Warning-!!
Mengandung unsur gore :).
Bagi yang hatinya selembut tahu dan nggak kuat sama scene penuh penyiksaan, mending mundur alon-alon oke.
.
Happy Reading-!
.
Shilla semakin merapatkan jaraknya dan Kenan. Tubuhnya dingin, sangat. Sudah pukul sepuluh malam, namun mereka masih disini. Terdampar disebuah jalanan sepi.Mereka berdua memutuskan pergi. Menjauh dari semua orang yang coba memisahkan. Bagi Shilla, asal ada Kenan maka dia tidak membutuhkan apapun lagi. Tetapi sepertinya pemikiran itu keliru. Karena kenyataannya, dia sangat membutuhkan uang sekarang.
Ini salah mereka sendiri. Yaa, Shilla paham itu. Ini salah mereka yang memutuskan pergi tanpa membawa uang atau fasilitas apapun, baik dari Yoga ataupun Novi. Mereka benar-benar memutuskan hubungan dengan orang tua kandung mereka sendiri.
Dan begitu saja, inilah dampak yang harus mereka terima. Berjalan beriringan di jalanan lengang hanya ditemani sinar rembulan.
"Aku kedinginan," ucap Shilla bergetar. Kenan menunduk, dia semakin menggenggam jari-jemari Shilla. Cowok itu membuka kemeja yang melekat pada tubuhnya dan memakaikan dipundak Shilla. Menyisakan kaos hitam tipis sebagai penghalang angin malam yang begitu menusuk.
"Kemeja ini mungkin bisa bantu."
Shilla mengangguk. Tangannya menahan kemeja Kenan agar tetap di posisi yang sama, sementara lensanya menatap sekitar dengan perasaan hati-hati.
Sepi.
Benar-benar sepi. Tidak ada kendaraan lain yang lewat. Sejauh mata memandang, hanya ada pohon-pohon besar yang berjejer dipinggir jalan.
Krekk...
"Kamu dengar?" tanya Shilla takut.
"Itu hanya suara ranting," jawab Kenan kalem.
Jantung Shilla semakin bertalu-talu. Malam ini ... entah kenapa, terasa begitu berbeda. Dingin yang tercipta serasa mencekik jiwa. Sunyi yang tersaji membuat darahnya berdesir tiada henti. Angin yang bertiup pelan, menusuk kulitnya begitu dalam.
"Kamu nggak ngerasa aneh, Ken?" Shilla mendongak menatap Kenan. Kenan balas menatap gadis itu dengan kedua alis terangkat. "Apa yang aneh?" tanya Kenan bingung.
"Malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya."
Kenan tertawa. Tawanya begitu merdu, berpadu dengan udara yang membeku.
"Perasaan kamu doang. Itu hanya sugesti dari pikiran yang kamu ciptakan sendiri, Shill."
Tidak!
Shilla yakin ini bukan sugesti dari pikirannya. Dia yakin kalau ada yang salah dengan malam ini. Dia ... tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya.
Lagi-lagi hening mendekap. Hanya ada suara desir angin, ranting yang saling bergesekan, juga daun-daun kering yang jatuh dan luruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repas
Teen Fiction"Maaf sayang, gue mau buat lo gila sampai lo sendiri bosan buat buka mata." Kisah cinta seorang Kiara Chira berjalan sebagaimana remaja pada umumnya. Memilih berpacaran dengan sahabatnya sendiri bernama Kenan Angkasa, selama hampir 4 tahun. Selama i...