buka-buka lemari gantung pun menjawab, "Bisalah. Lo mau makan apa? Gue bisa masak mie goreng, mie rasa kaldu ayam, mie coto makassar, mie soto, mie rasa rendang--"
"Cuma mie?"
"Iya."
"Perempuan kok gak bisa masak."
Sontak gue mendecak dan memutar bola mata malas. "Ih, nyebelin pake bawa-bawa isu gender," timpal gue agak sebal. "Bisa masak itu bukan cuma buat cewek, tapi cowok juga. Masak itu salah satu basic skill yang semua manusia harus punya."
Kak Radit mencibir, "Berarti kamu setan dong? Kan gak bisa masak."
Tangan gue udah siap melayang buat mukul kak Radit, tapi gue biarkan menggantung di udara dan tersenyum menahan umpatan. "Belum bisa, bukan gak bisa," dalih gue dengan tekanan.
"Percaya aja deh," jawab kak Radit acuh tak acuh lalu kembali pada kompor di depannya. Dia masih belum sadar dan buat gue jadi maju. Namun gerakan gue yang tiba-tiba mendekat bikin kak Radit spontan miringin badan menjauhi gue.
"Sorry? Gue cuma mau nyalain kompor!" kata gue gak terima. "Tuh, gak nyala dari tadi," lanjut gue sambil nyalain kompor dengan perempatan di dahi, sebal.
"Ngomong kek," sahutnya gak mau kalah.
"Emang kenapa sih ah. Lebay banget," tukas gue masih gak mau terima.
"Bau."
"Ih, enak aja!" ucap gue langsung mukul lengan atas kak Radit dengan kesal. "Gue abis mandi ya. Jahat banget mulutnya."
"Mau ke mana?" tanya kak Radit setengah terkekeh begitu gue berbalik hendak mengambil hp gue di kamar. Gue mengerucutkan bibir, tangan kirinya nahan tangan gue. "Gitu aja langsung ngambek."
"Bodo! Gue mau lapor ke mama mertua biar lo dimarahin. Kejadian yang tadi juga, gue gak bakal cerita semuanya," sahut gue penuh penekanan. "Asal lo tau ya, gue belum--AAAAAA!" Suara gue langsung berubah melengking, menjerit histeris di tengah-tengah kalimat gue yang belum selesai karena listrik mendadak padam dan gue gak bisa liat apa-apa selain kegelapan yang bikin gue merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become Your Wife || Lee Taeyong
Teen Fiction____ "Dipaksa nikah gara-gara dituduh lakuin hal mesum sama nikah karena emang udah ngelakuin hal itu beda, Kak. Kita yang gak bersalah ini bakal dicap jelek di masyarakat. Masa depan gue ataupun karir lo bisa hancur dalam sehari." Mungkin dipaksa m...