Bab 12 Sakit

2.4K 126 15
                                    

Happy Reading🙏🙏

Moa terbangun saat merasakan cahaya matahari menyelinap masuk dari gorden yang menyilaukan matanya ternyata hari sudah siang.

Mata Moa berkedip beberapa kali untuk memperjelas pandangannya yang masih kabur.

Moa melirik tubuh telanjang Bima yang masih terlelap disampingnya.

Moa harus segera pergi dari sini selagi Bima masih terlelap.

Dengan pelan Moa menjauh dari tubuh Bima dan turun dari ranjang. Tapi baru juga bergeser sedikit, lengannya dicekal oleh Bima yang ternyata ikut bangun karena gerakan Moa.

"Mau kemana kamu?" tanya Bima dengan mata yang masih mengantuk.

"Mau pulang" Moa menjawab lirih.

"Siapa yang membolehkanmu pulang. Aku belum selesai denganmu" seringai Bima kemudian menarik tangah Moa hingga gadis itu terjatuh di atas tubuh Bima.

"Aku capek" rintih Moa memohon belas kasihan.

Bima tidak peduli pada rengekan dan rintihan Moa, baginya yang pasti dia ingin menyalurkan hasratnya kembali pagi ini pada Moa, Bima pun kembali menyetubuhi Moa berkali-kali hingga tubuh Moa lengket oleh cairan nikmat Bima yang disemburkan pria itu di setiap pelepaannya.

Kali ini Bima benar-benar terkapar kelelahan dalam kepuasan. Moa berhasil turun dari ranjang tanpa membangunkan pria itu.

Moa segera memunguti pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya satu per satu. Moa tidak peduli pada tubuhnya yang masih menyeruakkan bau sex dan juga tubuhnya yang lengket oleh sperma Bima di tubuhnya.

Yang terpenting baginya adalah keluar dari tempat ini secepatnya.

Setelah mengenakan kembali semua pakaiannya., Moa segera menyambar tasnya, gadis itu tidak dapat berjalan dengan normal, kakinya hanya bisa melangkah tertatih-tatih karena rasa sakit di pangkal pahanya.

Moa melewati beberapa pegawai dan wanita memang tinggal di kediaman Bima. Untung saja tidak ada yang mencegah kepergiannya. Mereka semua malah mengacuhkan kehadiran Moa. Karena memang sudah biasa Moa datang dan pergi dari kediaman Bima.

Moa sadar penampilannya saat ini sangat berantakan dan kacau. Bibirnya bengkak, rambutnya acak acakan apalagi melihat cara jalan Moa. Pasti mereka tahu apa yang terjadi pada Moa. Dan tidak ada yang bersimpati padanya. Setelah berusaha berjalan dengan susah payah akhirnya Moa berhasil mencapai mobilnya & segera pergi dari tempat yang dia benci itu.

Tiba di rumah, Moa memasuki rumah dengan langkah gontai, saat hendak ke lantai atas Moa berpas-pasan dengan papanya yang baru keluar dari ruang kerjanya, sepertinya tengah bersiap untuk berangkat ke kantor.

Hardi Karim, papa Moa menatap anak gadisnya dengan mata membelalak kaget.

Rambut acak-acakan seperti sarang tawon, makeup nya luntur,wajah yang kuyu,serta bibir yang bengkak. Moa tahu saat ini penampilannya sudah layak disebut sebagai orang gila.

Pipi bekas tamparan Bima yang kini sedikit bengkak dan membiru serta bibir Moa yang bengkak tentu saja menjadi nilai tambah dirinya disebut sebagai orang gila.

"Ada apa dengan penampilanmu itu, berantakan sekali. Papa kira tadi orang gila yang menerobos masuk" Hardi menatap menampilan Moa dengan tatapan mencemooh.

"Bikin malu saja seorang keturunan Karim berkeliaran di jalan dengan penampilan seperti seorang wanita gila seperti ini. Apa kata tetangga jika ada yang melihat kamu pulang dengan penampilan seperti ini. Seharusnya kamu tadi masuk dari pagar samping. Jangan dari gerbang utama."

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang