04. Masak-masakan

257 74 62
                                    

"Istirahat ya, Yang."

Shilla mengangguk. Dia dan Fikri berpisah di halaman rumahnya yang luas. Shilla bukan anak orang kaya seperti Fikri. Dia hanya tinggal di rumah sederhana dengan halaman luas yang ditanami banyak bunga.

Ibu nya begitu menyukai bunga.

"Hati-hati," peringat Shilla perhatian.

Fikri tersenyum kecil, dia mengecup pelipis Shilla sebelum benar-benar pergi. Shilla terkekeh. Diperlakukan layaknya ratu membuat dia selalu merasa istimewa.

Setelah mobil Fikri melesat pergi, Shilla mengambil ponselnya. Mengetikkan sebuah kalimat kepada seseorang.

Sayang


Aku sudah sampai

Sm Fikri?

Iya.

Tidak ada lagi balasan. Shilla menggenggam ponselnya erat. Melampiaskan rasa sesak didalam hatinya. Melampiaskan rasa bersalah di benaknya.

Menghembuskan napas pelan, Shilla mengembangkan senyum dan melangkah masuk kedalam rumah. Hal pertama yang dia lihat adalah ibunya yang sedang duduk di sebuah sofa coklat. Senyumnya semakin mengembang. "Ibuk sudah pulang?"

Novi -Ibu Shilla menoleh, menatap putri semata wayang nya dengan hangat, "iya, Ibuk kangen kamu. Sini." Novi menepuk bagian sofa yang kosong disebelahnya.

Shilla mendaratkan bokongnya tepat disebelah Novi. Memeluk wanita itu erat. Melepaskan rasa rindu yang membuncah selama tiga minggu terakhir. "Kangenn.."

Novi terkekeh, "ibuk kangen kamu juga."

"Oleh-oleh? Ada oleh-oleh?"

"Ada, di kamar kamu."

Shilla mengecup pipi Novi lalu segera pergi ke kamarnya. Dia dapat melihat beberapa paper bag di tempat tidurnya.

Dengan perasaan bahagia, Shilla segera naik ke kasur dengan sprei putih bersih itu. Membuka oleh-oleh nya satu persatu. Dia mengernyit ketika melihat satu kotak dengan bungkus berwarna hitam. Baru saja akan membuka kotak itu, tangannya sudah ditahan oleh Ibunya.

"Itu buat calon mantu Ibuk."

"Harus?"

"Iyalah. Ibuk belinya mahal itu."

Shilla terkekeh. Memang, hadiah ini pasti mahal. Ibunya sangat menyayangi lelaki yang katanya calon menantu. Bahkan melebihi anaknya sendiri. Membuat Shilla terkadang merasa iri.

"Nanti aku kasih."

"Jangan lupa."

"Iya Buk, iya."

Novi keluar dari kamar putrinya. Membiarkan anaknya beristirahat sejenak.

"Menantu?" gumam Shilla jenaka. Dia menggelengkan kepalanya ke kiri-kanan.

"Tidur?" Nisa memperhatikan Kenan yang menggendong Kiara. Kenan mengangguk. Kia tidak bangun lagi setelah mereka berjumpa di Koridor kelas tadi. Untung kelas mereka free hingga pulang.

"Aku bawa ke kamar ya, Ma."

"Hm."

Nisa memperhatikan punggung Kenan yang hilang di tangga. Dia menghembuskan napas panjang. Putri kecilnya sangat bergantung dengan lelaki itu. Dia menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Memijat pelipisnya pelan karena merasa pusing.

RepasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang