"Aku gugup."
Shilla menautkan kesepuluh jarinya di atas paha. Sesekali, tangannya juga meremat dress putih yang saat ini dia kenakan. Jantungnya berdegup cepat. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan ayah Kenan setelah tiga tahun mereka menjalin hubungan.
Kenan yang memperhatikan wajah gugup pacarnya hanya terkekeh pelan. Tangannya naik mengacak puncak kepala Shilla gemas. "Papa aku nggak makan orang, kok. Tenang ya."
"Masih lama ya, Ken?"
Kenan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya lalu menggeleng singkat. Matanya kembali menatap netra teduh milik Shilla. "Sebentar lagi, sayang."
"Aku beneran takut kalo papa kamu nggak suka sama aku."
"Nggak ada alasan buat papa nggak suka sama kamu, Shill."
Shilla menghembuskan napas dan tersenyum. Kenan benar. Selama ini dia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Termasuk mendapatkan seorang Fikri.
Ah, iya. Shilla tiba-tiba merindukan sosok itu. Sosok yang begitu perhatian juga pengertian. Fikri apa kabar? Dia rindu. Sangat. Shilla tidak akan menampik itu semua.
Sejak teror terakhir yang dia terima dirumah sakit, Fikri menghilang. Lelaki itu benar-benar tidak ada kabar. Disatu sisi Shilla senang karena dia tidak perlu bertemu lagi dengan Fikri, namun disisi lain dia merasa bersalah.
Merasa bersalah karena dulu dia menerima Fikri hanya sebagai alat agar dia tidak merasa sendiri saat disekolah. Karena sejak awal Shilla tahu, bahwa waktu Kenan akan lebih banyak dihabiskan bersama Kia. Itu sebabnya ... dia menerima Fikri. Menjadikan cowok itu sebagai pelampiasan dari rasa kesepian.
"Maaf saya terlambat."
Suara berat dan berwibawa itu merambat pelan masuk ke telinga Shilla. Membuat gadis itu mengerjap pelan. Dia semakin gugup, apalagi saat seorang pria dengan garis wajah tegas dan sangat mirip dengan Kenan duduk tepat dihadapannya.
Shilla tersenyum kaku. "Malam, Om."
Yoga memicingkan mata. Netranya bergulir ria memperhatikan penampilan Shilla dari atas sampai bawah. Kurang sopan memang. Tapi, apa salahnya, kan, kalau dia menilai calon menantunya sendiri.
Calon menantu? Hahaha. Yoga mengutuk kata itu dalam hidupnya. Baginya, tidak ada yang lebih baik dari Kiara.
"Ya, malam."
"Terimakasih sudah datang, Pa." Kenan menyalim tangan ayahnya sopan.
"Jadi dia pacar kamu?" tanya Yoga basa-basi. Tanpa ditanya pun dia tahu gadis yang sedang duduk didepannya ini adalah Shilla. Perempuan yang sudah membuat Kenan meninggalkan gadis sebaik Kia.
Kenan mengangguk. Senyumnya mengembang. "Iya, dia Shilla Aurora."
Aurora?
Yoga merasa tidak asing. Tapi tidak-tidak. Ada banyak manusia dengan nama belakang seperti itu.
"Jadi ini selingkuhan kamu?"
Shilla menunduk. Kata-kata itu ... kenapa terdengar menyakitkan? Padahal itu adalah kebenaran. Lalu kenapa hatinya begitu terluka ketika kata-kata itu terucap dengan mudahnya.
"Jangan ngomong kayak gitu Pa!"
Alis Yoga mengkerut. Pria itu mendengus. "Bener, kan, dia selingkuhan? Oohh, atau Papa nyebutnya perempuan simpanan aja kali, ya?"
Cukup.
Hati Shilla benar-benar sakit. Kenapa ayah Kenan tega bertutur demikian. Apakah salah kalau dia merasa jatuh cinta. Apakah salah jika hatinya memilih Kenan? Dia tidak pernah meminta agar hatinya jatuh pada seorang laki-laki yang sudah memiliki kekasih. Namun kenapa semuanya seolah menyalahkan rasa yang dia punya? Kepala gadis itu semakin tertunduk dalam. Matanya semakin panas, ada banyak tetesan air yang mendesak ingin keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Repas
أدب المراهقين"Maaf sayang, gue mau buat lo gila sampai lo sendiri bosan buat buka mata." Kisah cinta seorang Kiara Chira berjalan sebagaimana remaja pada umumnya. Memilih berpacaran dengan sahabatnya sendiri bernama Kenan Angkasa, selama hampir 4 tahun. Selama i...