Ch. 30 - Fakta baru

120 28 2
                                    

Perumahan Gangnam
Seoul, Korea Selatan
(08.15)

TAHAP awal di pagi hari ialah berusaha menciptakan suasana sebaik mungkin meskipun ada seseorang yang paling tidak ia sukai sedang menuju ke rumahnya. Ya, benar. Jungkook mengundang sang mama untuk sarapan bersama di rumah miliknya dengan perasaan terpaksa. Tentu saja Jungkook tidak berkomunikasi dengan wanita itu secara langsung, melainkan mengundangnya melalui pelayan Kim yang ia percaya.

Nafas langsung berhembus sebal lantaran sosok tak diundang datang bersama wanita menyebalkan itu. Pakaian ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya membuat Jungkook menatap datar ke arah gadis yang berdiri tepat disamping wanita yang tengah menatap sekitar dapur melihat design classic nan elegan itu.

Suasana canggung yang ada di meja makan yang hanya ada tiga makhluk disana, pun membuat Jungkook mengalah untuk mencapai tujuannya.
"Apa hari ini kau ada kesibukan mama?"

Berdecih dan menatap dengan dingin, Shin Chae Ji pun bersua dengan nada datarnya membalasa. "Mama? Apa yang kau rencanakan?"

"Aku hanya berusaha melupakan masa lalu dan menanggapmu sebagai mamaku. Apa aku tidak boleh memanggil mama?" Balas Jungkook dengan suara berusaha lembut dan hangat.

"Jika kau berniat membangun suasana yang baik denganku, ceraikan gadis bernama Jieun itu dan nikahi gadis pilihanku. Choi Na Ra. Maka aku akan melupakan semuanya dan akan membangun suasana baru untukmu.." tegas Shin Chae Ji menatap datar ke arah Jungkook.

Menghembuskan nafas pelan dan memalingkan pandang ke arah gadis bermarga Choi yang berdiri ke arah Jungkook dan menatap hangat ke arah Jungkook dengan senyuman tipis terlempar. Pun Jungkook langsung menggeleng pelan dengan senyum tipis lagak sombong membalas sang mama.

"Apa mama mau taruhan? Jika gadis bernama Choi Na Ra ini bisa lebih baik daripada istriku Lee Jieun, maka aku akan menuruti perkataan mama. Jika tidak, aku ingin mengajukan tes DNA..." Jeda Jungkook menatap tegas kearah Chae Ji yang nampak terkejut oleh permintaan Jungkook. "Aku ragu bahwa aku adalah anakmu? Memang ada ibu yang seegois ini dan tidak menyayangi anak satu-satunya seperti aku?"

"Kau tidak percaya padaku yang telah melahirkan mu?" Tanya Chae Ji sedikit kesal.

"Entahlah, aku hanya penasaran. Terlebih lagi setelah kecelakaan yang aku alami saat sekolah menengah keatas dulu. Aku sangat meragukan hal itu...." Kata Jungkook dengan nada tegas berhasil membuat Chae Ji was-was. "Kenapa? Apa kau kira aku bodoh meski aku setengah sadar saat kecelakaan? Kau pikir syaraf ku sudah tidak berfungsi lagi saat aku dibawa ke rumah sakit? Aku setengah sadar tau..." Kata Jungkook dengan nada terkekeh pada akhir kalimatnya.

.

FLASHBACK

Entah apa yang ada dibenak laki-laki berusia sembilan belas tahun, gerakkannya melesat begitu cepat saat ada seorang nenek hampir tertabrak oleh sebuah truk yang melanggar aturan lalu lintas. Benar, hati nurani Jungkook bergerak begitu saja tanpa persetujuan, lebih tepatnya gerakan itu adalah spontan.

Sepersekon selanjutnya, darah mengalir begitu segar menghiasi aspal abu-abu dengan warna merah pekat diatasnya, semua makhluk yang berada disana langsung panik tak karuan, sementara tersangka utama memilih lari dari perbuatannya. Hingga opsi terbaik diambil oleh salah satu saksi adalah menelpon ambulance dan menelpon keluarga korban setelah mendapatkan ponsel di saku celana panjang seragam sekolahnya.

Calling... [ Yang ku anggap mama ]

~
(DI RUMAH SAKIT TERDEKAT)

~

Tindakan cepat sang dokter membalut luka dan menangani pasien di UGD, memindahkan di ruang pasien selanjutnya setelah pasien kecelakaan telah di cegah dari kematian yang akan merenggutnya.

Netra Jungkook kentara terbuka sejenak beberapa jam setelah dipindahkannya ia ruang pasien. Samar nampak, namun jelas terdengar apa yang ia ucapkan, hingga saat akan mendengar beberapa kalimat, ia memilih untuk diam dan mendengarkan, tubuhnya begitu sakit untuk dipaksakan.

"Cepatlah datang, aku malas diam di ruangan berbau obat ini, rasa mualku semakin ingin untuk keluar..." Katanya di sebuah telepon

[.....]

"Apa kau bilang? Aku? Ibunya? Tidak! Dia hanya anakmu! Anak dari diluar nikah bersama selingkuhanmu yang miskin dan jalang itu!" Tegasnya kesal.

[......]

"Hei! Sialan kau! Jika kau dan aku tidak ada bedanya maka lebih baik aku bersama anak kandungku.."

[......]

"Cepat brengsek, aku malas berdebat. Jangan berusaha semakin merusak moodku yang sudah rusak karena perilaku anak haram mu ini. Ingat, kita menikah karena bisnis! Semua hidupmu dan aku hanya bisnis, bukan anak!"


FLASHBACK END

.

Memangku dagu dan menatap dengan tatapan sinis, Jungkook terkekeh beberapa detik. "Kenapa panik? Apa kau kira aku tidak tau dan kau masih berharap aku untuk menganggap mu sebagai ibu?" Jedanya melipat tangan sombong. "Dan apa katamu saat kau membuat kepalaku terluka? Melahirkan ku? Ibuku? Cih, dialog yang sangat mengagumkan.."

"Sialan.." gumam Chae Ji kentara.

Semakin puas dengan reaksi sang mama Jungkook tersenyum sambil menatap wanita yang menatapnya dengan dingin penuh arti. "Apa saat ini kau sedang kesal nona Shin Chae Ji?" Tanya Jungkook sengaja menjeda. "Kurasa kau tidak pantas untuk kesalkan? Apalagi dengan anak haram yang ada di depanmu ini, waktu akan terbuang-buang tau....,, Oh ya, mengenai perceraian ku rasa kau tau maksudku setelah aku mengungkapkan hal inikan? Bahwa kau tidak memiliki hak apapun dalam hidupku. Kau juga paham kan nona Choi Na Ra maksud penjelasan ku? Aku yakin kau wanita berpendidikan meskipun pakaianmu sedikit memalukan menurutku.." kata Jungkook dengan kekehan mengintimidasi di ujungnya, pun Jungkook bangkit dari kursinya dan berlalu dengan langkah lagak sombongnya. Langkahnya berhenti sengaja selanjutnya setelah Jungkook terhenti tepat disisi gadis bersurai sedada itu. "Maaf menyinggung sebelumnya perkataan ku tadi. Tapi aku hanya berkata sejujurnya saja..."

.

Ditempat yang sama di balik sebuah selat tembok disebuah tempat cukup tersembunyi di dekat jendela bersamaan dengan tirai, gadis bermarga Lee itu nampak terkejut oleh fakta yang baru ia dengar setelah menguping. Hal tak sengaja yang membawanya ke sebuah fakta yang semakin memperjelas sebuah perkara mengenai perilaku aneh lainnya dari sang suami selain perlakuan ibunya yang penggila bisnis itu, bahwasanya ibunya bukanlah ibu kandungnya.

Bersamaan dengan beberapa kantong kertas yang ia bawa di tangannya, Jieun semakin bingung dengan situasi yang sejujurnya sulit untuk ia tanggapi. Entah iba atau rasa suka, ia sulit membedakannya tepat ketika perasaan aneh mulai muncul dalam dirinya. Lekas mengambil opsi terbaik saat ini, menenangkan keadaan dengan diam dan pura-pura menjadi bodoh dan opsi selanjutnya adalah mengawasi laki-laki bermarga Jeon itu, takut ia akan berbuat hal yang tak diinginkan setelah mengungkapkan fakta begitu menyayat hatinya.

Hanya ada satu pertanyaan saat ini yang ada dibenak Jieun yang bahkan sulit untuk ditemukan jawabannya.

Rasa yang muncul dalam situasi tidak menentu, apakah itu rasa suka, atau iba?

•••

Just Little BiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang