50❄🍦

974 125 30
                                    

50|| Pergi

Baekhyun dan Taeyeon terlihat sangat cemas, mereka nggak pergi dari depan pintu kamar putrinya.

Itu karena semalam Winter pulang dengan keadaan kacau dan langsung mengunci pintu kamarnya. Sampai sekarang jam menunjukan pukul 7 pagi Winter belum juga mau bukain pintu.

"Mas cepetan dobrak ih! Winter harus sarapan! Mas mau biarin gitu aja putri mas ngurung diri terus di dalem?" Taeyeon mukul keras pundak suaminya itu.

Gimana enggak kesel, kunci cadangan yang disimpen suaminya hilang entah kemana. Jika saja ada, Taeyeon tidak perlu menunggu Baekhyun bertindak.

Baekhyun meringis, tabokan Taeyeon terasa sangat nyeri dan panas. Bukan main memang.

Tok Tok Tok

Bukannya mendobrak pintu di depannya, Baekhyun malah mengetuknya penuh kesabaran. Berharap putrinya mau keluar tanpa dia harus repot mendobrak, dia takut mengejutkan Winter.

"Sayang," Baekhyun nempelin telinganya ke daun pintu. "Ini papa, buka pintunya."

Tak terdengar sahutan dari dalam, Baekhyun masih mencoba mengetuk pintu di depannya sementara Taeyeon sudah ingin mendidih dibuatnya.

"Mas dobrak aja! Aku takut Winter kenapa-napa!" ujar wanita itu tak sabaran.

Baekhyun menghembuskan napas panjang, dia natap pintu di depannya. Mendobrak pintu itu adalah pilihan terakhir mereka.

"Sayang, pintunya mau di dobrak sama papa. Kamu jangan dekat-dekat sama pintu," Taeyeon memperingati putrinya, sungguh dia juga sebenarnya tak ingin memakai cara kasar ini.

"Papa dobrak ya? Kamu jangan di depan pintu," peringat Baekhyun.

"Satu...dua...tiga," Baekhyun berusaha keras mendobrak pintu itu.

"Satu...dua...tiga,"

"Papa lemah banget sih, gitu aja nggak bisa," Jeha, bocah itu terbagun karena suara berisik dari luar kamarnya.

Baekhyun melotot natap putra keduanya itu. Enak aja dia dikatai lemah. Sungguh anak durhaka.

Jeha ngucek matanya terus natap Taeyeon. "Ada apa sih ma? Kak Winter kenapa? Kenapa kalian berdua ribut di hari minggu yang cerah ini?"

Taeyeon menggiring Jeha buat balik ke kamarnya. Dia ngode Baekhyun supaya meneruskan membuka paksa pintu itu.

Dua kali, tiga kali, butuh lima kali tendangan keras dari pria itu untuk merusak knop pintu kamar putrinya. Begitu terbuka Baekhyun langsung masuk ke dalam kamar.

"Sayang?" panggil Baekhyun.

Baekyun mengedarkan matanya ke penjuru ruangan, putrinya tidak membuka korden kamarnya dan membiarkan semua tertutup membuat suasana kamar menjadi gelap.

Winter mendengarnya, keributan, perkataan mama dan papanya semua itu dia bisa mendengarnya hanya saja dia tak ingin menemui mereka dalam keadaanya yang sangat menyedihkan ini.

Gadis itu tertidur menghadap ke samping dengan selimut yang membungkus tubuhnya sampai ke leher. Matanya terbuka, sembab masih mengalirkan sisa-sisa air mata. Bahkan bantal di bawahnya ikut basah.

Baekhyun mengusap lembut rambut Winter. "Putri papa kenapa? Kenapa nangis gini?"

Winter masih diam, bibirnya kembali bergetar dia mengigit bantalnya kuat-kuat.

Hati Baekhyun ikut tersayat, dia ingat semalam putrinya terlihat sangat senang saat akan pergi bersama Jeno.

"Kamu berantem sama Jeno?" tanya Baekhyun mengusap air mata di pipi Winter.

Dear Winter [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang