Bab 8 Bima

2.8K 181 12
                                        


Happy reading🙏🙏🙏

Di depan umum Orang-orang melihat bahwa hidup Moa sangat sempurna, wajah cantik dengan tubuh putih yang ideal. Didukung dengan kehidupan nyaman yang terjamin.

Mereka yang berpikir begitu tidak tahu apa yang kedua orangtuanya telah korbankan agar mereka tetap berada di kehidupan mewah ini.

Moa membaca pesan yang baru masuk ke gawainya. Wajah tenang Moa seketika menjadi suram begitu membaca pesan itu.

Bima, sosok yang paling Moa benci dan berusaha hindari. Tapi itu hal yang mustahil baginya. Hidupnya kini berada di tangan Bima. Hutang papanya yang tiada habisnya terus melilit lehernya di bawah rantai penguasaan BIma.

Moa harus selalu menuruti segala keinginan dan perintah Bima. Perintah Bima adalah mutlak dan harus dilakukan.

Dari isi pesannya Moa disuruh datang ke kediaman pria itu. Dan Moa tau apa yang diinginkan pria itu darinya.

Moa tiba di bangunan milik Bima, Rumah yang megah, lebih besar dari rumah Moa. Hanya saja Moa tidak suka rumah ini, terkesan suram dan mengerikan seperti pemiliknya.

Seorang penjaga mengawal Moa ke ruangan dimana Bima telah menantinya.

Moa tiba di ruangan dimana Bima tengah duduk santai meyesap minumannya.

"MOaa.....akhirnya kamu datang juga" sambut Bima dengan suara lantang dan seringai yang membuat Moa jijik.

Moa memberikan senyum terpaksa pada Bima sambil memasuki ruangan itu dengan Langkah yang terasa berat.

Bima menepuk-nepuk tempat di sebelahnya isyarat agar Moa duduk disana. Moa duduk di samping Bima dengan tubuh kaku.

"kenapa kamu begitu kaku? Santai saja." Rayu Bima tangannya menjumput rambut Moa yang terurai mendekatkan rambutnya ke hidungnya dan menghirup wangi shampoo yang dipakai oleh Moa.

"Wangimu selalu membuatku mabuk" gumam Bima dengan suara berat, sepertinya pria itu sudah setengah mabuk dilihat dari botor anggur yang sudah tinggal setengah botol di meja.

"Pekerjaanmu tempo hari sangat bagus. Perusahaanku berhasil memenangkan tender berkat data yang kamu curi waktu itu" puji Bima.

"Kamu bisa mengucapkan rasa terima kasihmu melalui pesan, tidak perlu sampai menyuruhku datang kesini" ujar Moa.

Bima tertawa mendengar perkataan Moa "Tentu saja aku harus memanggilmu, selain harus dikatakan secara langsung, ada tugas baru untukmu. Tapi sebelum itu..." Bima menggantung kata-katanya, Matanya menatap Moa dengan mata sayu dan bernafsu.

"Aku merindukan tubuhmu yang indah ini." Desah Bima dengan suara berat sedang tangannya menggerayangi tubuh Moa dengan bernafsu.

Tentu saja Moa tidak bisa menolak keinginan Bima, bukankah dirinya sudah menjadi milik pria itu? Dia harus pasrah dan menerima apapun yang Bima lakukan padanya. Disetubuhi, dipukuli, disiksa, ataupun di tawarkan pada orang lain Moa terima apapun itu demi membayar hutang keluarganya pada Bima.

Bima menjulurkan lidahnya menjilati wajah Moa yang halus itu. Wajah Moa jadi basah oleh air liur Bima.

Kemudian pria itu melumat bibir Moa dengan rakus dan kasar "buka mulutmu" perintah Bima dengan suara serak dan nafasnya pun sudah memburu.

Begitu Moa membuka mulutnya lidah Bima langsung melesat masuk ke dalam rongga mulut Moa dan bermain-main di dalam sana.

Bima yang sudah terburu nafsu mengangkat baju Moa keatas, tangannya langsung meremas kedua payudara Moa dengan keras dan penuh nafsu.

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang