Ch. 24 - Persiapan

158 36 2
                                    

The Langham Hotel
New York, Amerika Serikat
(12.00)

ENTAH bagaimana aku merasa hawa canggung yang terus datang padaku secara sepihak, faktanya Jungkook yang nampak bersikap hal yang kami lakukan beberapa jam yang lalu adalah hal yang wajar dan tidak perlu dibuat canggung tepat ketika aku melihat sikapnya saat bermain game bersama saudara saat ini di ruang tamu.

Terduduk berpikir dengan fakta berikutnya setelah kejadian hangat di ruangan kami, ketiga saudara itu nampak tersenyum tak jelas entah mengapa. Tidak, lebih tepatnya Chenle dan Jay lah yang mencolok tersenyum malu-malu menatap kami saat kami keluar dari kamar guna memastikan persiapan ketiga makhluk yang terus sibuk di depan televisi itu. Aneh, namun hal aneh itu wajar bagiku ketiga masuk di kehidupan keluarga Jeon ini.

Lantas irisku mendelik terkejut oleh kepala Jungkook yang ia tidurkan seenaknya tanpa ijin, dengan tangan memegang benda hitam pengendali karakter pada game, matanya masih fokus menatap layar televisi ditimpali permen karet yang ia kunyah dengan nikmat.

Masih betah bergulat dengan pikiranku sendiri, menatap lekat wajah laki-laki yang untungnya tidak menyadari bahwa aku tengah menatapnya. Nafasku berhembus berat kemudian dengan kepala mengadah pada sandara sofa. Sungguh, aku lelah berpikir bagaimana aku bisa senyaman itu saat Jungkook menyentuhku bahkan membuatku memperlakukannya dengan lembut tanpa sadar saat ia bertingkah layaknya anak kecil yang dimanja.

Apakah aku terlalu nyaman?

Apakah aku sudah di jatuh cinta dengannya?

Apakah seperti ini rasanya jatuh cinta tanpa sadar dan dicintai secara sepihak?

Tapi mengapa jantungku tidak berdegup kencang saat bersentuhan atau dicium olehnya saat tadi?

Apakah aku hanya seorang gadis nafsuan yang hanya ingin disentuh layaknya seorang jalang tanpa landasan cinta?

"Arrrgghhhh! Sialan!!" Bergerutu kesal dengan memukul kepalaku sendiri, merengek sebal dengan pertanyaan yang begitu cukup sulit untuk aku jawab saat aku bertanya pada pikiranku sendiri.

Acakan surai dengan iris terpejam sebal, menatap langit-langit ruang tamu dengan wajah kesal karena pertanyaan yang begitu sulit untuk ku temukan jawabannya. Pun tiba-tiba aku terkejut oleh tingkah panik sekaligus khawatir dari laki-laki bermarga Jeon itu memegang pergelangan tanganku saat tanganku memegang sisi kiri dan kanan kepalaku.

"Kenapa sayang? Apa kepala mu sakit? Apa ada luka lain di bagian kepala sayangku?" Ucapnya menatap panik dengan terus memutar kepalaku dengan wajah paniknya.

"Tidak! Aku hanya pusing. Butuh istirahat. Kau lanjutkan saja permainannya.." tegasku dengan wajah sebal membuat Jungkook menatapku kebingungan. "Aku akan siap-siap dan menunggumu di kamar pukul empat sore, jangan masuk sebelum pukul empat, karena ketika aku tidur dalam keadaan sakit kepala aku tida suka diganggu.." imbuhku tegas kembali dan melangkah ke arah kamar dengan kaki pincang melangkah cepat.

Aku pusing bergulat dengan pikiranku sendiri. Sebenarnya.

.

Pov off

.

Masih mencerna situasi membingungkan yang jelas dipahami oleh Chenle, laki-laki China itu mendekat ke arah Jay yang menatap drama kedua sejoli itu dihadapannya.

Just Little BiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang