9❄🍦

1K 126 17
                                    

9|| Hanya Foto

Malam ini bulan bersinar sangat terang di langit. Cahaya terang itu masuk lewat pintu yang ngehubungin antara balkon dan kamar Winter.

Winter, gadis itu sedang asyik mengamati benda langit di atas sana. Terkadang dia iseng mejamin mata, titip pesan pada bintang agar sampai pada papanya di Amerika.

Itu kisah lama, saat kecil Winter emang selalu diajari sama papanya untuk selalu natap bintang dan ngucapin harapannya.

Tapi semakin dewasa Winter tahu, kalau itu cuma akal-akalan papanya aja. Karena setiap yang dia minta ke bintang pasti akan selalu terwujud entah keesokan hari atau hari-hari berikutnya. Ternyata papanya emang sudah merencanakan semuannya, semua permintaannya dengan mudah dikabulkan oleh Baekhyun.

Dahulu menurut Winter bintang itu adalah sebuah keajaiban tapi sekarang baginya bintang adalah tempatnya curhat selain buku diary usang miliknya.

Dear Diary

Winter enggak tahu kapan terakhir kali lari barengan sama kak Jaemin. Udah lama banget Winter enggak ngerasain rasanya dikejar dan mengejar. Tapi Winter bersyukur karena hari ini bisa jejeran lagi sama kak Jaemin T_T

Jangan tanya gimana rasanya jantung aku. Pokoknya enggak bisa digambarkan pakai kata-kata huhu.

Papa tahu kan kalau Winter suka sama kak Jaemin? Winter hari ini mohon sama bintang supaya papa enggak lama di Amerika. Winter pengen papa cepet pulang. Papa harus lihat betapa senangnya Winter bisa satu sekolah lagi sama kak Jaemin.

JW

"KAK WINTER!!!"

Winter berjengkit kaget dari kursinya karena teriakan barusan. Dia sampai enggak sengaja menyoret kata-kata yang barusan dia tulis dibukunya.

Winter mendesah pelan, terus nutup bukunya sampai bayangan adiknya Jeha udah muncul di sana. Adiknya itu udah berdiri di pintu balkon sambil megang buku di tangannya.

"Jeha udah malem jangan teriak-teriak!" Winter memberi isyarat tutup mulut pada adeknya.

Jeha mendengus pelan. "Aku nggak akan teriak-teriak kalau kakak enggak budek."

"Kok gitu? Telinga kakak masih ada dua loh?"

Winter sadar masih membawa buku diarynya.
Dia langsung aja nyembunyiin bukunya di belakang badan sambil pelan-pelan masuk ke kamar.

Jeha tahu kakaknya emang aneh, tapi kayaknya enggak pernah seaneh ini sampai jalannya mirip kepiting di film kartun kesayangannya, spongebob.

"Aku udah panggil dari lima menit yang lalu tapi kakak enggak keluar-keluar. Kamar ini kayaknya emang beneran ada setannya." Jeha rebahin tubuhnya diri di kasur Winter.

Winter melotot, dia mepetin tubuhnya ke meja. "Nggak ada ya. Kamu jangan nakut-nakuti kakak gitu!"

Jeha tersenyum geli. Penakut sekali memang kakaknya itu.

"Kamu mau apa? Mau kakak kerjain PR nya?" Winter bertanya sambil tetap nyembunyiin bukunya di belakang badan. "Yaudah mana sini kakak kerjain. Nanti kakak anter ke kamar kamu."

Jeha bangkit dari kasur terus nyerahin buku yang tadi dia bawa ke kakaknya. "Aku minta bantuan buat ngerjain bukan minta kakak ngerjain tugas aku."

Meskipun tak terlalu suka belajar, Jeha paling anti gunaain joki tugas. Apalagi itu kakaknya, kalau benar semua auto sial dia nanti di kelas. Kalau guru nyuruh dia ngerjain ke depan, bisa apa selain ngelamun?

"Okay, di meja makan tunggu kakak di sana."

"Kakak aneh."

"Hm, kenapa?"

Dear Winter [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang