Bab 19 Hutang Yang semakin bertambah

703 34 0
                                    

Kehidupan kerja ternyata menyenangkan, untuk sementara Moa terbebas dari Bima dan segala perintahnya. Walaupun hanya mendapat kebebasan selama tiga bulan bagi Moa sudah lebih dari cukup.

Untuk sementara Moa bisa melupakan segala kerumitan dalam hidupnya, dan juga kekacauan dalam keluarganya. Moa sudah tidak peduli lagi saat papa dan mamanya sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah.

Moa cukup disibukkan oleh pekerjaan yang dia kerjakan, membutnya tidak sempat memikirkan tingkah kedua orang tuanya dan meratapi diri.

Tapi sepertinya penderitaan tidak pernah lepas dari Moa, seperti saat ini. Tagi pagi sebelum berangkat ke kantor, pembantunya mengantarkan surat yang dikirim dari perusahaan Bima. Karena terburu-buru Moa hanya memasukkan surat it uke dalam tasnya.

Sekarang jam istrirahat, Moa memesan makanan antar jadi dia tetap berada di meja kerjanya menyantap makan siangnya sambil mengerjakan tugasnya yang menumpuk.

Moa baru teringat dengan surat yang diterimanya tadi pagi. Segera dirogohnya tas, Moa tahu bahwa surat itu adalah rekapan Hutang yang dikirim rutin oleh perusahaan Bima.

Mata Moa membelalak kaget melihat angka yang tertera di kertas itu. Bukannya berkurang, hutang yang harus ditanggungnya malah semakin bertambah dan jumlahnya pun begitu besar.

Dengan perasaan kesal Moa mengambil gawainya dan menghubungi papanya. Beberapa kali panggilan tidak ada jawaban dan Moa semakin kesal.

Moa meraih kunci mobilnya berniat langsung mendatangi kantor papanya. Moa menghampiri Niken yang sedang makan siang di meja kerjanya sendiri.

"Niken, tolong sampaikan pada ketua, aku ijin keluar sebentar" pesan Moa sambil meraih tasnya langsung bergegas pergi.

Niken hanya menyeringai licik memperhatikan kepergian Moa. Mana mungkin dia menyampaikan pesan Moa pada ketua kelompoknya. Biar saja nanti Moa ditegur karena keluar tanpa izin.

Tidak berapa lama, jam istirahat usai, orang-orang mulai kembali memasuki ruangan.

"Moa pergi kemana?" tanya Erick menghampiri Niken yang mejanya bersebelahan dengan meja Moa.

"Entah" jawab Niken sambil mengedikkan bahunya pura-pura tidak tahu.

"Hmm..." Erick hanya bergumam. Kemudian mengutak atik gawainya sambil berjalan kembali ke meja kerjanya.

Niken menatap punggung Erick dengan perasaan tertarik, Melihat gaya Erick, dari pakaian dan atribut yang melekat di tubuh pria itu, Niken yakin bahwa Erick bukanlah pria miskin.

Walaupun pekerjaan Erick tidak bergengsi, masih pekerja magang, tapi Niken dapat menebak bahwa Erick berasal dari keluarga kaya.

Niken jadi sangat penasaran pada Erick, pria itu terlihat mudah bergaul, tapi jika ditanya tentang dirinya pria itu seperti enggan untuk menjelaskan karena semua pertanyaan tentang dirinya selalu dialihkannya ke pembahasan lain. Terkadang pria itu terlihat sukar untuk didekati dan terkesan misterius. Itulah yang membuat Niken penasaran pada pria itu.

Sejak putus dari David, Niken harus mencari pria kaya yang sanggup membiayai hidupnya. Karena pemberian orang tuanya tidak akan bisa memenuhi gaya hidupnya yang sangat suka menghambur-hamburkan uang.

Niken sengaja masuk ke perusahaan ini dengan tujuan mendapatkan pria berpotensi. Ini adalah perusahaan internasional yang terkenal dengan para eksekutifnya yang masih muda dan menjanjikan. Dan dia mendengar bahwa Direktur Utamanya sudah pensin dan digantikan oleh anaknya yang gosipnya masih single.

Kabarnya belum ada karyawan yang pernah bertemu direktur baru mereka itu. Hingga hari ini pun Niken tidak pernah sekalipun melihat sosok direktur utama Wijaya corporation ini.

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang