Perumahan Jeon
Seoul, Korea Selatan
(08.00)
PovLANGKAHKU mendekat begitu gelak tawa keduanya memenuhi satu ruangan luas ruang tamu. Senyum tipisku langsung terukir menatap Ji Han yang buru-buru menghampiriku dan memelukku begitu hangat, setelah ia melepaskan pelukan Jungkook dengan lembut karena menggelitiknya diatas sofa.
"Eonni, aku sangat senang. Eonni menikah dengan Jungkook oppa ya?" Pinta Ji Han enteng mengukir senyumnya yang masih memelukku dengan hangat. Lekas menekuk lutut dan menyamakan tinggiku dengannya. Aku menepuk kepalanya pelan dan membenarkan poninya yang berantakan. "Eonni tau, Jennie eonnie bahkan memberikanku sebuah buku dongeng, vitamin, dan sebuah obat manjur untuk lukaku.." katanya kembali dengan iris senang.
"Kau yakin tidak ingin pulang?" Tanyaku menjeda yang langsung diberi anggukan mantap oleh Ji Han.
"Tidak, aku ingin bersama selalu dengan Jungkook oppa.." balasnya tegas.
"Tidak merindukan Ji Hyuk oppa?"
Ji Han diam tak membalas dan memajukan bibirnya seolah tak tau apa yang harus ia katakan untuk membalas pertanyaan sang kakak.
"Adik Eun Hyuk, dimakamkan hari ini. Kau tidak ingin memberi salam terakhir kali pada Eun Hyuk?"
"Aku tidak mau bertemu nenek lampir itu lagi.." ketusnya membalas dengan tatapan tegas menatap sang kakak.
Memeluk sang adik dan menepuk punggungnya, berdiri kemudian dan mengukir senyum hangat, tanganku lekas menggandeng tangannya dan memberi isyarat; seolah memintanya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Jungkook yang duduk di sofa dengan wajah polos menatap Ji Han.
Melambaikan tangan dengan wajah kecewa, Ji Han berucap dengan nada kesedihan yang membuat Jungkook mendekat ke arahnya. "Aku pamit Jungkook oppa...."
"Jangan sedih oke? Oppa akan mengantar kalian bagaimana?"
"Yeayyyy! Ayo, kita berangkat oppa!!" Pekik Ji Han langsung antusias begitu mendengar balasan Jungkook.
Pun nafasku berhembus berat dan beralih menatap lurus ke arah pintu utama dengan wajah kesal. "Dia memang pintar mencari celah..." Gumam ku kentara kesal.
Membenarkan bajunya sejenak, Jungkook berlari pelan mengambil jaket hitam miliknya dan topi hitam serta kunci mobil jeep miliknya yang ia ambil dari laci meja rias dekat tangga. Mendekat kearahku kemudian, ia mengukir senyumnya dengan cukup puas dan menggendong Ji Han, menggamit tanganku secara gamblang dan menarik ku untuk mengikuti langkahnya. Hanya diam dengan wajah kesal, sementara Ji Han yang ada di gendongan laki-laki bermarga Jeon itu mengukir senyumnya dengan sangat senang.
.
Pov Off
.
(08.43)
Dengan pakaian serba hitam dan wajah sedih, kediaman Jieun yang dipenuhi para pelayat nampak secara bergantian mengirimkan doa untuk bocah balita yang telah tewas dan tertidur di dalam peti. Sang ayah yang menunduk dengan wajah penuh kesedihan, langsung di tenangkan oleh Jieun yang menepuk punggung sang kakak dan memeluknya kemudian. Menimbulkan tangisan Ji Hyuk yang pecah meski sudah lama tertahan.
Berdesis menenangkan, Jieun lekas berucap dengan suara lembutnya. "Tidak masalah kak, kau memang harus menangis..."
Sementara Jungkook yang sedari tadi menggendong Ji Han pun duduk dan memangku sang adik ipar; dengan duduk di hadapan Ji Hyuk yang tengah dipeluk hangat oleh Jieun. Lekas setelah selesai berpelukan, Jungkook menunduk yang langsung membuat Ji Hyuk menatapnya bingung setelah menghapus air matanya. "Aku turut berduka cita atas meninggalnya anakmu..."
"Maaf, anda siapa?"
Langsung menyodorkan lengan dengan tangan kiri memegang siku sopan, Jungkook mengukir senyumnya begitu tangan kekarnya disambut hangat oleh Ji Hyuk. "Saya direktur perusahaan Jieun, Jeon Company. Sekaligus calon adik ipar dan calon suami dari adik anda Jieun.." katanya dengan polos mengukir senyum.
"Calon suami?" Ulang Ji Hyuk langsung menatap Jieun yang terlihat hanya mengukir senyum kaku dan menggeleng pelan; seakan tidak membenarkan perkataan Jungkook.
Jeon Jungkook brengsek! Bajingan! Ucap Jieun dalam hati menatap dengan kesal menatap Jungkook yang malah mengedipkan matanya.
"Hmm, saya mungkin mengatakan ini diwaktu yang kurang tepat. Tapi saya mengatakan ini karena saya benar-benar ingin menikahi Jieun secepatnya. Karena mama saya ingin saya menimbang cucu secepatnya begitu pula dengan papa saya, ditambah lagi umur mama saya yang tidak lama lagi..." Jelas Jungkook dengan wajah penuh mendalami perkataannya.
Tatapan Jieun langsung terkejut oleh penjelasan Jungkook, Jieun langsung berucap secara spontan dan menatap laki-laki itu dengan wajah penasaran. "Apa mama Tuan Jungkook benar-benar sakit?"
Berdehem dan mengangguk pelan. "Eoh, dia benar-benar~~" jedanya sengaja menjeda dan menghembuskan nafas panjang terkesan berat.
"Maaf, tapi-"
"Aku akan memaklumi semua keadaan saat ini, aku juga paham tentang keadaan anda saat ini-"
Ji Hyuk langsung memungkas dengan berdehem cukup keras. "Maaf, tapi anda terlihat bodoh di mata saya..." Ucap Ji Hyuk menohok dengan tatapan datar ke arah Jungkook.
"Ya?" Singkat Jungkook kebingungan.
"Saya mohon, anda bisa kembali jika anda terlihat normal dimata saya.."
.
Perumahan Jeon
Seoul, Korea Selatan
(09.15)Nafas berat terhembus sembari menatap kedua makhluk yang tengah bermain PlayStation lima dengan wajah sangat serius, ditambah satu makhluk yang ikut bermain dan tanpa sungkan yang duduk bersantai sembari menaruh kakinya di sofa empuk berwarna biru.
"Heyo, Jungkook hyung!" Sapanya berbalik badan begitu sadar akan kehadiran Jungkook. Zhong Chenle lekas mengukir senyum, merogoh sakunya dan menyodorkan sebuah amplop berwarna merah. "Ini dari appa, katanya dia mengucap terimakasih karena kau mau membelikan ku skill Player Unknown's Battleground dengan kartu kredit hyung, oh dan katanya appa sedang mengirimkanmu mobil baru..."
"Memang, Zhenle terlewat kaya.." gumam Jungkook sedikit terkejut.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Little Bite
Fanfiction(JLB) | Update Setiap Sabtu✓ Iris ku menyatu secara bersamaan ketika laki-laki sombong dengan paras (diakui) tampan menyodorkan black cardnya padaku. "Hayu nikah, aku bosan jomblo. Lagi pula adik nuna asik banget loch. Demi payudara datar nuna, aku...