Bukchon Hanok
Seoul - Korea Selatan
(21.15)
MENGHELA nafas penuh kelelahan, dengan berjalan ke arah kamar sang keponakan, Jieun langsung menggendong balita berumur tiga tahun itu yang tengah tertidur nyenyak. Langsung merogoh saku celananya dan menyodorkan amplop coklat ke arah seorang wanita paruh baya dan menunduk hormat kemudian."Terimakasih nyonya, sudah repot-repot menjaga Lee Eun Hyuk sampai larut..."
Wanita paruh baya itu langsung menepuk udara dengan kekehan mengudara. "Tidak, tidak, tidak masalah Eun Hyuk sudah aku anggap anak ku sendiri..." Balas wanita berumur tiga puluh tahun itu dan langsung berpamitan dengan Jieun untuk kembali kerumahnya.
Kembali menghembuskan nafas, iris Jieun menatap hangat keponakannya itu dengan penuh halus. Lekas mengedar pandangnya kembali, langkah Jieun teralih oleh sebuah bercak darah yang begitu membuatnya panik secara tiba-tiba. Mencari dengan cepat asal bercak darah yang berakhir pada kamar sang adik bungsu yang begitu membuat Jieun benar-benar panik.
"Astaga, Lee Ji Han. Kenapa kau bisa babak belur?" Panik Jieun dengan suara gemetar menatap sang adik yang menangis tanpa henti.
"Ahjumma, aku takut eonni..." Rengeknya dengan wajah sebam ungu dan bengkak di bagian matanya.
"Ahjumma? Apa dia yang melakukan ini?" Tanya Jieun yang langsung membuat Jieun panik dan kesal; tepat ketika Ji Han membenarkan perkataan sang kakak. Langsung memeluk tubuh sang adik yang begitu menangis histeris bersamaan dengan tubuhnya yang gemetar, menepuk ujung kepala sang adik dengan penug kehangatan agar rasa ketakutan sang adik hilang, pun mata Jieun berkaca-kaca penuh iba sekaligus kesal akan dirinya sendiri.
.
"Ahjumma!! Ahjumma!!" Mengetuk dengan kasar pintu kayu itu cukup keras ditengah malam, Jieun langsung memekik wanita berumur tiga puluhan itu dengan wajah penuh kekesalan.
"Kau berisik sekali malam-malam begini, ada apa hm?!"
"Ahjumma, kau menyakiti adikku Ji Han? Kau tau dia sangat ketakutan dan trauma!" Pekik Jieun kesal.
"Ap-apa maksudmu?!" Tanya wanita itu agak gemetar.
Mencakup tangan dengan wajah kesal, Jieun memekik di hadapan wanita paruh baya itu yang kentara kikuk tak bisa berucap. "Aku mohon, jujur padaku. Aku tidak akan membawa mu ke polisi jika kau berkata jujur.."
"Dia sedikit rewel, menyebalkan, dan juga sangat menganggu ku, kau kira aku bisa tahan dengan Ji Han? Ditambah lagi balita buangan itu yang menangis juga di pelukanku, kau kira aku bisa sabar?" Ucapnya dengan nada tak bersalah.
"Tapi mereka masih kecil nyonya, Ji Han tujuh tahun dan Eun Hyuk tiga tahun, apa kau tidak berpikir itu wajar? Kau kan juga memiliki seorang cucu.."
"YA! Jangan samakan cucu kesayanganku dengan balita buangan dan adik menyebalkan mu itu! Bukankah seharusnya kau bersyukur dengan ku karena ada yang mengurus mereka saat kau sedang bekerja?!" Katanya memekik tidak terima.
Hentakan tiba-tiba oleh sebuah sepatu yang memukul sebuah aspal abu-abu dengan sengaja, yang langsung membuat Jieun dan wanita paruh baya itu beralih atensinya. Menampilkan seorang laki-laki tampan yang mengenakan kemeja kuning dan hijau dengan baju kaos di dalamnya menatap dengan wajah serius. Langkahnya perlahan mendekat ke arah pintu dan langsung menyatukan tangannya dengan menunduk sekaligus tersenyum dengan wanita paruh baya yang menatapnya kebingungan. Bersamaan dengan Jieun yang bingung sekaligus bergumam tak kentara di dengar oleh laki-laki bermarga Jeon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Little Bite
Fanfiction(JLB) | Update Setiap Sabtu✓ Iris ku menyatu secara bersamaan ketika laki-laki sombong dengan paras (diakui) tampan menyodorkan black cardnya padaku. "Hayu nikah, aku bosan jomblo. Lagi pula adik nuna asik banget loch. Demi payudara datar nuna, aku...