The Langham Hotel
New York, Amerika Serikat
(16.00)BERTEMU di lobi bersamaan, tatapan tegas Jungkook langsung tersorot setelah sebelumnya tersenyum gemas oleh Jieun yang menatapnya tegas. Suasana canggung langsung berubah secara drastis, hawa dingin bercampur tatapan intimidasi Jieun rasakan oleh ketiga makhluk kecuali laki-lali berhidung mancung berwajah mirip puppy itu, senyumannya masih hangat menyapa Jieun saat melihatnya secara bersamaan.
Berlalu dengan kursi roda yang Jungkook dorong dengan perlahan, merogoh celana panjang miliknya dan membukakan pintu setelah Jungkook membukanya dengan kartu khusus dari apartemen. Mendorong kursi sang gadis hingga sofa ruang tamu, posisi Jieun yang berada di samping kursi dan sang suami duduk di dekatnya.
"Nuna, kakimu harus diperban seperti itu sampai menggunakan kursi roda. Apakah itu sangat parah ya?" Tanya Jake dengan terkejut.
"Gara-gara anda kaki istriku terluka parah..." Celetuk Jungkook menatap tajam ke arah Chae Ji.
Menatap sekilas dengan tatapan mengintimidasi, Chae Ji bersua dengan nada dinginnya. "Istrimu tidak ideal, ceraikan dia. Kalian menikah juga tidak berpacarankan? Dan dari ekspresi wajahnya, aku rasa dia tidak menyukaimu dengan tulis. Wajahnya terlalu kentara untuk berpura-pura.."
"Maaf, anda tidak terhubung lagi dengan kehidupan saya.."
Berdecih dengan kesal, wajah Chae Ji langsung menegas dengan tubuhnya yang bangkit penuh amarah. "Anak macam apa kau?! Apa kau tidak mau menghargai ku yang telah melahirkan mu Jeon Jungkook?!" Pekik Chae Ji memenuhi ruangan.
Menyudutkan senyumannya dan duduk dengan kaku kiri menopang kaki kanan, tangan melipat dengan wajah jenaka membalas ucapan Chae Ji. "Anda bicara tentang menghargai? Apa anda tidak memiliki cermin terlebih dahulu sebelum membalas ucapan saya?"
"Apa maksudmu?"
Mengalihkan bantal yang ada dipunggung kekarnya ke dalam pangkuannya, memukul dengan pelan namun cukup intens; seakan menyalurkan amarah melalui pukulannya ke arah bantal empuk berwarna putih itu. "Anda minta saya agar bisa menghargai anda sebagai mama saya. Tapi sebelum itu apakah anda pernah menghargai saya sebagai anak anda? Apa perlu saya ceritakan semua kejadian di masa lalu agar anda paham nyonya Shin Chae Ji?" Tegas Jungkook dengan nada sedikit tersulut amarah.
"Tidak ada gunanya melihat kebelakang. Aku hanya minta agar kau menceraikan gadis itu.."
"Nyonya Shin Chae Ji.." tegas Jungkook bangkit dengan tatapan kesal. "Saya bertanya sekali lagi. Apakah anda tidak pernah bercermin sedikit pun atau merasa bersalah dengan ucapan anda?! Apa perlu saya bicara mengenai perilaku anda terhadap saya yang minta ingin DIHARGAI?!" Kata Jungkook dengan nada sedikit memekik.
"Pelankan suaramu, kau harus menghormati ku sebagai mama mu.."
"Persetan menghormati..." Balas Jungkook dengan amarah yang sudah memuncak. "Anda, N Y O N Y A S H I N C H A E J I. Pernah berpikir tentang sikap anda yang tidak menghargai saja sebagai seorang anak? Pernah anda bicara kepada saja layaknya seorang mama atau datang ke acara sederhana yang saya minta hanya dengan menyisihkan waktu lima menit saja untuk sekedar hadir untuk foto bersama?" Jelas Jungkook dengan wajah kesalnya.
"Apakah anda pernah berpikir sebelum berucap kepada saja yang masih berumur remaja itu dengan tatapan lembut atau setidaknya membicarakan sesuatu hal selain bisnis?"
Mengalihkan pandangan dengan wajah kesal, Chae Ji malah tidak percaya dengan ucapan sang anak. "Apa kau bersikap seperti ini karena gadis itu?" Tanya Chae Ji menatap Jungkook mengintimidasi.
"Berhenti menyalahkan orang lain atas kesalahan anda yang tidak anda sadari! Saya masih menghormati anda dengan perkataan saya yang masih formal, setidaknya anda harus menghargai saya selagi saya masih memiliki sedikit rasa hormat untuk anda!" Tegas Jungkook dengan wajah penuh amarah. "Saya tidak mau rasa hormat saya hilang, anda bisa pergi dari sini dan kembali mengurus bisnis anda. Bukankah anda kehilangan banyak waktu karena meladeni saya? Apalagi saya tidak suka dengan kedatangan anda.."
Nafas berhembus kesal, Jungkook langsung memalingkan wajahnya dari wanita paruh baya yang menatapnya tidak percaya dengan ucapan Jungkook beberapa menit lalu. "Aku tidak merestui kalian sedikitpun.." tegas Chae Ji menatap punggung kekar sang anak.
"Setuju ataupun tidak, hidup saya tidak bergantung pada anda. Saya hanya memiliki papa saya saja, sejak lahir saya tidak memiliki mama yang mau menghargai saya, saya Piatu..."
Berjalan dengan wajah kesal menuju meja di dekat sisi kamar begitu kesal, Chae Ji tanpa basa basi langsung melayangkan vas bunga bening ke arah bagian kepala sang anak. Pun sontak membuat Jake, Jay dan Chenle mengamankan Chae Ji yang memberontak dengan memekik penuh amarah. Bahkan gadis bermarga Lee yang diam terduduk di kursi roda langsung bangkit dan menarik lengan hoodie miliknya dengan tujuan menutup darah yang langsung mengalir cukup begitu vas bunga kaca bening itu dilayangkan.
"Sialan, anak macam apa yang aku lahirkan ini? Membangkang dan sangat brengsek?!"
Menahan dengan memegang pundak sang bibi, Jay menenangkan dengan wajah khawatir menatap sang bibi setelah melihat darah di belakang kepala Jungkook. "Tenanglah bi, kau harus mendinginkan kepalamu.."
Chenle yang memegang bunga dari vas kaca bening itu menatap dengan wajah sedihnya. "Bibi shin tenanglah, Jungkook hyung terluka.."
"Bibi Shin, Jungkook hyung berdarah. Kau harus sadar bi.." imbuh Jake menenangkan.
"Biarkan! Agar dia tau cara menghargai dan menghormati mamanya. Anak macam apa dia?!" Pekik Chae Ji kesal.
Terkekeh dan berotasi menatap Chae Ji, iris bulat Jungkook menegas. "Kenapa kau tidak sekalian saja membunuhku dengan pisau yang ada di dapur?" Tantang Jungkook yang langsung membuat Chae Ji kesal.
"Kau menantangku?! Kau ingin aku melakukannya? Kau kira aku tidak bisa?!"
Lekas terhentak melangkah menuju dapur, mengambil pisau yang langsung disambut kepanikan dengan timpalan menyeru dari tiga laki-laki yang langsung membentengi Jungkook berusaha menghalangi Chae Ji yang mengabulkan permintaan Jungkook. Pun Jieun dengan kaki yang masih terasa sakit dibalik perban memeluk Jungkook dengan berdiri di depannya.
"Saya bukannya ingin mengusir atau berperilaku tidak sopan nyonya, tapi saya mohon untuk memahami suasana dan tenangkan pikiran nyonya kembali agar suasana menjadi lebih baik. Setelah itu anda bisa kembali kemari.." ucap Jieun berusaha menenangkan.
Terkekeh dengan iris membulat kesal, Chae Ji bersua; "kurang ajar kau, kemari aku akan membuat lukamu terluka.."
Suasana yang begitu dikendalikan, hingga akhirnya membuat tiga saudara itu menyeret Chae Ji secara paksa. Pun Jieun menghembuskan nafasnya berat, berotasi dan menatap Jungkook dengan wajah serius. "Kau tidak apa-apa? Apa lukamu-"
Iris kembali panik dibuatnya, Jungkook yang memegang dadanya menahan sakit langsung berlutut tak kuat menahan sakit. Jieun yang menatap situasi yang begitu membingungkan lekas menatap Jungkook dengan wajah serius. "Apa kau sesak? Atau dada mu sakit karena suatu hal?"
Berusaha menghembuskan nafas dengan perlahan, Jungkook yang mengelus dadanya perlahan bersamaan dengan pening teramat langsung menatap Jieun dengan wajah sang gadis yang panik bukan main. Menampilkan senyum dengan tangan yamg memegang dadanya, yang sayangnya membuat Jieun malah kesal dibuat oleh senyuman yang terukir di wajah tampan Jungkook.
"Jangan tersenyum bodoh, kau tau aku panik melihat mu seperti ini..." kesal Jieun. "Darahmu juga tidak mau berhenti mengalir, apa kah tidak sakit ha?" Imbuh Jieun masih kesal dengan tangan masih berusaha menghentikan darah yang mengalir di belakang kepala Jungkook.
Masih mengukir senyum gemas, Jungkook menurunkan dengan lembut tangan sang gadis dan memilih memeluknya tanpa aba-aba. Membenamkan wajahnya di hoodie sang gadis yang rupanya mulai basah secara perlahan dengan air mata Jungkook yang membuatnya basah, nafas terhela seakan paham dengan perasan sang laki-laki yang memeluknya begitu penuh arti.
"Akhirnya aku paham alasanmu menjadi aneh.." gumam Jieun menepuk punggung kekar laki-laki itu.
Tapi aku juga senang karena aku akan bercerai denganmu... Gumam Jieun dalam hati.
[ Maybe? ]
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Little Bite
Fanfic(JLB) | Update Setiap Sabtu✓ Iris ku menyatu secara bersamaan ketika laki-laki sombong dengan paras (diakui) tampan menyodorkan black cardnya padaku. "Hayu nikah, aku bosan jomblo. Lagi pula adik nuna asik banget loch. Demi payudara datar nuna, aku...