Motor yang dikendarai Kenan sudah terparkir sempurna. Netranya memperhatikan gadis di jok belakang melalui spion. Wajah gadis itu cemberut, pipinya gembung seperti bakpao, dengan bibir maju seperti bebek. Namun entah kenapa, itu semua justru membuatnya terlihat semakin menggemaskan. "Masih marah?"
Kia memalingkan wajah. Menatap kemanapun asal jangan melihat wajah Kenan. Dia berucap ketus, "masih, lah."
"Kiara Chira.."
"Hm."
Lelaki itu menghela napas. "Aku kalah deh, aku nggak bisa didiemin sama kamu kayak gini."
"Beneran?"
"Iya, sebagai gantinya, nanti kamu boleh beli seblak. Sekarang liat aku.." ujar Kenan sedikit merengek.
Kia menurut. Dia kembali menghadap Kenan. Laki-laki itu sudah turun dari motor dan kini berdiri tepat di depannya. Tangan Kenan bergerak melepas helm dari kepala kia. Penuh kehati-hatian, seolah Kia adalah kaca yang begitu rapuh jika di sentuh. Kenan sedikit menunduk, kemudian jari-jemari nya bergerak lincah memperbaiki tatanan rambut Kia yang berantakan akibat tertiup angin.
"Besok-besok kita naik mobil aja, ya?"
Kia menatap bingung, "emang kenapa?"
"Rambut kamu berantakan kalau naik motor."
Terdengar sederhana namun mampu membuat hati Kia menghangat. Dia terkekeh singkat menanggapi ucapan itu. "Nggak pa-pa lagi, aku tau kamu lebih suka naik motor."
Kenan menggeleng. "Tapi aku lebih mentingin kenyamanan kamu, Ki. Kesenangan aku bukan prioritas. Di dalam hidup aku, kamu yang jadi prioritas utamanya."
Kia menghela napas. Dia menggenggam jemari Kenan yang masih memperbaiki rambutnya. "Aku nyaman naik motor, Ken. Kamu jangan khawatir. I'm fine."
Kenan meghembuskan napas kasar dan mengangguk pasrah. Jika sudah begini dia bisa apa?
Mereka berjalan beriringan melewati koridor yang sudah lumayan ramai. Jangan bayangkan akan ada yang menatap mereka iri, kagum atau berbisik-bisik.
Nyatanya kehidupan mereka jauh dari itu semua. Hidup mereka tidak seperti novel-novel percintaan remaja. Mereka berdua hanyalah satu dari banyaknya murid famous di SMA Permata.
Disisi lain,
Fikri dan Shilla baru saja sampai di parkiran. Fikri turun lebih dulu, lalu memutari mobilnya dan membukakan pintu untuk Shilla.
Gadis dengan rambut hitam sebahu itu tersenyum manis. Dia menggenggam tangan pacarnya erat. Seolah jika di lepas, maka pacarnya itu akan berakhir dengan wanita lain.
"Kayak mau nyebrang aja, neng."
Shilla mendengus geli. "Aku takut kamu diambil chili-chilian."
Fikri menunduk menatap Shilla dengan kernyitan tanya, "apa itu chili-chilian?"
Tawa renyah Shilla mengalun merdu. "Ituloh, cabe-cabean. Cewek centil, ganjen, gitu deh pokoknya." Fikri ikut tertawa. Dia menjawil hidung gadisnya gemas. "Ada-ada aja, sih, Yang."
Shilla memukul lengan Fikri pelan dengan tangannya yang bebas. "Apaan sih, sayang-sayang segala."
"Sama pacar sendiri jugak."
"Tapi, kan malu."
Fikri menggedikkan bahu acuh. "Kamu pakai baju, kenapa malu."
"Susah debat sama kamu," Shilla merenggut kesal. Merasa lemah karena selalu kalah setiap berdebat dengan Fikri.
"Oh iya, Fikri.."
"Hm?"
"Aku mau es krim ya nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
Repas
Teen Fiction"Maaf sayang, gue mau buat lo gila sampai lo sendiri bosan buat buka mata." Kisah cinta seorang Kiara Chira berjalan sebagaimana remaja pada umumnya. Memilih berpacaran dengan sahabatnya sendiri bernama Kenan Angkasa, selama hampir 4 tahun. Selama i...