Kiara baru saja mendudukkan diri di kursinya, namun berbagai tatapan penuh selidik langsung menghujam. Kia mendengus. "Kenapa liat-liat?" tanya Kia ketus. Seisi kelas langsung mengalihkan perhatian, pura-pura sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Anggun yang memang sejak awal penasaran, memilih mencondongkan tubuhnya ke depan, membuat wajahnya tepat berada ditelinga Kia. "Lo kenapa, Ki?"
Kiara bergidik. Suara Anggun yang pelan menusuk tepat di telinganya. "Jangan bisik-bisik, geli!" Kiara berbalik badan. Dia menatap Anggun dengan kesal. "Apa yang mau lo tanya, tanyain sekarang, sebelum tenaga gue habis."
Anggun tersenyum penuh kemenangan. Dia menatap mata Kia intens. "Lengan lo kenapa sampai diperban gini?" tanya Anggun sambil mengelus perban putih yang melilit lengan kiri Kia.
Kia memperhatikan lengannya. Sebuah senyum samar terukir. "Ini hadiah dari seseorang."
"Siapa?"
"Mainan gue."
Kedua alis Anggun saling bertaut. "Mainan?" ulangnya bingung. "Mainan apa yang bisa buat sampai luka kayak gini?"
"Kucing." Kia memberi jeda. Gadis itu menarik napas sebelum melanjutkan, "mainan gue itu kucing. Dia cakar gue sampai berdarah."
Anggun mengangguk. Merasa yakin dengan jawaban gadis dihadapannya. Anggun memiringkan kepalanya. Menatap Kia dan Bian bergantian. "Terus, kalian berdua kenapa bisa pergi bareng?"
"Gue yang jemput." Bian yang memilih menjawab. Matanya melirik Kia yang sedang menormalkan napas.
"Lah? Kenan kemana?"
Tiba-tiba Kia berdecak. Membuat seisi kelas semakin membuka telinga lebar-lebar. Diam-diam juga turut merasa penasaran.
"Kenan ilang sejak kemarin. Gue dirumah sendirian. Udah tau pacarnya yang imut ini benci sendiri, tapi masih aja ninggalin."
"Ilang gimana?"
Kia memajukan bibir bawahnya dengan mata berkaca-kaca. "Dia nggak ngasih kabar sama sekali sampai sekarang Anggunn. Anjing ,kan!"
Bian menyentil bibir Kia. Cowok itu menatap galak. "Nggak boleh ngomong kasar, Kia."
"Siapa yang ngomong kasar coba? Gue cuma ngomong 'anjing', bukan ngomong 'kasar'!"
"Terserah."
"Dih, marah?"
Anggun terkekeh. "Baperan abang lo, Ki," ujar Anggun sambil menekan kata abang. Hal itu sukses membuat semua tergelak. Sudah menjadi rahasia umum kalau Bian menyukai Kia. Hanya saja, entah Kia yang memang tidak peka, atau dia memang tidak ada rasa.
.
Bian, Anggun, dan Kia hendak pergi ke kantin untuk mengisi perut. Namun langkah mereka bertiga terhenti saat dua makhluk asing menghadang."Ikut gue, yuk?"
"Nggak ada. Kia tanggungjawab gue." Bian langsung menahan tangan Fikri yang hendak menarik Kia.
Fikri mencibir. "Emang lo siapa? Suaminya? Bapaknya? Kagak, kan? Udah sono minggir."
"Bian abang gue. Lo yang siapa?"
Kali ini pergerakkan Fikri yang mendorong tubuh Bian terhenti. Dia menatap Kia dengan tatapan tidak percaya. "Lo lupa lagi sama gue?"
Kia mengedikkan bahu acuh. "Lo nggak terlalu penting buat tersimpan di otak gue."
"Ihhh, jahatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Repas
Teen Fiction"Maaf sayang, gue mau buat lo gila sampai lo sendiri bosan buat buka mata." Kisah cinta seorang Kiara Chira berjalan sebagaimana remaja pada umumnya. Memilih berpacaran dengan sahabatnya sendiri bernama Kenan Angkasa, selama hampir 4 tahun. Selama i...