51❄🍦

1.4K 131 36
                                    

51 || Sebuah Akhir, Kalah

Baekhyun niatnya mau nampar Jeno, tapi dia urungin saat matanya bertatapan sama netra Jeno, tatapan mata cowok itu menyiratkan kepedihan dan juga penyesalan.

"Puas kamu! Puas bikin putri saya terbaring lemah di sana hah!" Akhirnya Baekhyun cuma bisa mencengkeram kuat kaus Jeno sambil memaki anak itu.

Jeno sudah bersiap dengan tamparan bahkan dia siap dipukuli oleh Baekhyun karena sikapnya brengseknya ini.

Mengajak Winter berkencan kemudian memutuskannya. Yah, ibarat diterbangkan ke langit lalu dihempas jatuh ke bumi.

Jeno tahu, itu salah. Dia pikir bisa memberi kenangan indah buat Winter untuk yang terakhir kalinya. Tapi sepertinya itu justru kesalahan besar.

"Om, tolong maafin kak Jeno," Ningning menyela, dia bantuin Jeno buat bergerak dari tempatnya.

Kakaknya sungguh gila, bagaimana dia malah berdiam diri di sana dan menunggu pria yang dia tau sebagai ayah Winter itu memukulinya.

"Aku tau ini mungkin terdengar seperti pembelaan, tapi om kak Jeno nggak ada pilihan lagi."

Ningning ngelirik jam di tanganya.

"Dua jam lagi, 2 jam lagi kita berdua berangkat ke Prancis. Aku bahkan nggak sempat buat pamitan sama temen-temen om. Dan kak Jeno? Bukan kemauan dia buat pisah sama Winter kayak gini," lanjutnya.

Baekhyun terdiam, dia menatap Jeno sesaat lantas tersenyum remeh.

"Yah memang seharusnya aku tidak pernah membiarkan putriku berkencan dengan anak dari keluarga Megantara. Rumor beredar bukan tanpa alasan."

"Apa maksud om?" tanya Ningning gamang.

"Kamu pasti tahu karena kamu satu-satunya anak perempuan Donghae. Bagaimana papa kamu memperlakukan dirimu bukankah sudah jelas?"

"Mereka yang mengganggap anak-anak adalah jalan untuk mendapat kekuasaan. Itulah arti dari keluarga kalian. Keluarga tidak lebih penting dari kekuasaan," tandas Baekhyun merasa iba sekaligus kesal.

"Jangan pernah berharap untuk bertemu putriku lagi, bahkan di masa depan jangan pernah memimpikannya." Setelah mengatakan kalimat pedas itu Baekhyun masuk ke dalam kamar tempat Winter di rawat meninggalkan dua saudara itu dalam keheningan.

Jaemin baru aja balik dari membeli minuman  juga cuman bisa terdiam karena semua ucapan Baekhyun.

Dia tak pernah tahu keadaan Jeno karena cowok itu tak pernah menceritakan tentang masalahnya. Dia pendiam dan suka memendam perasaan sendirian.

Jadi dirinya dan Jeno tak jauh berbeda? Atau bisa dikatakan dirinya lebih beruntung dari pada Jeno?

Jeno mengambil topi hitamnya yang terjatuh di lantai. Dia kembali memakainya, pandangan matanya nggak lepas dari kaca kecil di pintu depannya. Jeno masih berharap bisa melihat Winter.

"Ayo pergi," ajak Jeno.

"Bang? Seenggaknya tunggu sampai Winter sadar," Ningning nahan tangan Jeno, mereka ke sini buat mastiin Winter baik-baik aja.

Jeno nggak jawab, dia jalan ninggalin Ningning.

Jaemin menghalangi jalan Jeno, cowok itu mengenggam erat kaleng minuman di tangannya.

Jaemin menatap Jeno kesal, harusnya dia cerita masalah dengan papanya ternyata seberat ini sampai mereka berdua di kirim pergi begitu saja ke luar negeri.

"Kenapa? Lo berharap gue bakal bilang tolong jagain Winter selama gue pergi?" Jeno tersenyum hampa. "Lo denger kan tadi? Bahkan di masa depan pun jangan pernah mimpi buat dapetin Winter kembali."

Dear Winter [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang